Part 16

4.2K 221 9
                                    

Matahari pagi sudah terlihat sejak dua jam yang lalu, namun ruangan nuansa abu abu masih nampak gelap tanpa penerangan satupun yang menyala. Gorden masih tertutup rapat, karena pemilik kamar masih meringkuk didalam selimut hitam. Enggan menampakkan diri menikmati hangat ditubuhnya.

Cahaya dari luar mengintip melalui celah kecil, mengintip dua manusia yang masih lelap dalam tidurnya. Tak peduli hari sudah barganti, tak peduli pekerjaan sudah menunggu. Keduanya asik meringkuk berdekapan saling memberi kehangatan.

Salah satu dari mereka membuka kelopak matanya, melihat pria tampan terlelap dihadapannya. Dekat. Sangat dekat. Mencoba mengingat apa yang telah terjadi padanya. Hujan. Pinggir jalan. Rumah Nara. Memaksa tidur bareng.

Kebersamaan mereka bukan karena Nara ingin tapi Dea lah yang merengek minta tidur bareng. Awalnya Nara menolak mentah mentah. Namun rengekan Dea yang hampir membuat kepala Nara pecah karena terus merengek hingga pukul dua pagi akhirnya Nara kalah. Menemani bocah boncel itu tidu. Dilarang menyentuh tubuhnya seujung jaripun. Karena Nara hanya pria biasa yang akan berubah menjadi iblis saat ada tangan nakal menyentuhnya.

Nara berlebihan. Sejak mereka bertemu kembali hingga kini Dea tak pernah menyentuh apalagi nakal, bahkan Nara yang tiba tiba memberikan bibirnya dengan suka rela, tapi Dea tetap diam dan menjadi gadis penurut. Menuruti syarat aneh itu dan tidur dalam diam walaupun dirinya mulai nakal saat Nara sudah terlelap. Memeluk misalnya?

Sumpah asli tubuh keras dan lembut sekaligus. Rasa nyaman langsung datang dan membuat Dea terlelap ditemani mimpi indah. Hingga siang datang tanpa dia sadari dan Nara berada tepat dihadapannya. Terlelap ditemani mimpi indah.

Ingin sekali jarinya menyentuh wajah tampan yang damai dalam lelapnya. Bergerak menyentuh lirih agar tidak membangunkan tidur lelapnya, namun gerakan kecil itu telah memuat kelopak matanya bergerak dan terbuka.

Sebuah gerakan cepat membuat tubuh Dea berhasil dia rengkuh kembali. Menyembunyikan tubuh kecil itu dalam dekapan tangannya. Rasa hangat yang sangat dia rindukan. Matanya kembali terpejam mencari mimpi indah.

"Tidur. Gue masih ngantuk. "

Dea tersenyum dalam diam menikmati rengkuhan hangat tubuh Nara. Nara sendiri yang bilang ga boleh sentuh sentuh namun dirinya yang ingkar malah main peluk sembarangan. Tapi Dea suka.

Tidak menyia-nyiakan kesempatan langka Dea balas pelukannya dan kembali meraih mimpi.

>>

Suara nada panggilan berteriak nyaring memanggil pemilik ponsel. Tak ada yang mau menyentuhnya hingga dering ke enam. Pemiliknya masih enggan membuka mata, hingga dering ketujuh si pemilik ponsel berusaha untuk tidak marah pada siapapun itu yang mengganggu tidur lelapnya.

Suara ponsel tiba tiba menghilang saat ada gerakan kecil disampingnya digantikan dengan suara serak sehabis bangun tidur. Tak peduli dengan itu, Dea memilih kembali melanjutkan mimpi yang tertunda.

"Hallo. "

".." Mendengar suara asing ditelinganya Nara membuka matanya lalu melihat ponsel ditangannya. Bukan ponsel miliknya, lalu dia melirik gadis kecil yang ada disampingnya. Tidur lelap seperti bayi. Senyuman kecil tersungging dibibirnya namun sebuah suara diponsel membuatnya kembali mendekatkan ponsel milik Dea ke telinganya.

"Dea berada disampingku. " ungkapnya jujur.

".."

"Maaf, tapi dia tidur. Nanti saya akan beritahu dia bahwa anda menghubungi hingga tujuh kali."

Tanpa menunggu lama Nara memutuskan hubungan. Tak ingin mendapatkan banyak pertanyaan, dia memang salah telah menjawab ponsel gadis disampingnya namun dia benar benar tidak sengaja karena ponsel itu terlalu berisik dan dia lupa bahwa ada anak manusia disampingnya. Memperhatikan wajah Dea sebentar lalu beranjak dari ranjang. Perutnya minta diisi.

I'm (Not) Teaser #Laluna1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang