18

1.1K 103 9
                                    

Minhyuk berjalan menuju ke kamar Sungjae, adiknya.

CEKLEK

"Jaeyie~~" panggil Minhyuk lirih. Ia melihat sang adik tidur membelakanginya dengan selimut yang membungkus tubuhnya seperti kepompong.

Dengan perlahan, Minhyuk mendekati adiknya, kemudian duduk di tepi ranjang adiknya.

"Jaeyie, bangunlah. Hyung akan mengobati lukamu" bujuk Minhyuk.

"...."

"Jaeyie, ireona. Kalau kau tak bangun sekarang, hyung tak akan menemanimu  berbicara lagi" bujuk Minhyuk dengan sedikit ancaman.

Ya, mau tak mau Sungjae harus bangun dari tidur pura-puranya. Tentu saja disertai dengan ringisan kecil.

"Neo gwenchanha? Apa ada yang sakit?" Tanya Minhyuk cemas. Yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya.

"Nan gwenchanha, hyung"

Minhyuk bangkit dari duduknya kemudian berjalan ke sudut ruangan, mengambil kotak P3K yang memang tersedia disana.

"Hyung~~" panggil Sungjae lirih.

"Hn, wae?" Tanya Minhyuk lembut sembari mendekati ranjang adiknya.

"Apa hyung percaya padaku?" Tanyanya lirih.

"Tentu saja hyung percaya padamu. Eomma hanya terlalu cemas, jadi mudah berpikiran yang tidak-tidak. Gokjongma, biar nanti hyung yang akan membelamu" hibur Minhyuk yang sukses mengundang senyum adiknya.

NYUT

"Nah, begini lebih baik" Minhyuk mencubit gemas pipi adiknya.

"Akh, apha. Geuman, hyung. Kau menyentuh lebamku"

"Eoh, mianhae. Cha, hyung akan mengobati lukamu" Minhyuk mengambil sedikit kapas lalu mencelupkan sedikit ke alkohol.

"Jaeyie, ini akan perih jadi tahan, nde?" Peringat Minhyuk. Yang ditanya hanya mengangguk.

"Sshhh"

"Yak, jangan banyak bergerak. Nanti makin lama, lho" peringat Minhyuk.

"Tapi ini perih, hyung"

"Kan sudah hyung bilang ini akan perih. Makanya tahan. Kamu itu namja, harusnya luka seperti ini bagaikan upil bagimu. Namja diluar sana begitu, masa kamu tidak bisa?" ceramah Minhyuk.

"Ck, nde" jawab Sungjae lesu.

Tak jauh dari depan pintu, Soohyuk melihat interaksi kedua putra tirinya. Sesekali ia mengulas senyum di bibirnya.

Ingukie, dia benar-benar seperti replikamu. Aku seakan-akan melihat dirimu saat masih muda dulu.

***

Jam masih menunjukkan pukul 2.00. Saat semua orang tertidur nyenyak di alam mimpi, lain lagi dengan namja ini. Keringat dingin mengucur deras dan mulai membasahi pakaian yang ia kenakan. Nafasnya tak beraturan, terdengar berat dan pelan.

"Eungh~"

Namja itu membuka matanya perlahan. Diubah posisi tidurnya menjadi duduk lalu melihat kearah jam weker miliknya.

Masih jam 2. Tapi kenapa aku tak bisa tidur?

Glek

Terasa sesuatu yang mendesak keluar dari perutnya.

Gluk

Ia berusaha menutup mulutnya rapat-rapat dibantu kedua telapak tangannya, berusaha menahan sesuatu.

Ah, aku tak tahan lagi.

Dengan segera ia bangkit, bergegas menuju ke kamar mandi sekaligus wc yang memang tersedia di kamarnya.

HUEEKK

Ia memuntahkan seluruh isi perutnya setelah sukses membungkukkan badannya tepat diatas kloset.

Bruk

Tubuhnya melemas begitu saja. Jatuh terduduk tepat disamping kloset.

"Hhh....hhh..." nafasnya menjadi tak beraturan.

Selang beberapa menit mengatur nafas, ia berusaha bangkit kemudian berjalan linglung kearah wastafel. (Tentu saja setelah men-flush kloset tadi)

Cuuurrr

Diusapnya wajahnya setelah itu berkumur. Ia mengangkat kepalanya. Menatap lekat pantulan dirinya di cermin.

Wajahku pucat sekali. Terlihat seperti zombie.

Apa yang sebenarnya terjadi denganku? Ada yang aneh. Sepertinya aku harus mengeceknya sendiri.









TBC


Really? (END)Where stories live. Discover now