10

65K 14.8K 1.6K
                                    

Mark berlari dengan nafas terengah-engah di sekitar halaman belakang sekolah.


Kemarin, di jam yang sama, Mark sedang asyik menertawakan video di youtube bersama teman sekelasnya.

Mark menggertakkan gigi.

Kemarin, di jam yang sama, Jaemin menghilang tanpa jejak dan saksi.

Padahal Mark, Jeno, Haechan, Hina, dan Koeun ada di sekolah yang sama. Tapi hari itu mereka semua kebetulan tidak ada yang bersama Jaemin.

"God dammit!"

Mark mengumpat sambil menyeka keringatnya saat tidak juga menjumpai keberadaan Jaemin. Padahal ini sudah ketiga kalinya dia memutar waktu.

Saat ini ada 3 Mark lain di seluruh sekolah ㅡsatu sedang menertawakan video di ruang kelas, satu lagi di halaman depan, dan satu lagi di lapangan utama.

Mark berlari lagi ke gedung sekolah dengan kecepatan penuh.

"Putar secukupnya."

Suara Choi Esther bergema di kepala Mark, menjaga supaya akal sehatnya tetap berjalan.
Mark rasa, time turner ini batasnya hanya satu hari saja ㅡlagipula ia tak berani mencoba lebih jauh.

Sialnya, itu berarti setiap menit yang berlalu dari awal keberangkatan Mark sangat berarti. Waktu untuk mencari Na Jaemin akan terus berkurang.

Mark mempermainkan waktu lagi dan lagi untuk membuat dirinya kembali, mencari ke setiap koridor sekolah, bahkan ruang-ruang terkunci.
Tapi nihil ㅡtidak ada Jaemin dimanapun.

Tunggu.

Mark merasa mengenali sosok yang sedang berlari ke arahnya dari jauh.

Posturnya, bentuk wajahnya, model rambutnya...






itu dirinya sendiri.

"Kㅡ" gagap Mark yang datang dari koridor sambil menunjuk Mark yang membeku di tempatnya.

Mata mereka terbelalak, ini pertama kalinya Mark melihat dirinya sendiri begitu dekat dan nyata!

Baru saja Mark membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, hal aneh terjadi.

"Akhㅡ" pekik Mark tertahan
Tekanan udara mendadak mencekiknya sampai kepalanya pusing, lalu udara seperti membentuk pusaran aneh dan Mark merasa tubuhnya terpelanting ke belakang.

Lalu semuanya berhenti begitu saja ㅡMark membuka matanya takut-takut namun mendapati dirinya baik-baik saja.
Ia berdiri tepat di titik awal pemberangkatan dengan time turner memanas di telapak tangannya.

Mata Mark mengerjap mencerna apa yang baru saja terjadi.

Ia menatap music box itu.

Sejauh ini Mark sudah kembali enam kali ㅡdan Jaemin belum juga ia temukan. Apa tidak apa-apa kalau kembali beberapa kali lagi?

Mark berdecak lalu dengan frustasi memutar lagi kunci di music box-nya.

Masa bodoh, yang penting Mark bisa menemukan Jaemin.







*****




"Mark!"

Rasanya Mark seperti melihat dewa penyelamat saat Esther muncul dari belokan gang sambil membawa payung.
Mark tersenyum lemah di balik blazer yang ia gunakan untuk melindungi kepalanya dari hujan.

"Ngapain sih disini?" tanya Esther gusar. "Kirain kamu bercanda, jadi aku nggak langsung ke sini."

"Kapan sih aku bercanda?" tanya Mark sambil merebut payung dari genggaman Esther.

Esther memutar bola mata.
"All the fuckin' time."

"Udah deh," ujar Mark lemas. "Aku laper banget, kita ke rumah kamu kan?"

Esther menghentikan langkahnya.
"Apa? Ke rumah-ku?"

"Iya, kemana lagi?" tanya Mark polos.

"Hadeh," desah Esther. "Denger ya, Murgly, aku kesini karena takut ada hal buruk terjadi sama kamu. Bukan buat menampung kamu!"

Mark memasang wajah sedih.
"Terus aku harus kemana dong?"

"Kemana kek, asal jangan ke rumahku!" kata Esther. "Kamu kan idol, masa nggak punya uang?"






KRAUUUKKKK






Belum sempat Mark mengaku kalau dia tidak punya uang, perut Mark berbunyi nyaring.

"Heol," Esther mencibir.

"Kamu pikir kalo aku punya uang ngapain pake sms, email, line, sama telepon kamu kayak orang susah?" cecar Mark kesal. Ia lapar, lelah, dan kedinginan ㅡemosinya jadi semakin labil.

Esther menggigit bibirnya karena merasa bersalah.

Membawa Mark ke rumah adalah hal yang paling tidak ingin dilakukan Esther sekarang. Kalau ada orang yang tahu, apalagi orang tuanya, bisa tamat riwayatnya.

"Mau nunggu sampe aku mati kelaparan?" tanya Mark profokatif.

"Ya Tuhan, ini pasti hari sial gue," keluh Esther sambil mendorong Mark supaya berjalan lagi. "Tapi inget ya, awas kalo berani macem-macem!"

"Iya ah mana bisa macem-macem kalo tenaga aja nggak punya," jawab Mark lemas.

Mereka berjalan tanpa mengobrol selama bermenit-menit menyusuri jalan setapak yang tidak terlalu ramai. Sebisa mungkin Mark tidak menyentuh Esther karena ada dua kemungkinan yang akan terjadi kalau dia melakukannya.

Pertama, emosi Esther akan terpancing dan itu artinya ia terancam jadi gelandangan sampai besok siang.

Kedua, Mark takut ketagihan menyentuh Esther.
Karena udara yang dingin, dan Mark juga laki-laki normal....................


"Murgly," ujar Esther ketus. "Aku belum tanya kenapa kamu bisa mundur satu hari lamanya?"

Mark terkesiap.
"Oh... anu..."

"Dulu kan aku udah bilang, jangan terlalu jauh mundurnya," ujar Esther pelan. "Bahaya, tau."

"Sorry," jawab Mark singkat.

Hening beberapa saat, hanya terdengar suara benturan air hujan dengan permukaan payung.







"Sebenernya ada satu hal lagi yang kamu harus tau tentang music box itu," ujar Esther ragu.

"Hah? Kenapa baru mau bilang sekarang?" tanya Mark.

"Soalnya... Kemaren-kemaren waktunya nggak tepat."

"Apa sih emang?"

Esther menghela nafas lalu menghembuskannya menjadi kepulan putih di udara yang dingin.

"Maaf, Mark Lee," ucap Esther sambil menunduk. "Mungkin setelah kamu tau, kamu bakal benㅡ"

"CHOI ESTHER!" Mark menarik sling bag Esther dari belakang, lalu menyambar lengannya secepat yang ia bisa.

Esther terpelanting mundur sampai punggungnya menabrak dada Mark ㅡsling bag dan payungnya terlempar ke jalan.
Mereka berdiri dengan nafas tertahan di depan dua truk kecil yang hancur karena saling bertabrakan.

Salah satunya hampir menyambar tubuh Esther tadi seandainya Mark telat menariknya sedetik saja.

Tangan kanan Mark masih memeluk bahu Esther dari belakang.

Esther merasakan jantung Mark berdegup kencang di punggungnya.
Sama kencangnya dengan debaran jantungnya yang entah karena shock atau karena pemilik lengan yang melingkar di tubuhnya sekarang.
.
.
.
.
.
ㅡtbc
Ini apaan anjer drama banget :"

Backup ; mark lee ✔ [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang