42. remember? [END]

Start from the beginning
                                    

Sebelum aku menjawab, ibuku sudah meneriakkan namaku sambil berjalan rusuh ke arah kami. Dia membawa payung super besar dan memakai jas hujan.

Aku berdiri, berjalan ke tepi teras untuk menyambut ibuku.
"You okay?" tanyanya sambil memeriksa wajahku.


Aku hanya mengangguk sambil meraih jas hujan kecil di tangannya, lalu memakainya.
Aku sudah menggandeng ibuku saat menyadari tatapan kosong Jaemin, Nana ㅡah, terserah lah siapa namanya.
"Mam, sebentar," aku melepaskan tangan dari ibuku.

"Mau ngapain?" tanya ibuku, tapi aku sudah berlari ke depan Jaemin.

"Nih," aku mengulurkan jaket hitam dan payung warna-warniku padanya. "Pulang sana, Nana."

"Heol," dia menatapku tak percaya. "Kenapa jadi sok baik?"

Aku menghela nafas.
"Ya terserah sih. Tapi... kata Sanha, di sekolah ada hantu yang berkeliaran kalo sekolah udah sepi..."

Wajahnya langsung memucat.
"H-hei, Sanha kan tukang bohongㅡ"

"Terserah," ulangku. "Aku duluan, Na. Bye."










Lalu silau dan buram, rasanya seperti melewati dimensi waktu yang jauh...

















"Oh!"





Aku membuka mata.


Hal pertama yang aku lihat adalah wajah terkejut Mark dengan latar atap rumah sakit.


"Ajushi! Ajumma!" Mark berseru ke seberang ruangan. "Alice siuman!"


Orang tuaku berlarian sambil menyebut namaku, lalu mereka bertiga merubungiku dengan wajah-wajah terharu.


"Syukurlah," ayahku mengusap keningku yang dibalut perban. "Tapi kenapa bisa langsung siuman waktu si Magu datang sih?"

"Say something," ibuku menangkup wajahku supaya menatapnya. "How do you feel?"




Butuh cukup banyak waktu untuk menjawab.
Pasalnya, aku bersyukur masih hidup dan kurasa semuanya normal. Tapi di sisi lain ingatan tentang apa yang sudah terjadi mulai menggerogoti hatiku.


"Blessed," jawabku singkat akhirnya.

Orangtuaku dan Mark menghela nafas lega.


Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]Where stories live. Discover now