15

55.8K 13.5K 1.5K
                                    

"Kita kayaknya udahan aja."





"What?! Butㅡ"

"Please," Seo Herin menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

"Why?" tanya Mark gusar. "Harus ada alasannya, kita baru dua bulan loh!"

Herin menggigiti kukunya.
"Aku nggak bisa bilang, sorry," ucap Herin tanpa menatap Mark. "Pokoknya ini yang paling baik. Lagian..."

"Apa?"

"Kalo kita ketauan juga semuanya selesai, kan?" kata Herin muram. "Lebih baik kita akhiri sendiri aja."

Mark tidak habis pikir. Pasti ada yang tidak beres, dia langsung berprasangka buruk pada agensinya sendiri.

"Coba kamu jujur, mereka udah tau kan?" tanya Mark hampir berbisik.

Tidak ada tanda-tanda terkejut pada Herin. Ia hanya menggeleng lesu.

"Terus kenapa?" desak Mark. "Kamu suka sama orang lain ya?"

Herin menggeleng lagi.

Mark hanya bisa mengelus dada karena tidak mau berkata kasar di depan Herin. Dalam hati ia sudah berencana memakai time turner untuk kembali ke masa lalu dan menguntit pacarnya ㅡoh, sekarang sih mantan.


"I'm so sorry," ujar Herin lirih. "Lagian selama ini juga kita jarang ketemu kan? Kayaknya rasa suka ini cuma karena kebawa perasaan dan ledekan orang-orang aja."

Mark kaget Herin berpendapat seperti itu, tapi anehnya dia tak begitu sakit hati.
"Ah, I see."

"Let's meet again when we are olderㅡ and wiser," Herin tersenyum tipis menatap Mark.

Mark mengangguk sedih.
Tapi... kenapa Herin seakan-akan mengatakan perpisahan?

"Seo Herin," ujar Mark. "Kamu... nggak mau pergi kemana-mana, kan?"

Tatapan mata Herin berpindah random dengan cepat ㅡgugup.
"Nope. Why would I?" ia tersenyum kaku.

Tentu saja Mark makin curiga.
Herin belum juga debut, jangan-jangan...

"Jangan bilang kamu..."

"Stop!" Herin membungkam mulut Mark dengan telapak tangannya. "Jangan dilanjutin, please."

Dia sudah tau apa yang akan Mark katakan, Mark membatin.

Mark mengangguk lalu mengangkat kedua tangan ke samping, mengisyaratkan ia menyerah dan tak akan berkata macam-macam lagi. Ragu-ragu Herin melepas tangannya dari mulut Mark, lalu mundur menjauh.

"Sorry," entah untuk yang keberapa kalinya Herin meminta maaf. Ia menyelipkan tangan ke saku hotpants-nya.

Sexy, batin Mark.

No, bad timing you dumbass; Mark mengerjap.

"Oke," Mark mengangkat bahu. "Fine, let's break up."

Herin menatap Mark sedih, tapi dia tersenyum sampai lesung pipinya tampak begitu dalam.
"Thanks," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Oh, please, don't cry ㅡnot in front of me; Mark panik sendiri.

Herin melangkah maju, menghampiri Mark yang diam di tempat karena salah tingkah.

Semakin dekat, dan semakin dekat...

Apa sebentar lagi Herin akan memberikan ciuman perpisahan?

Herin berdiri begitu dekat di depan Mark, menatapnya dengan air mata sudah menggantung di pelupuk mata. Dia meraih tangan kanan Mark dan menggenggamnya dengan kedua tangan.

"Once again, thank you," bisik Herin. "And sorry."

Hati Mark berdesir, bukan karena kesedihan melainkan ia sadar ada segumpal benda kecil yang diselipkan Herin secara diam-diam ke sela-sela jarinya.

Herin mengedip sampai air matanya menetes, tapi itu isyarat supaya Mark menggenggam benda yang baru saja ia selipkan dengan hati-hati.

"Okay," Herin melepas genggaman tangannya, lalu menyeka air matanya sendiri. "Gotta go, bye."

"B-bye," jawan Mark datar, lalu membalas lambaian Herin dengan tangan kananannya ㅡsementara tangan kirinya masih terkepal memegang gumpalan tadi.


Setelah Herin sepenuhnya menghilang dari pandangannya, Mark menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada siapa-siapa, tapi hatinya tak tenang.

Mark pun melangkah santai meninggalkan balkon lounge, padahal dalam hati ia ingin berjalan secepat mungkin. Ia menuju ke toilet.

Sampai di dalam toilet, Mark buru-buru membuka genggaman tangannya dan melihat benda yang diberikan Herin.

Sebuah alumunium foil bekas bungkus permen karet yang diremas menjadi gumpalan kecil.

Sambil menahan nafas dan bertanya-tanya dalam hati, Mark membuka gumpalan kertas itu.
Seperti dugaannya, ada tulisan Herin yang rapi dan kecil-kecil. Bunyinya:

Can't tell you more than this, but I saw Na Jaemin. On the day we all lost his trace.
But they know too, so... yeah idk.
I'm sorry :(



Herin melihat Jaemin!

Mark berdebar sambil meremas kertas itu.

Tapi kenapa hal itu membuat Herin harus melakukan ini semua?
.
.
.
.
.
ㅡtbc

wae aq membuat mark neomu maruk,,, udahmah mba esther, mba alice, sekarang mba herin ;(

uda lah mark sama aq aja drpd bingung ;((

Backup ; mark lee ✔ [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang