Ia meraba-raba dinding mencari saklar lampu.

Greeb

Omo! Tangan siapa ini?

Minhyuk meneguk salivanya kasar saat tangannya menyentuh sebuah tangan asing saat akan menyalakan lampu.

"Nuguseyo? " tanya Minhyuk pelan dan nadanya bergetar menahan ketakutan.

"Hihihi.... Akhirnya kau datang juga anak muda, hihihi....." tiba-tiba muncul sesosok boneka melayang di sudut ruangan.

"Nu-nuguseyo? Di-dimana keluargaku? " tanya Minhyuk gugup.

"Hihihi.... Kau mencari keluargamu?, hihihi..... Aku sudah membunuh mereka, hihihi..... "

Minhyuk mengusap tengkuknya yang merinding.

"Ke-kembalikan keluargaku!!! " teriak Minhyuk.

"Oh, aku tak bisa. Hihihi.... Mereka sudah mati, tidak bisa di hidup kan kembali. Hihihi..... "

Bruk

Minhyuk terduduk lemas di tempatnya.

"ARRGGGHHHH!!!! "

TAK

"Hyukie!! / Minhyuk-ah!! / Minhyuk hyung!! " jerit mereka bersamaan.

Sora yang sigap, segera menarik Minhyuk kedalam pelukannya. Menenangkannya dalam dekapan hangat serta elusan lembutnya.

Minhyuk menolak pelukan itu. Ia menunjukkan naughty smilenya.

"Boom!!  Kalian tertipu!!! Hahaha.... "

Semua orang awalnya menatap jengkel Minhyuk yang tertawa sendiri, tapi, pada akhirnya mereka ikut tertawa bersama.

***

Di RS, Eunkwang menatap gusar ruang ICU di hadapannya. Ini bukan shiftnya sehingga bukan ia yang memeriksa seseorang didalam.

Ya, Sungjae. Anak itu kumat lagi. Jika kalian berfikir pneumothoraxnya sudah hilang, kalian salah. Penyakit itu sudah makin parah menggerogoti tubuhnya. Paru-paru nya benar-benar rusak dan harus segera dilakukan transplantasi paru-paru. Dan kali ini, ia kembali mengalami gagal nafas setelah menerima telepon dari ibunya.

Flash back on :

Sungjae sendirian di ruangannya dengan ponsel miliknya sebagai teman pengusir kesepian. Ia harus tinggal sendirian, karena Eunkwang harus pulang untuk mengambil beberapa pakaian untuk dipakai di RS.

Drrrttt

Tut

"Yeoboseyo"

"Yak! Neo! Jangan sekali-sekali berfikiran untuk kembali kemari, huh! "

"Waeyo, eomma? "

"Cih, masih bertanya kenapa lagi. Sudahlah. Jangan pernah kembali ke rumah. Kalau perlu tinggallah bersama Eunkwang. Kami tak membutuhkanmu" ucapan menusuk itu sukses membuat Sungjae menangis.

"Andwae, eomma. Jebal, biarkan aku pulang kerumah. Jebal" pinta Sungjae dengan suara bergetar.

"Aninde! Keputusan eomma sudah bulat. Ah, setiap kita bertemu, jangan panggil aku eomma tapi ahjumma. Bersikaplah seolah kita tak saling mengenal. Ok?"

Really? (END)Where stories live. Discover now