Chapter 19 - A kiss

39.3K 2.7K 157
                                    

Terhitung sudah tiga hari Davian -beserta Alexander- menginap dirumah Kakek Alexander.

Disiang hari ia akan merawat Kakek Alexander dengan telaten dan masih menyempatkan diri mengunjungi Samantha setiap harinya, sesangkan dimalam hari Alexander akan memeluknya dengan posesif diatas ranjang besar didalam kamar disamping kamar Kakeknya.

Pria tampan dan angkuh itu akan memberikan kecupan-kecupan dan ciuman, juga sentuhan-sentuhan nakal pada tubuh Davian, dan pemuda itu hanya akan diam menahan suaranya namun tubuhnya tetap menggeliat menerima rangasangan yang Alexander berikan. Tentu saja geliat lemah tubuh mungil itu justru malah membuat libido Alexander melonjak tinggi.

Namun ketika Alexander akan melanjutkan ketahap yang lebih intim, Davian dengan wajah yang dibuat sememelas mungkin meminta Alexander untuk berhenti dengan alasan jika 'kegiatan' mereka sampai terdengar Kakek, itu akan membuat Davian sangat malu dan tidak berani menampakan wajahnya lagi didepan Kakek Alexander.

Dengan alasan itu, mau tidak mau Alexander menuruti permintaan Davian untuk berhenti dan berakhir membuang benihnya dikamar mandi dengan usaha tangannya sendiri.

Poor Alexander!

******

Pagi itu Davian membawa Kakek Alexander yang keadaanya sudah membaik berjalan-jalan ke taman belakang rumahnya dengan kursi roda.

Bunga-bunga yang dulu Davian tanam disana sudah tumbuh subur dan bermekaran dengan indahnya.

Kakek Alexander menghirup udara pagi yang segar dan menatap hamparan bunga dengan berbagai warna dihadapannya, "Semut manis."

"Iya kakek?"

"Alexander pasti sudah menimbulkan banyak kesusahan dan masalah untukmu kan?"

Davian terdiam mendengar pertanyaan Kakek Alexander, ia tidak tahu harus menjawab apa dan malah berusaha mengalihkan topik pembicaraan, "Kakek pasti lelah, biar aku pijat bahumu," Davian meletakan tangan kecilnya diatas bahu Kakek Alexander dan mulai memijat bahu pria tua itu dengan lembut.

Kakek Alexander tersenyum, diam berarti 'iya' bukan?
Pria tua itu lalu memegang tangan Davian yang ada diatas bahunya, "Sejak kecil anak itu (Alexander) kesepian, Dia tidak punya teman. Dibesarkan dengan sangat keras untuk jadi pewaris tahta Alzelvin. Ini salahku karena dulu aku membesarkan anakku Gerald (ayah Alexander) dengan cara seperti itu jadi Gerald melakukan metode yang sama pada anaknya. Aku coba menasehati Gerald bahwa metode itu salah namun dia tetap keras kepala jadi aku mencoba menebusnya dengan cara meluangkan waktu sebanyak mungkin untuk menemani Alexander," Kakek Alexander menghela nafas lalu terkekeh pelan, "namun karakternya tetap seperti itu, tapi pada dasarnya anak itu adalah anak yang baik, dia hanya tidak tahu caranya memperlakukan orang lain dengan baik dan benar. Semoga kau bisa bersabar mengahadapinya dan hidup bahagia dengannya," pria tua itu menepuk-nepuk tangan Davian dengan lembut.

"Tapi aku juga laki-laki Kakek, aku tidak bisa--"

"Tidak bisa menghasilkan keturunan?" Kakek Alexander tersenyum, "Iya aku tahu, aku tidak ingin munafik, aku juga menginginkan cucu sebagai penerusku tapi daripada memikirkan hal yang belum pasti. Misalnya Alex diharuskan mencari dan menikahi seorang wanita, dan bahkan ketika wanita itu belum sempat melahirkan anak Alexander namun aku sudah meninggal itu akan percuma, yang aku inginkan sekarang melihat anak nakal itu (Alexander) tersenyum bahagia. Itu harapan terakhirku."

Davian tersenyum miris, "Kakek, jangan bicara seperti itu..kakek akan berumur panjang untuk melihat Alexander hidup bahagia."

*****

Berjalan menyusuri lorong rumah sakit untuk mengunjungi Samantha, perkataan Kakek Alexander terus terngiang dibenak Davian. Entah kenapa dua kata "membahagiakan Alexander" terasa sangat berat untuknya saat ini, disaat ia sendiri belum bisa meraba perasaan seperti apa yang ia miliki untuk pria itu.

[BL] Allure (Complete)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin