Part 25

3.3K 189 16
                                    

Langit mulai menghitam. Dan seseorang yang dia tunggu tak juga datang. Bohong. Terlalu sering Fallan mendapatkan kebohongan yang sama dari orang yang sama. Santy ibunya kembali memberikan kebohongan untuknya.

Fallan kecil melangkahkan kaki pendeknya memasuki mansion mewah yang dia datangi seminggu yang lalu. Seorang perempuan muda yang bertugas mengurus kebutuhan Fallan di tempat ini mengikuti di belakang. Raut wajah lesu dan tidak semangat mencuri perhatian Vincent yang duduk di sofa menonton tayangan di tv.

"Ada apa denganmu?"

"Tidak ada, Pa. Nara hanya lelah dan ingin ke kamar. "

" Fallan!"

"Maaf Pa. Fallan lupa. "

" Istirahatlah. "

Sejak dulu selalu sama. Vincent ayahnya tidak pernah suka jika Fallan menyebut dirinya Nara. Padahal dia sangat menyukai nama itu. Nama kecil pemberian Santy ibunya.

Fallan selalu menuruti perkataan Papa. Menuruti juga perkataan ibu yang memintanya pergi saat sopir pribadi keluarga Arrasyh datang menjemputnya. Walau Fallan selalu menolak pergi namun Santy selalu saja bisa membujuknya. Dia selalu berkata akan datang menyusul Fallan dan tinggal bersama di mansion. Tapi semua itu selalu saja kebohongan.

"Pa.. "langkah kakinya terhenti saat pertanyaan yang selalu ingin dia tanyakan kembali datang di ujung lidahnya, mendesak ingin dikeluarkan. Berjalan mendekati Vincent dengan langkah ragu.

" Ada apa? "

" Fallan ingin bertanya. "

" tanyakanlah. "

" Kenapa kita tidak tinggal bersama? Papa, Ibu dan Fallan. Supaya Fallan tidak harus kesana kemari untuk... "

" Fallan. Sejak awal memang seperti ini dan akan terus seperti ini hingga kamu dewasa. Saat dewasa nanti kamu akan tau situasinya. "

>>

Kegelapan itu membuatnya bosan. Keinginannya saat ini adalah mencari cahaya agar dirinya dapat kembali merasakan indahnya kehidupan yang sedang dia jalani. Walau rintangan selalu saja datang tapi dia tidak pernah menyesal bisa hidup di tempat ini. Mengenal cinta dan ketulusan yang semakin lama semakin menghilang. Hanya bisa berharap semoga dirinya akan kembali menemukan itu semua dalam diri wanita yang dia sayang.

Mimpi itu terasa nyata. Nyata saat dirinya masih kecil dan polos. Saat dirinya masih mengenakan seragam merah putih. Papa benar saat dia mulai beranjak dewasa, dia mengerti mengapa keluarga kecilnya tidak seperti keluarga lain yang hidup bersama. Karena cinta tidak merengkuh kedua orang tuanya. Kehadirannya hanyalah kesalahan.

Setitik cahaya dia dapat. Dan dia mencari cahaya lainnya hingga semua cahaya dia raih. Atap nuansa putih yang dia lihat pertama kali. Dimana?

"Ayah! "

Suara itu. Fallan mengenalnya. Bocah kecil itu berlari dan kini berdiri tepat disampingnya.

" sebelah mana yang sakit? Nanti Vano panggilin om dokter. Vano ga mau liat ayah sakit. " wajahnya nampak cemas.

Fallam tersenyum. "Ayah udah sembuh kok. Jangan cemas ya? Panggilin mama aja bisa?"

Vano menggelengkan kepalanya. "mama di rumah. Mama istirahat, kan baru pulang kemarin dari rumah sakit. Eh sekarang Ayah yang bobo disini."

"Terus kamu sama siapa? Sendirian? Nungguin ayah? Waah.. Anak pinter. "

" engga. Vano sama... "

I'm (Not) Teaser #Laluna1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang