Part 13 - Kekhawatiran Semua Orang Termasuk Sang Bidadari

Mulai dari awal
                                    

"Mba Zee salah. Kecemasan atau kekhawatiran mba karena mba Zee mencintai om El. Iya kan?"

Zeefana diam untuk beberapa saat. Hingga akhirnya sebuah panggilan yang berasal dari ponsel Kimi membuyarkan keheningan.

**

"Om Malik tau nggak kenapa belakangan om El jadi pendiam?" tanya Kimi saat setelah mereka menghabiskan makan malam berdua.

Malik menggeleng. "Sudah pernah aku bilang kalau El itu jago berakting dan pintar menyembunyikan rahasia juga." jawab Malik dengan santai.

Kimi mengangguk tidak yakin. Otaknya terus berputar mencari tahu apa yang tengah terjadi pada om-nya tersebut.

Ponsel Malik bergetar kencang di atas meja. Dia hanya melirik sekilas dengan cuek. Peneleponnya masih sama. Yaitu perempuan yang mengaku sebagai pacarnya.

"Cewek jadi-jadian itu lagi?" tanya Kimi penasaran.

"Iya."

"Mau aku jawabin lagi teleponnya?"

Malik meneguk air minumnya sebelum dia menggeleng. "Nggak perlu. Lagian nggak penting juga."

Gantian sekarang Kimi yang meneguk minumnya hingga tandas. Dia mengutuk mulutnya yang dengan 'sok asik'nya menawarkan untuk menjawab panggilan dari perempuan itu. Kini ponsel hitam itu dimatikan dayanya oleh Malik.

**

Kimi merebahkan tubuhnya di atas gazebo belakang rumah. "Aku nggak mau om El sedih ataupun merasa kesakitan sendiri. Setidaknya dia bisa membagi cerita untukku kalau nggak mau buat eyang khawatir." gumam Kimi sendiri.

Tak lama Malik ikut rebahan di sebelah Kimi. Ya, laki-laki itu pun ikut menunggu El. Suasana pun hening. Tidak ada satupun dari mereka yang memulai obrolan. Mereka hanya sibuk dengan kegiatannya di ponsel masing-masing.

"Kamu suka musik genre apa?" tanya Malik akhirnya membuat Kimi langsung menoleh.

"Kenapa tiba-tiba nanya suka genre musik apa?" tanya Kimi balik.

"Ya mau tau saja. Aku mau setel musik nanti kamu nggak suka sama lagu yang aku putar." Malik masih sibuk menatap list lagu yang ada di aplikasi ponselnya. "Gimana kalau lagu dangdut. Kamu hapal kan lagu Rt 5 Rw 3?"

Kimi sukses dibuat melotot dengan ucapan Malik barusan? Seorang Malik yang tampang playboy nomer wahid suka lagu dangdut juga. Malik menjentikkan jarinya di depan wajah gadis itu.

"Kenapa bengong? Ah atau kamu mau lagu Wulan Merindu?" tanya Malik lagi dan tetap saja Kimi tidak menjawab. Jempolnya bergerak ke atas bawah men-scroll layar ponselnya. Sesekali dia bergumam entah menyanyi atau bukan. Tak lama wajahnya berseri.

Sunyi sepi malam
Tanpa sinar bulan
Tak tertahan lagi
Rasa gundah di dalam dada

Teringat dirimu
Terbayang kau slalu
Setiap malam-malamku

Malik pun ikut bernyanyi mengikuti lirik lagu tersebut.

"Kamu hapal nggak, Kim? Ayo nyanyi lah jangan malu." ujar Malik kemudian dia kembali melanjutkan nyanyiannya. Entah kenapa darah Kimi berdesir lebih cepat dari biasanya. Jantungnya pun seperti sedang bermain trampolin yang melompat-lompat tak karuan.

Bawalah diriku oh sayang
Kuingin selalu bersamamu
Tak sanggup lagi diri ini
Berpisah denganmu kasih

Tidak hanya bernyanyi, bahkan laki-laki itu melakukan gerakan tari yang fenomenal dari lagu tersebut. Gerakannya yang kelewat luwes membuat Kimi tertawa. Sejenak mereka lupa kalau mereka..menunggu El.

**

Kimi terperanjat saat menemukan dirinya terbaring di atas ranjangnya. Seingatnya, semalam dia menunggu El di gazebo belakang rumah sambil nyanyi-nyanyi tidak jelas bersama Malik. Ya, Malik! Dia lupa dengan laki-laki itu. Lalu dimana dia sekarang?

Jangan bilang kalau om Malik yang gotong gue ke kamar. Duhh..gue di grepe-grepe nggak ya?

Pintu kamarnya terbuka. Nampak sosok El yang sudah rapi dengan setelan kerjanya sambil membawa sarapan yang dia letakkan di atas nampan. El meletakkan nampan itu di atas meja belajar Kimi. Dia duduk di atas kursi menghadap ke arah keponakannya.

Wajahnya terlihat kuyu dengan lingkaran hitam di bagian bawah matanya.

"Om El baik-baik saja kan?" tanya Kimi khawatir. Lalu gadis itu menghampiri dan mengusap wajah lelah milik El. "Aku ngerasa om El lagi nyembunyiin sesuatu dari aku. Iya kan?"

El hanya menjawabnya dengan senyum yang kelewat tipis. Dia memeluk Kimi dengan erat seakan mereka sudah terpisah berpuluh-puluh tahun lamanya. "Om..Kimi nggak bisa nafas."

Kontan saja El langsung melepaskan pelukannya. Dengan ragu El memandangi wajah Kimi yang terlihat sedang menyelidiki.

"Om, ragu untuk memulai cerita ini darimana. Sekarang..pikiran om bercabang. Om bingung dan.."

"Kimi akan jadi pendengar yang baik. Kimi janji."

"Om tau kalau kamu adalah pendengar yang baik. Dia..saat ini membutuhkan, om."

"Dia? Dia siapa?"

**

Vomment Please...

__Paprika Merah__

Target KimiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang