Persaingan

1.2K 161 21
                                    

Jam 12.00 , waktu menunjuk sudah tengah hari, maba kedokteran dan tekhnik istirahat, waktunya makan siang. Mereka dibagikan satu kotak makanan satu persatu. Wayo dan kit sudah mendapatkan kotak box, dan mencari spot yang nyaman segera menyantapnya.

Mereka mengambil tempat yang rindang, jarang ada orang disekitar daerah situ, kursi dibawah pohon ujung lapangan mereka duduk dan mulai menyantap makanannya.

" Aku lapar sekali kit hari ini." wayo membuka box dan mengambil suapan besar masuk kedalam mulutnya.

" Halah, kapan sih kau tidak lapar yo, kalau ada batu di bikin sushi juga kau makan." kit memutar matanya.

" Dan kenapa juga tekhnik dan fakultas kita digabung? Aku jadi tak nyaman bertemu mereka lagi." Kata kit sambil mengunyah makanannya.

" Apa masalahnya? Masih belum bisa move on? Kata orang nih kit kalau kau mau bisaa segera move on, ganti lah yang lama dengan seseorang yang baru." ucap wayo, mengangkat sendok plastik ditangannya.

Anak polos kaya wayo tidak cocok mengajarkan seorang kit yang sudah lebih dulu tahu mengenai soal cinta, "Kau sendiri? Pi maxim matanya seperti mau keluar melihat wajahmu, kau suka kan? Ada benih benih cinta tumbuh lagi kan?" sindir kit.

" Lalu pi lam bilang apa ? Kekasih yang tertunda? Sebenarnya kalian sudah putus atau belum?" selidik wayo.

" Aku sudah memutuskannya, melihat dia jalan berduaan sama seorang perempuan, menurutku sudah tidak ada ampun lagi."

" Memangnya kau sudah mencari tahu siapa perempuan itu?"

" Belum dan tidak perlu ! Dia akan memberikan ku banyak alasan alasan, bla bla bla bla, dan aku malas mendengarnya."

" Jadi bla bla bla nya itu apa? Kau saja belum tahu bla bla bla nya apaan. Malas mendengar kok seharian menangis sampai menghabiskan stock tissue diapartemenku!"

Kit malu dengan kejadian itu, memukul jidat wayo dengan sendok plastiknya. "Nih, masih aja mengungkit itu, kau sendiri juga merengek rengek ingat tidak? Kau seperti psikopat yang posesif, cemburuan tidak jelas melihat maxim dikerubungi fans boy dan girlnya, huih!"

" Aku hanya lelah ai kit, mempunyai hubungan dengan pria populer seperti maxim, aku kaya orang insecure , setiap hari cek IGnya, FB, twitter, path kaya orang gila. Tidak percaya sama pasangan sendiri karena takut kehilangan dia." wayo kalau mengingat saat itu dia lebih layak dibilang stalker daripada seorang kekasih.

" Kenyataan yang kau dapat tidak sama dengan pikiran negatifemu bukan? Maxim cuek aja dengan mereka mereka yang kaya cacing kepanasan, dan dia hanya pecicilan didepanmu ai yo.'' jelas kit.

" Dan kau kit, apa yakin kau bisa melupakan pi lam? Aku tahu kau selalu membanggakannya didepanku, oh wayoo tubuhnya sempurna, ooh wayo dia seksieh, ooh wayo he such a good kissier, huh gengsi !" ledek wayo.

Disaat mereka masih ditengah perbincangan , mereka tidak sadar di belakang punggung mereka sudah ada dua orang yang dari tadi merrka bicarakan dengan seru.

" Oh jadi Chub chubby, masih takut kehilangan maxim?" kata maxim sambil membawa kotak box makanannya dan mengambil tempat duduk didepan wayo.

Menyusul sesosok juga yang membawa kotak box makanan, duduk dihadapan kit, " Kittynya lam juga belum bisa melupakan tubuh ini, ya kan sayang?" goda lam ke wajah kit.

" Pi-pi ngapain disini? Bagaimana jika ada orang yang melihat kalian?'' tanya kit membangun benteng didepan mantannya itu. " Tenang saja ,toh semua orang sudah tahu, dua anak tekhnik ini adalah kekasih dua junior imut ini." lam mencolek ujung hidung kit dengan sayang. Kit diam, dan melanjutkan makannya.

" Chub Chub , nih aku tahu kamu suka daging iris, kamu makan yang ini." maxim memberikan daging iris dari box makananya ke box makanan wayo, "Dan karena kau tidak bisa makan seafood, capcay itu aku yang makan." Maxim mengambil makanan itu masuk ke dalam box makanannya.

Wayo melihat dalam diam, menikmati dimana maxim masih ingat dalam ingatannya bahwa dia alergi seafood dan maxim tidak lupa. Maxim tersenyum dengan mata nya yang bergaris. Maxim menangkap wayo sedang menatapnya, wayo pun salah tingkah, dengan gerakan santai maxim menunjuk ke arah makanan wayo, member kode untuk segera menghabiskan makanannya.

" Sayang kalau makan hati hati, tuh lesung mu jadi gak kelihatan, ada nasi disini." lam mengangkat tangannya mencoba mengambil nasi dari pipi kit, meronalah pipi kit kaya tomat.

Belum menyentuh pipi tadi, tangan mingkwan menikung tangan lam dan mengenggam erat tangan lam, mingkwan yang juga baru datang membawa box makananya, " Nong, kau bisa kan membersihkan wajahmu sendiri, nih tissue." suara ketus mingkwan, memberikan tissue ke tangan kit, kit mengambik tisu itu dan melapnya sendiri.

Mingkwan yang tiba tiba datang mengambil tempat duduk diantara kit dan lam, begitupun juga phana mengambil tempat antara wayo san maxim tepat disisi meja kanan dan kirinya.

" Oh ming, kau makan disini juga?" tanya basa basi lam.

" Iya, kalau tidak aku sudah pasti kalah sebelum berperang." mingkwan dengan tatapan tajam ke arah lam, membuat lam mengernyitkan dahinya. "Perang apa ai kit?" tanya lam, suasana disitu jadi hening, sunyi dan canggung.
Phana, wayo, maxim dan kit melirik.kearah mingkwan dan lam, ada aura ketegangan diantara mereka.

" Sepertinya pi ming dan pi lam akan bersaing keras menaklukkan kit sahabatku." Ucap wayo polos dan sibuk lagi memasukkan daging iris kedalam mulutnya, kit melihat ke arah lam lalu mingkwan, dimana mingkan dan lam masih saling mengadu mata. Kit menyikut tangan wayo. Wayo tanpa sadar kedorong ke arah phana yang disebelahnya.

" Aduh kit." kata wayo

Ditangkapnya tubuh gembil nan mungil itu sama phana, gerakan natural tanpa diduga, tubuh dan tangan phana menyambut itu.

" Koala kau tak apa apa?" tanya pha, rasa apa ini, ada apa dengan tubuh ini?

" Ti-tidak apa apa." jawab wayo cepat, getaran dada itu muncul lagi.

" Mau sampai kapan pelukannya chub, kepala aku bisa meledak disini." maxim menyilangkan kedua tangan didadanya. Phana dan wayo pun melepas pelukan mereka. " Tidak perlu sinis begitu pi maxim, kita sudah putus." Ujar wayo dingin, phana hanya melirik ke arah wayo, entah kenapa, perkataan wayo tadi membuat phana sedikit tenang.

" Aku tidak setuju, itu hanya sepihak."
Ucap maxim.

" Dan aku masih sangat sayang padamu sayang, dan tidak akan aku biarkan seseorang lain berencana mengambilmu dari tanganku." Jelas maxim , menelak phana.

"Terserah kau saja pi, yang jelas aku sudah bebas, begitupun sahabatku ai kit." wayo merangkul bahu kit.

Wayo dan kit sudah selesai menyelesaikan acaraa makannya. Wayo menyolek paha kit, memberi kode

Ayo cepat pergi dari situasi yang menegangkan ini teman.

" Ka-kalau begitu aku duluan pi." Pamit kit memberi wai ke arah ke empat seniornya.

" Aku juga, pamit." wayo pun sama memberi wai ke empat seniornya.

Disaat dua pria manis itu melangkah pergi, tinggal empat orang di satu meja ini, masing saling menatap mata lawannya masing masing.
Mereka saling menyadari, bahwa persaingan lembaran kertas pertama dimulai.








Bersambung

Vomen ya

❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

Terima kasih

Koala KuntetWhere stories live. Discover now