Menang

1K 140 21
                                    

Semangat phana segenap jiwa, melempar guling kecil yang dia pegang memukul tubuh mingkwan yang cungkring itu, mingkwan walaupun ceking dia tetap saja ahli muaythai, dia berhasil menghindar.

Mingkwan tidak mau kalah dia pun memukul lengan phana, wayo yang sedikit berat, keseimbangan phana disitu goyah. Lagi lagi phana mencoba memukul lagi. Guling mingkwan dan phana beradu, mereka saling mendorong, mingkwan dibantu kit dan phana dibantu wayo.

Guling yang di pegang phana lepas, walhasil dengan tangan kosong, dia tetap mendorong guling mingkwan dengan kedua tangannya. Wayo makin memeluk erat pinggang phana, entah keberatan atau apa, keseimbangan phana teruji lagi, dan mereka pun melucut jatuh kebawa air kolam renang.

Phana dan wayo nyebur bersamaan, dimana wayo masih dalam posisi melingkarkan kedua tangannya ke pinggang phana masuk ke dalam air kolam renang,

BYUR,

Kepala phana muncul lebih dulu, phana langsung berdiri, wayo yang masih kelabakan di kolam renang, tangannya meraba raba ke atas minta pertolongan. Dengan lengan phana yang besar kekar mengangkat tubuh wayo hanya dengan sekali angkat, wayo masih mengusap usap mukanya. Jantung yang deg degan ,hidungnya meronta ronta mencari udara untuk bernafas.

" Nong, ini air kolamnya cetek kok."
Perkataan phana tadi, kaki wayo yang masih melayang diatas air, wayo cepat berdiri dan berpegangan tangan phana.

"Kau terlalu panik nong." ucap phana lembut.

" Uhuk uhuk." phana mengusap usap punggung wayo untuk menenangkan kepanikan koala itu.

"Kau tidak bisa berenang?"

" Bisa pi, cuma ngambang doang."

Jelas membuat phana tertawa,
" untung cetek nong, gimana kalau dalam?"

" Kan ada pi pha, apa p'pha akan membiarkan aku tenggelam?" Tanya polos wayo mengucek ngucek matanya.

" Tidak akan." jawab phana berbisik.

" Oi pha, lama amat disitu!" teriak mingkwan.

" ai wayo kita menang." teriak kit.

Wayo tersenyum dan phana pun juga tersenyum, '' Maaf kita kalah."

" Tak apa Pi, aku senang kita kalah." jawab wayo polos.

" Oke dilanjutkan perang gulingnya lagi nilai sekarang biru 1 : merah 0." teriak mingkwan.

************

Phana dan wayo keluar dari area pool bersamaan.
"Nong , baju mu basah, bawa baju ganti?" Tanya pha perhatian.

"AH, pi. Aku tidak bawa baju ganti." jawab wayo mengingat ingat tas bawaannya.

" Mau pakai punya ku? Aku bawa lebih." kata pha.

" Boleh pi, tapi.. Aw tubuhmu kan lebih besar dariku pi."

" Tidak apa apa daripada kau pulang dengan pakaian basah? Tunggu sebentar ya aku mau ambil baju di loker ku dulu." pamit pha.

Wayo berjalan pergi menuju ke hall, dimana para maba kedokteran menaruh tas mereka berserakan disana. Wayo dengan kemeja putih dan basah, tubuhnya menerawang keluar. Belum lagi rambutnya yang basah terkesan lepek dan jatuh ke dahi. Dan itu terlihat seksi.

Wayo yang masih jalan dalam keadaan basah, ditangkap sepasang mata yaitu maxim. Lalu dia berlari cepat menghampiri wayo, membuka baju PDL merah maroon nya dan menutupi pakaian wayo yang basah,

" chub, tubuhmu kelihatan dari luar." kata maxim masih menutupi bagian dada wayo.

" Iya pi, aku tadi habis main permainan didalam air, jadinya pakaian aku basah deh."

" Kau kan tahu aku tidak suka kalau kau mulai menghumbar tubuhmu." maxim merangkul bahu wayo, " Ah aku sangat posesif dengan tubuh mu itu, dan aku mau hanya aku yang bisa melihat itu semua." maxim mengarahkan wayo menuju tas yang dutaruhnya dikursi dekat hall. " Kau pakai baju ku saja ya," dibalas anggukan oleh wayo. Dengan tubuhnua yang besar dan kekar itu, maxim menutupi area tubuh wayo, membuat wayo dengan lenggang bisa berganti pakaian dengan bebas, wayo cepat membuka PDL maxim dan membuka kemeja nya, telanjang dada sekarang. "Oh god chub, kalau tidak ingat kita dikampus, sudah aku terkam kau !" maxim membuat gerakan semacam singa mau menerkam mangsanya.

" Kalau aku memang hanya kau pi yang baru menyentuhnya, Sayangnya, tubuhmu tidak hanya aku yang menyentuhnya, ya kan." jawab polos wayo, maxim bungkam kalah telak.

" Sudah berapa kali aku mau bilang perempuan itu saudara sepupuku, aku bisa membuktikannya padamu."

Wayo sudah mengganti pakaian basahnya dengan baju kering maxim.
"Terima kasih pi, aku akan mengembalikannya kalau sudah aku cuci."

"Tidak perlu sayang, itu buatmu saja."

"Tolong pertimbangkan kata kataku tadi, aku tidak pernah selingkuh darimu, dan aku sangat
setia padamu." lanjut maxim.

" Aku tahu, hanya saja aku lelah dengan semua perasaan curiga ku kepadamu pi, setelah kejadian sekali itu kau membohongiku, aku seperti bukan diriku sendiri."  jelas wayo.

" Aku kan sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi, hanya saja saat itu aku mabuk dan aku tidak sadar, dan aku mabuk kau tau siapa yang membuatku mabuk?"

" Kita memang bertengkar, dan aku tidak mencari pelampiasan, dan itu keteledoranmu sendiri pi." tegas wayo,
"Sudahlah pi. Nanti ada yang melihat kita."

" Aku tidak perduli."  maxim menarik tubuh wayo dekat di dadanya, dipeluknya tubuh yang sangat ia rindukan.

"Aku sangat sayang sama kamu pumpkin, tolong berikan hubungan kita kesempatan, tolong."

Disudut hati wayo masih mengingat betul kenangan indah yang sudah mereka lalui bersama selama dua tahun lebih. Masih ada rasa untuk maxim. Tubuhnya pun menerima pelukannya dengan mudah.

"Kasih aku waktu pi."

Maxim melepas pelukan itu,
" Benarkah?"

"Iya pi, benar." maxim memeluk wayo lagi, dan wayo membalas pelukan nya.

Disitu phana masuk membawa kaos ditangannya, mencari keberadaan wayo. Mendapati wayo dan maxim saling berpelukan, phana berdiri laku seperti patung, meremas kaos yang dia bawa buat wayo, wajah pha mengeras ada rasa marah disana.
Wayo melihat sekilas phana berdiri dibelakang maxim,

"P'Pha?"

Wayo melepas pelukan maxim, menoleh miring ke arah phana.

" A-aku mencarimu."

Phana melihat ke tubuh wayo, dia tidak melihat ada pakaian basah disana, yang ada sekarang kaos putih polos yang pas ditubuh wayo kering, dan jangan lupa rambut wayo yang ditutupi jaket berwarna merah maroon.

"Maaf pi, aku lupa, aku sudah pakai baju dari pi maxim." wayo nyengir sambil memperlihatkan kaos yang dia pakai sekarang.

"Kau bawa apa itu pi?" tanya wayo melihat sesuatu ditangan phana.

Dengan gerakan cepat, baju kaos pink yang dia pegang disembunyikanmya dibalik badannya.

" Ah bukan apa apa, kalau begitu aku ke kolam renang lagi, takut mingkwan mencariku."

Phana mundur tiga langkah, lalu memutar balikkan tubuhnya, dan gerakan cepat tangannya pindah ke depan, melangkah pergi meninggalkan mereka.


Bersambung

Koala KuntetWhere stories live. Discover now