Part 2

36.8K 608 5
                                    

Malam semakin larut. Sebuah keluarga kecil berkumpul di Ruang tengah. ada Gea, Dafa dan Caca anak mereka yang baru berusia empat bulan.

"Sayang, kapan kita pindah?"

Mereka memang merencanakan kepindahan. Hidup mandiri menjadi keluarga kecil yang bahagia. "Besok siang Ge, tapi apa kamu ga kasian sama Dea?"

"Aku udah bicarain ini sama Dea kok. Dia bisa ngerti. Lagian di sini dia tak sendiri. Ada mama sama papa."

"Iya sih. Udah malem. Ke kamar yuk? Aku juga mau ngerjain kerjaan kantor ke ruang kerjaku. Itu Caca udah boboo."

Gea mengangguk mengiyakan.

Dea berdiri di balik pintu mendengar semuanya. Dia ga rela kalo Dafa pergi meninggalkan rumah ini. Tapi dia hanyalah adik Gea. Dafa sudah menjadi suami kakaknya.

Dea diam di tempatnya. Cintanya tak mungkin terbalas.

»

Tengah malam Dea terbangun. Haus. Dea berjalan meninggalkan kamar menuju dapur membasahi kerongkongannya. Saat kembali dia melihat ruang kerja Papanya terang. Senyumnya mengembang. Dea berjalan pelan ke ruang kerja. Benar saja Dafa ada di sana.

Dea kembali mengunci pintu mendekati Dafa yang duduk di sofa namun matanya terpejam. Ada laptop di pangkuannya. Dea mengambil Laptop menaruh di meja. Duduk manis di pangkuan Dafa yang masih tidur. Dea mengamati wajah Dafa yang tertidur. Tampan. Dea selalu menyukainya walaupun usia mereka terpaut jauh. Bahkan tubuh Dafa hampir tiga kali lipat besarnya dibanding Dea yang masih sangat mungil.

Dea menjilat bibir Dafa. Manis. Dafa tidak merokok dan bibir merahnya sangat enak. Siapa sih yang ga mau sama Dafa? Tampan. Baik. Lembut. .

"emmhh..."

Dafa bangun. Kedua matanya sedikit demi sedikit terbuka. Hal yang pertama dia lihat adalah rambut Dea. Dea memeluk Dafa membenamkan dirinya di dada Dafa yang bidang dan tegap.

"Dea.."

"Hmmmm." Gumamnya tanpa melepas pelukannya.

"Ada apa? Bukannya udah di ajarin semua? Udah di ajarin ciuman, oral, dan menggoda pria."

"Tapi lo ngajarin oral lewat video. Gue pengen praktek."

Dafa terkekeh kecil mendengar keinginan gadis kecilnya. Gadis kecil nakal. Dan dirinya lah yang membuat gadis itu menjadi semakin nakal dan liar.

"Baiklah. Coba lo goda gue dulu. Nanti kalo gue tergoda lo boleh langsung praktek di tubuh gue."

"Serius Daf?"

"Ya."

Dea tertawa bahagia. Dea mulai memainkan jemari mungilnya di wajah tampan milik Dafa sambil mengecup bibir merahnya. Bergerak dengan lihai memberikan kecupan ringan dipipi hingga kecupan itu kian bergerak ke kuping.

Memfokuskan permainannya disana dengan jemari nakal mulai menelusup menjari mainan lainnya.

Bibirnya kian turun mengecup permukaan kulit lainnya memberikan kenikmatan yang membuat Dafa semakin mengerang. Desahan semakin sering terdengar membuat Dea tersenyum senang.

Merasakan sesuatu yang mengeras. Dea turun dari pangkuan Dafa. Membuka resleting jeans yang di dipakai mengeluarkan benda keras itu agar terbebas dari kungkungan.

"Wah." Pipi Dea bersemu merah saat melihatnya. Ini kali pertamanya melihat secara langsung dan itu membuatnya malu sendiri.

"Kenapa De?"

"Kok besar?"

Dafa terkekeh kecil. Dea tak menyangka dengan apa yang di lihatnya. Jadi benda sebesar ini di masukkan ke tubuh Gea? Kok bisa? Tanpa sadar Dea memegang daerah intimnya. Lagi lagi Dafa terkekeh melihatnya.

I'm (Not) Teaser #Laluna1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang