12.

13.9K 1.1K 18
                                    

“Kau bertemu Mrs. Charters?”

Kelly keluar dari kamarnya dengan dahi berkerut, sambil tangannya mengunci pintu. Sedetik yang lalu Anna baru menceritakan akan pertemuannya dengan Alana malam tadi.

Anna mengangguk.

“Dan kau baru memberitahuku sekarang?”

Dan kini gantian dahi Anna yang berkerut. Seberapa penting kah hal itu?

“Memang apa pentingnya? Aku hanya bertemu dengannya. Itu saja,” jawab Anna sambil kakinya menyejajarkan langkah Kelly di depannya.

Kelly menunduk ketika menuruni tangga dan berkata hal yang dapat dikatakan tepat sasaran, “Aku bertaruh, pasti kau melakukan hal aneh lagi. Benar, kan?”

Anna terdiam dalam langkahnya. Jika dikatakan benar atau tidaknya kalimat Kelly tadi, mungkin dapat dikatakan benar. Dan Anna tahu itu. Apa lagi untuk ukuran gadis aneh yang sering terlihat melakukan hal-hal aneh sepertinya, dan hal aneh terakhir yang ia lakukan adalah ke gudang tepat tengah malam. Apa pula yang dilakukan seorang gadis malam-malam hanya dengan balutan baju tidur di depan gudang, kalau tidak menyangkut hal-hal aneh?

Gadis itu mempercepat langkahnya ketika melihat di depannya sudah tidak ada Kelly lagi. Dan sepertinya teman sekamarnya itu sudah meninggalkannya. Namun baru saja turun dari tangga, langkahnya terhenti kembali, tatapannya terkunci pada ruangan di bawah tangga itu. Gudang.

Terpikir kembali untuk gadis itu memasuki gudang andai saja sekarang bukanlah jam pelajaran. Juga kembali pikirannya melayang pada mimpinya dan pada malam tadi, ketika dirinya ditegur oleh Alana Charters. Tapi, satu hal masih membuatnya bingung, mengapa ruangan di dalam sana tidak boleh dimasuki siapa pun? Seakan ruangan itu adalah privasi bagi pemilik Charters, atau memang memiliki suatu rahasia yang tidak boleh ada seorang pun tahu?

“Anna!” seseorang menepuk pundaknya membuatnya tersentak dan menoleh ke belakang. “Hai!” sapa Nick sambil melambaikan tangan.

“Kau ada biologi hari ini?” tanya Anna. sekarang ini memang dia akan memasuki pelajaran biologi. Tapi beberapa puluh menit lagi.

Nick menggangguk. “Kau sedang apa?”

Anna menggeleng. “Tidak ada.” Ucapnya mengalihkan topik. Jelas-jelas siapa pun yang berlalu lalang di sekitarnya akan tahu gadis itu sedang terdiam memandangi gudang. Semakin menampakan keanehannya, mungkin.

Baru saja Anna akan menyeret Nick untuk ke kelas biologi, Nick menahannya, “Oh ayo lah, An, kau tidak bisa berbohong padaku.” Tepat sasaran. Anna memang berbohong dan Nick tahu itu. sudah kubilang bukan, kalau dia itu peramal amatir?

“Apa? Aku tidak berbohong apapun padamu, Nick.” Elak Anna kesal. Dan dahinya berkerut tercengang dengan mata terbelalak ketika Nick mengucapkan suatu tawaran yang cukup menantang—menantang rasa penasarannya—untuknya.

“Mau ke gudang bersamaku?”

“Kau gila! Sekarang sudah jam pelajaran. Aku tidak mau orang tuaku dipanggil hanya karena itu.” ucap Anna kesal. Meskipun dalam hatinya ia sangat-sangat lah ingin.

“Oh ayo lah. Memangnya saat kau mencekik Shapira kemarin mereka datang ke sekolah?” Nick memutar bola matanya jengah. Siapa yang tidak tahu insiden cekik-mencekik itu, yang membuat Anna tenar mendadak. Apalagi alasan dibalik kecelakaan itu adalah Max. laki-laki paling tenar se-Charters School.

Dan juga, apa yang telah dikatakan Nick tadi itu benar. Insiden cekik-mencekik yang berakibat fatal kemarin pun tidak membuat satu dari kedua orang tua Anna datang ke Charters. Mereka semua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Bahkan tak ada kontak telepon sekalipun meski mereka tahu Anna membawa ponsel ke asrama, yang bahkan itu dilarang.

Anna tampak berpikir dengan kening berkerutnya. Ia sangat-sangat ingin tapi juga tak ingin terjadi apa-apa jika mereka berada di dalam gudang. Sudah cukup sekali, dan untuk pertama dan terakhirnya—apa lagi waktu itu adalah dimana dia baru memasuki Charters—Anna tidak ingin lagi ada hal-hal aneh disekelilingnya, meskipun dirinya tak bisa menjamin unutk hal itu, buktinya sampai sekarang dia masih saja dihantui.

“Tidak.  Kelas kita sebentar lagi masuk.” Jawabnya.

“Tidak ada kata ‘tidak’, yang ada hanya iya.” Bahkan dengan tidak memperdulikan tolakan Anna tadi, Nick tetap menyeret Anna mendekati gudang. “Aku penasaran ada apa di dalamnya, sampai kau memikirkannya terus.”

Sekali lagi kukatakan. Nick peramal, ia bisa tahu apa yang ingin diketahuinya. “Sudahlah Nick, kita tidak punya waktu banyak untuk bermain di gudang. Nilaiku lebih penting dari pada itu.” pinta Anna.

“Kalau begitu kenapa kau terus memikirkannya?”  tanya Nick sambil menghentikan langkahnya. Dia menunjuk kening Anna dan menyentilnya pelan, “Aku tahu apa isi kepalamu. Kau penasaran kan?”

Anna tahu, tidak ada gunanya mengelak dari si peramal itu. dia mengangguk dan berkata, “Iya, aku memang penasaran, tap—”

“Kalau begitu kita harus masuk!” potong Nick cepat, dan dengan satu gerakan kecil, pintu gudang tersebut terbuka, menampakan kumpulan rak-rak tersusun rapi namun tak terurus—maksudnya, rak-rak tersebut berjejer rapi namun banyak debu bertebaran.

and yeahhhh sori pendek pake banget nget nget duh. next part bakal lebih panjang dari ini kok. hehe.-.

I'm Laura [Charters School]Where stories live. Discover now