Chapter 14 - Sisi lain

39.6K 3.1K 317
                                    

Tangan lentik Debora menyodorkan sebuah gelas berisi wine, senyuman lembut mengembang disudut bibirnya dengan sabar menunggu seseorang yang tengah terlihat kalut mengambil gelas wine di tangannya, namun setelah beberapa lama ia menunggu gelas wine yang ia sodorkan tak kunjung berpindah tangan. Debora menghela nafas, menatap pria tampan yang kini terlihat menyedihkan, hanya menatap layar ponselnya yang menampilkan sebuah foto, foto seorang 'gadis' cantik dan imut yang menjadi brand ambasador D'Amore musim ini.
Debora duduk disamping pria itu, meletakan gelas wine yang ia bawa lalu mengusap bahu kekar pria disampingnya dengan lembut, "Ben, apakah berjalan buruk?"

Dengan lesu Benjamin menyandarkan punggungnya disandaran sofa, menatap langit-langit ruangan itu dengan matanya yang penuh kesedihan, "Aku sudah mengungkapkan perasaanku dan dia bahkan pergi tanpa mengatakan apapun."

Debora menatap khawatir pada Benjamin, bagaimana pun pria tampan itu adalah teman baiknya, melihat temannya dalam keadaan menyedihkan seperti itu ia juga turut merasa tidak enak. Debora dan Benjamin adalah teman semasa kuliah di Paris, selama itu pula Benjamin selalu bercerita tentang cinta pertamannya, seorang pemuda manis yang baik dan ceria, dan siapa sangka ketika beberapa hari lalu Debora dengan gembira mengatakan berhasil mendapatkan model yang sangat cocok untuk brand ambasador D'Amore musim ini dan dengan bangga menunjukan hasil fotonya pada Benjamin, pria itu langsung tercengang dan melontarkan pertanyaan yang tak pernah Debora duga sebelumnya,

Apa seseorang dalam foto itu seorang pria?

Dan setelah Debora mengakui bahwa modelnya adalah seorang pria, maka akhirnya Debora mengetahui kalau Davian adalah pemuda manis cinta pertama yang selalu Benjamin ceritakan, Debora benar-benar tidak menyangka kalau Davian modelnya adalah orang yang sama dengan Davian yang dicari Benjamin, dan Benjamin sendiri akhirnya kembali menemukan Davian.
Benjamin saat itu juga langsung menanyakan keberadaan Davian pada Debora namun sayangnya Debora benar-benar tidak tahu dimana Davian tinggal tapi ia mengatakan bahwa Davian sekarang adalah karyawan sepupunya, Alexander Alzelvin.
Pada hari itu juga Benjamin segera mengatur perusahaanya untuk melakukan kerja sama dengan Vin Corp. dan segera menyelidiki kediaman Alexander dan tanpa diduga-duga ia bertemu dengan Davian di minimarket dekat kawasan rumah Alexander. Sungguh suatu kebetulan yang direncanakan.
Ketika Benjamin datang ke perusahaan Alexander, ia berharap bisa melihat Davian lagi disana namun ternyata harapannya tidak terwujud, tapi kemudian malah mendapatkan hal yang mengejutkan, sebuah pernyataan tegas dari Alexander Alzelvin yang mengatakan bahwa Davian adalah miliknya.
Pada dasarnya dua pria itu -Benjamin dan Alexander- adalah pembisnis sejati, selama mendatangkan keuntungan sekalipun keduanya terlibat perang dingin namun kerjasama perusahaan mereka tetap terjalin.

Debora mengulurkan tangannya lalu menggenggam tangan besar Benjamin, "maaf Ben aku tidak bisa membantu lebih, bagaimanapun Alexander adalah sepupuku."

Benjamin memandang Debora lalu tersenyum lemah, "tidak apa-apa Debora, tidak apa-apa.." kini ia merasa patah hati namun belum ingin menyerah.

*******

Davian melangkah lesu menyusuri lorong rumah sakit menuju kamar Samantha, ia kembali menghela nafas untuk yang kesekian kalinya, ia merasa sedikit bersalah karena meninggalkan Benjamin begitu saja tanpa mengatakan apapun tapi ia sendiri juga tidak mau terus berada disana pada saat seperti itu.

Davian menghentikan langkahnya, menghadap ke dinding, kemudian membenturkan keningnya pada dinding lalu tetap menyandarkan keningnya disana, "kenapa ini terjadi padaku?" Pertanyaan itu seolah ia tanyakan pada dirinya sendiri. Davian pernah bermimpi ingin membangun keluarga kecil yang harmonis, menikahi seorang gadis cantik yang baik dan mempunyai banyak anak-anak yang lucu sambil membesarkan Samantha dengan penuh kasih sayang, namun keadaanya sekarang berbanding terbalik 180 derajat dari mimpinya, ia malah terlibat dengan dua pria tampan yang maskulin dan sama-sama memiliki aura yang mendominasi, yang satu seperti prince charming dan yang satunya seperti raja iblis. Dan lebih parahnya disini posisinya selalu menjadi yang didominasi, selalu menjadi pihak penerima.
Ketika Davian sibuk dengan pikirannya sendiri, sebuah tangan menepuk bahunya dengan tiba-tiba dan itu membuat Davian terperanjat dan berteriak kaget, "Aaa!!!"

[BL] Allure (Complete)Where stories live. Discover now