Jurit malam

1.2K 150 18
                                    

Hall sudah penuh dengan maba tahun ini yang mengikuti kegiatan ospek. Mereka habis selesai beristirahat, mengisi perut mereka. Senior ospek pun sudah memasuki hall tersebut, memasang wajah garang dengan senyuman yang sulit ditebak. Sisa dua hari sudah malam puncak berakhirnya ospek. Senior senior itu berdiri dengan tegak diatas panggung, dengan setelan almamater warna biru dongker khas anak kedokteran.

Ospek sebenarnya adalah kegiatan dimana senior dan junior saling mengenal satu sama lain. Tapi dasar phana, selalu mengutarakan ide gilanya. Ospek ini seperti lebih ke tujuan mari kita menyiksa mereka.
Tidak seperti biasanya, phana getol banget ikutan rapat meeting panitia ospek apalagi mengikuti kegiatan itu sampai selesai. Phana yang terkenal senior paling dingin, cuek, selalu menjawab terserah kalian melempar semua kegiatan pada teman temannya, tahun ini berbeda sejak si koala kuntet itu mencari masalah di awal ospek.

Phana berdiri dengan tampannya, mengangkat dagu menunjukkan kekuasaan posisi sebagai ketua ospek, gila hormat ingin dianggap eksis.

" Sisa dua hari kalian mengikuti ospek tahun ini. Saya harap kalian mendapatkan pelajaran dari ospek tahun ini." Teriak phana menggelegar seisi hall.

Dikerubunan barisan, " Yeah of course, pelajaran penting." kata sarcas dari mulut polos wayo, mengejek si ketua berbadan kaya tiang listrik itu.
" Sst wayo, diam dan dengarkan atau kita menjadi sasaran lagi." kit melotot dan mengangkat satu jari telunjuk ke arah bibirnya.

Jelas phana seperti salah fokus, menerangkan permainan akhir dari hari ini , sembari melirik ke arah satu target korbannya, phana tersenyum smirk.

Akhirnya setelah phana menjabarkan secara details permainan yang harus dilakukan para maba. Mereka bersiap dengan pasangannya masing masing sesuai pilihan mereka. Tentu saja wayo akan memilih kit sebagai pasangannya.

Beberapa senior mulai membagika, lima batang korek api dan kertas necis berwarna cokelat dan sebatang lilin berukuran 5cm. Kebetulan yang disengaja ming yang memberikan itu ke kit dan wayo.

Ming bicara dengan berbisik,
" Tenanglah dan jangan takut pi akan menjaga dan mengawasi kalian dari jauh." perkataan senir ming membuat hati wayo lebih tenang. Beda dengan kit yang menatap sinis ke arah senior ming, " Tidak perlu pi, kami bisa sendiri." disikutlah lengan kit sama wayo, " Kau ditolong jual mahal banget sih, memang nya kamu tidak takut kit?"

" Dibilang aku kalau beginian aku tidak takut, kau saja yang takut, ini kan cuma akal akalan para senior yang kurang kerjaan aja." sindir kit kearah ming. Ming hanya tersenyum,"Kalau kalian dulu seangkatan kami, hal ini tidak ada seujung kuku kakipun kitty, yasudah terserah kamu saja , aku hanya info kalau aku tidak akan jauh jauh dari kalian." senyum ming lagi ke arah wayo dan kit.

Mengangkat jari jempol, " Itu baru calon pacar sahabatku pi." polos wayo merestui mereka. Ming juga mengangkat ibu jarinya didepan wayo, ketangkap mata sama phana. Sebelum phana menghampiri mereka, dengan cepat ming menghindar pergi meninggalkan wayo dan kit.

********

Acara jurit malam dimulai. Jalanan setapak itu dibuat gelap dan sedikir penerangan. Disamping kanan terlihat ruangan ruangan kelas kelas yang sudah lama tidak terpakai. Jendela jendela kelas itu yang putih karena terbuat dari kaca, orang dari luar bisa melihat kedalam kelas itu dan terkesan sangat horor. Sebelah kiri mereka di tanam pohon pohon besar, dengan batang batang yang kokoh mengeluarkan suara suara daum daun bergesekan kalau angin mulai berhembus. Suara jangkrik, kodok menambah kesan menegangkan bagai mereka mendukung rencana para senior untuk menakuti mereka.

Untuk pertama memang dikasih kemudahan, lilin yang berukuran lima centimeter tadi dinyalakan oleh senior untuk awal mereka jurit malam, setelah melewati garis start. Bukan phana namanya dia sudah menyediakan police line untuk awal mereka melangkah memasuki jalan setapak yang seram tadi. Rencana phana memang sempurna dan tidak main main.

Koala KuntetOù les histoires vivent. Découvrez maintenant