Chapter 13 - Rival

40.6K 3K 119
                                    

Malam ini Davian berencana untuk menemui dan menemani Samantha di rumah sakit, dia merasa sangat merindukan adik manisnya itu, namun sebelum dia sempat berangkat, Bejamin meneleponnya dan mengajaknya untuk bertemu dan makan malam bersama jadi Davian memutuskan untuk makan malam bersama Benjamin terlebih dahulu baru setelah itu pergi ke rumah sakit.
Setelah sampai di restauran yang tertera di alamat yang Benjamin berikan, Davian mendapati bahwa itu restauran mewah, kemudian pemuda itu memandangi apa yang ia pakai, hanya memakai kemeja lengan panjang, jeans dan sepatu kets sederhana. Ketika berpikir untuk mengubah penampilannya, itu akan memakan waktu yang lama jadi mau tak mau akhirnya Davian memutuskan untuk memasuki restauran itu.

Davian dengan sedikit ragu memasuki restaurant dan menyebutkan nama Benjamin Jacob, dengan itu seorang waitres yang memakai setelan jas rapih mengantarkannya ke sebuah ruangan vip, ketika Davian memasuki ruangan itu, Davian mendapati Benjamin yang sudah menunggunya duduk di meja yang hanya ada satu-satunya yang terdapat ditengah-tengah ruangan itu.

"Kau sudah datang," Benjamin segera berdiri dan tersenyum begitu melihat Davian memasuki ruangan yang sudah ia pesan, dia mengenakan setelan jas yang terlihat mahal dan sangat pas ditubuh tingginya menambah kadar ketampanannya.

Davian mendekat dan kemudian Benjamin seperti Gentelman mempersilahkan sebuah kursi untuk Davian duduki, "terima kasih," Davian tersenyum, walaupun Davian merasa hal seperti itu hanya pantas dilakukan untuk seorang wanita, "kenapa kau memesan tempat direstaurant semewah ini? Kau membuat pakaianku terlihat semakin buruk," Davian cemberut berpura-pura marah pada Benjamin.

Benjamin tertawa renyah begitu melihat ekspresi menggemaskan Davian, "Sudah lama kita tidak makan bersama, apa salahnya sesekali mentraktirmu direstaurant seperti ini. Lagipula aku khawatir padamu, tubuhmu sekarang sekurus tiang lampu taman," goda Benjamin.

Wajah Davian seolah tak percaya, "apa? kita baru saja bertemu setelah sekian lama dan kau dengan enaknya mengataiku seperti tiang lampu taman?" Davian berdecih, "teman macam apa kau?" Davian memelototkan mata hitam besarnya hingga mata itu semakin bulat dan terlihat menggemaskan.

"Oke ampun-ampun, aku tidak ingin kau mengeluarkan mata indahmu diatas piringku," setelah Benjamin menangkupkan kedua tangannya didepan wajahnya seolah meminta maaf karena terancam akhirnya tawa keduanya pecah, mereka terbahak-bahak dengan lelucon yang mereka buat sendiri.

Benjamin memesan makanan yang terlalu banyak kalau hanya untuk ukuran porsi makan dua orang, bahkan meja itu penuh dengan makanan-makanan lezat. Sebelum makan Davian bahkan sempat mengomel pada Benjamin untuk menyuruhnya berhenti menghambur-hamburkan uang dengan hal yang berlebihan namun pada akhirnya keduanya makan dengan tenang dan lahap sambil sesekali diselingi obrolan nostalgia mereka dimasa lalu.
Sesekali Davian akan tertawa ketika mengingat kejadian-kejadian lucu atau mendengar lelucon yang dilontarkan Benjamin, dan kemudian sesekali ia akan cemberut ketika diingatkan kejadian yang membuatnya sebal. Benjamin sangat menikmati semua ekspresi yang ada diwajah Davian.

Setelah selesai makan, Davian berjalan lalu berdiri didepan jendela dan menikmati pemandangan diluar jendela, entah kenapa ia selalu suka melakukannya diruangan manapun ia berada.

Benjamin tersenyum melihat Davian masih melakukan kebiasaannya. Benjamin berjalan mendekati Davian lalu memeluknya dari belakang, melingkarkannya tangannya pada perut ramping dan rata Davian lalu meletakan dagunya dibahu kecil pemuda itu.
Davian tidak merasa kaget ataupun mencoba melepaskan pelukan Benjamin karena dimasa lalu mereka juga sering saling berpelukan, menggelitik, menggendong, dan apapun jenis skinship yang Davian anggap wajar dilakukan oleh dua orang pria yang bersahabat. Lagipula Davian menyukai pelukan Benjamin, terasa hangat seperti pelukan seorang kakak.

"Apa kau kenyang?"

Davian mengangguk, "iya sangat kenyang."

"Lalu kenapa perutmu masih rata?" Benjamin mengelus perut rata Davian dengan lembut.

[BL] Allure (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang