07

77.8K 15.6K 3.2K
                                    

"Kenapa harus gue sih Murgly?!"






Choi Esther tidak berhenti misuh-misuh sejak Mark menyeretnya paksa sepulang sekolah ke daerah Gangnam ㅡtentunya setelah memakai time turner mereka.

"Murgly?"

"Apa lagi kalo bukan Mark ugly, disingkat jadi Murgly," jelas Esther kesal. "Mirip kan sama nama lo, Mark Lee."

"Panggilan sayang yang aneh," Mark menggaruk dagunya. "Tapi lumayan lah, naik satu tingkat dari fugly ke ugly, ehe."

Hanya dengusan keras yang bisa dilakukan Esther. Mark tahu benar cara terampuh membuat temannya ini diam adalah dengan mengganggunya.





Siang ini Mark ada performance bersama NCT 127 di acara off air pembukaan studio karaoke di Gangnam.

Jadi seperti biasa dia pergi setelah mengikuti empat jam pelajaran, lalu kembali ke sekolah di jam pelajaran ke-enam.

Mark memakai time turner ke jam pelajaran ke-lima ntuk mengikuti dua jam pelajaran yang ia tinggalkan.

Memusingkan, memang.

Tak perlu kalian pikirkan, Mark saja butuh berhari-hari untuk beradaptasi. Dalam hati dia memuji Esther yang pasti jenius bisa melewati masa awal menemukan kotak musik ajaib itu sendirian.





"Murgly, sebentar," Esther menahan Mark saat mereka baru turun dari taksi.

"Apa?"

"Kita nggak mungkin kesana pake seragam."

"Hmm..." Mark berpikir. "Terlalu mencolok, ya?"

"Ah? I-iya."

"Kok lo jadi gugup sih?"

Esther menggelengkan kepalanya.
"Di sana kan banyak fans lo, cewek-cewek edan yang pada bolos sekolah. Jadi gue nggak mau keliatan kayak mereka ㅡdan lagian lo harus jadi orang lain, kan?"

Benar juga, pikir Mark.

Agak mengerikan kalau rencana Mark menonton dirinya sendiri menjadi gagal hanya karena ada orang yang mengenalinya.

"Oke, ikut gue," Mark menuntun Esther ke salah satu studio foto yang menyewakan kostum ㅡsetelah sebelumnya memakai masker dan topi tentunya.

Mark bernegosiasi soal membayar biaya sewa kostum untuk acara mendesak pada penjaga counter foto.
Untung saja orang itu gampang disogok, ia langsung menggiring Mark dan Esther ke ruang ganti setelah menerima sejumlah uang.

"Pilih yang paling nggak mencolok," Esther mewanti-wanti.

"Iya bawel. Lo juga."




Mereka keluar dari ruang ganti dengan kostum masing-masing, hanya setelan semi-resmi biasa. Tidak mencolok tapi membuat mereka tampak lebih tua.

"Oke," komentar Mark saat melihat penampilan Esther. "Yuk, sebentar lagi acaranya mulai."

"Eh, sebentar," Esther menahan Mark. "Ada kumis palsu?" tanya Mark pada pelayan toko.

Pelayan toko terkekeh mendengar pertanyaan itu, tapi menyodorkan kumis lebat palsu kepada mereka.

"Apa-apaan?!" protes Mark.

"Nurut atau gue pulang?" ancam Esther sambil menempelkan benda menggelikan itu ke wajah Mark.

Akhirnya Mark pasrah saja, bahkan sampai dia dipaksa memakai kacamata retro berbingkai tebal.

"Nah, gini kan lebih bagus," gumam Esther. "Nggak bakal ada yang nyangka ini Murgly."

"Iya deh terserah, ayo cepetan nanti keburu mulai!" ucap Mark tidak sabar.

Mereka berterimakasih pada pelayan toko lalu bergegas menuju ke panggung kecil di jalan utama pertokoan Gangnam. Sudah lumayan ramai ㅡbanyak kerumunan cewek berseragam membawa banner bertuliskan nama idolanya.


"Nah," kata Mark saat mereka berdiri di deretan penonton paling belakang. "Kalo lo liat gue waktu lagi di panggung, pasti nggak bakal lo anggap jelek."

Esther mencibir.
"Nggak penting," timpalnya. "Lagian gue kesini karena ada Astro juga. Bukan buat liat lo."

"Omg that was so savage," Mark memegangi dadanya. "Siapa sih yang lo suka? Cha Eunwoo? Ih dia kan alay..."

"Pssst," Esther memukul lengan Mark tepat ketika sorakan histeris menggema menyambut tujuh laki-laki yang naik ke panggung.


"GET IT LIFTEEEEED!"


"WAAAAAAAAAAAA!"








"YA TUHAN BELUM APA-APA UDAH BUDEK," seru Mark mengimbangi teriakan menggila yang terdengar di sekitarnya.

Esther hanya menatapnya dengan ekspresi 'mau gimana lagi' sambil meringis.

"WOY BANNER-NYA GANGGU."

"YUTA HYUNG SALAH GERAKAN IH MALU-MALUIN."

"HAECHAN KURANG GESER."

Mark terus saja berkomentar dengan heboh. Untung saja keadaan terlalu berisik, jadi hanya Esther yang bisa mendengarnya.

Dalam hati Esther was-was melihat bergantian ke Mark di panggung dan pada Mark yang ada di sampingnya. Ia harus menjaga supaya Mark yang di panggung tidak melihat dirinya yang lain ada diantara kerumunan penonton.

Bisa gawat kalau semua itu terjadi, memikirkannya saja sudah membuat Esther menahan nafas.

"Eh, Esther," tanya Mark dengan volume suara agak normal saat teriakan sedang agak reda.

"Hm?"

"Emang rambut gue seaneh itu ya?" tanya Mark.




Pertanyaan itu membuat Esther tertawa geli, sampai memegangi perutnya.

"Ya ampun," kekehnya. "Baru sadar ya?"

Mark mencibir, lalu kembali fokus memperhatikan dirinya yang sedang beraksi di panggung.


Kotak musik itu memilih orang yang tepat, pikir Esther.

Mark memang kadang-kadang menyebalkan, tapi dia anak baik. Harusnya Esther tidak menyerahkan benda berbahaya itu pada Mark...

Esther menggigit bibir gelisah saat memikirkan itu.

Tidak, tidak.

Mark Lee membutuhkan kotak musik itu, sangat butuh.


Mungkin Esther bisa memberi tahu kebenarannya ㅡsuatu saat nanti, saat Mark sudah tidak terlalu membutuhkan time turner.

Walaupun mungkin setelah itu Mark akan membencinya selamanya...

"WAAAAAAAAAAA KYAAAAAAA AAAAAAAA"


Esther tersentak dari lamunannya mendengar teriakan menggila bersamaan dengan berhentinya lagu.



"YA AMPUN!" Mark protes sia-sia. "FIX PULANG DARI SINI GUE BUDEK."

.
.
.
.
.
ㅡtbc

Kuharap kalian penasaran, abis ini ceritanya bakal agak nyambung sama Nowhere hehe

Yg blm baca Nowhere bole la baca di klik ㅡ> smallnoona, seru kok XD biar lebih dapet gitu feel-nya.

Ps: tararengkyu pada awjonginnn yg memberiku ide penyamaran Mark lewat dp-nya tempo hari ^^

Backup ; mark lee ✔ [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang