Be Honest

997 142 13
                                    

" Jadi nong apa menurutmu ini aku tampan?" Tanya pha menyandarkan kepalanya di punggung lift. Melirik mata wayo masih ada ketegangan disana.

" Kok gak dijawab?" kepala pha miring kesamping melihat pipi tembam wayo.

" Berhubung kita akan mati disini lebih baik aku jujur bukan?" jawab diplomatis wayo biar tidak terkesan terlalu memuji. Jedah tiga detik, "Pi pha tampan."

Seperti ada ketertarikan lebih dari mata phana mencari lebih jauh, "Aku atau mantan kekasihmu?"

Wayo menengok patah ke arah phana, " Aku atau mantanmu?" Tanya phana lagi.

" Mantan kekasihku.." ada jedah tiga detik, ada mimik wajah kecewa dari wajah phana sambil beralih pandang ke atap lift, " Dulu," ada jedah lagi,
" Dulu menurutku dia tampan, tapi untuk sekarang, pi pha yang tampan."
Pipi wayo merona, menyibukkan jemarinya dan bermain main disana.

" Jujur ya? Sepertinya ide bagus, buat membunuh waktu sambil menunggu bala bantuan datang."

" Ide apa pi?"

" Kita saling bergantian kasih satu pertanyaan setelah menjawabnya, dengan satu syarat jawaban yang jujur, jika benar kata mu tadi kalau mungkin ini hidup terakhir kita dan tidak ada hari esok." jelas phana.

" Pi mendoakan kita hari ini
mati ya?."

" Bukan begitu, alangkah baiknya kita berfikiran positif dan menikmati waktu yang ada? Daripada kita harus menghabiskan detik ini dengan kepanikan, ketakutan, kecemasan, kekhawatiran membuang waktu dengan itu semua, Apakah kau tidak merasa rugi?" Jawab phana. Kejrlasan filsafat yang diberikan phana , membuat wayo berfikir, dan itu ada benarnya juga. Karena pada akhirnya hidup dan mati kan memang ditentukan Tuhan atau para dewa diatas langit sana, walaupun situasi semacam ini dapat disimpulkan dari pemikiran orang dewasa. Hidup sebentar atau langsung mati jatuh kebawah.

(Maafkan author ya wayo phana jika akan berakhir tragis😭)

" Iya aku setuju pi, mari kita mulai."

" Baaiiklaaah.. " senyum phana memutar mata ke atas sembari berfikir, " Aku duluan yang bertanya."

" Er.."

" Kamu membenciku disaat pertama ketemu aku di hari awal ospek itu?"

" Sangat!" jawaban singkat wayo, wajah phana tersenyum pahit.

" Bagaimana dengan pi pha apa kau membenciku di hari pertama ospek?"

" Tidak!"

" Bohong!"

" Eh pertanyaannya boleh satu, tunggu aku bertanya lagi baru kau boleh bertanya.'' phana pura pura galak.

" Apakah kau menyesal satu regu denganku disaat perang guling?"

" Haha, tidak pi , justru aku senang, walaupun kita kalah."

" Loh kenapa?"

"Ingat pi hanya boleh bertanya satu saja , gantian aku." balas wayo.

Mereka tertawa, " Pi pha bagaimana tubuhmu bisa tinggi, makan apa setiap harinya." tanya polos wayo, karena memang otak dia lagi buntu mau membuat pertanyaan seperti apa.

" Aku makan galah! Hahaha.. Mengapa pertanyaanmu aneh sekali nong yo, aku tinggi memang sudah gen ku dari lahir." phana tertawa memegang perutnya. Lalu diam.

Dalam diam phana berfikir, kali ini tidak akan dia lepaskan lagi,
" Apa benar kamu mantan kekasih maxim." tanya phana hati-hati.

" Iya, sudah dua tahunan kami berhubungan dan .."

Koala KuntetWhere stories live. Discover now