Eunkwang tentu saja kaget dan dengan sigap melepaskan perlahan pelukan mereka.

"Omo! "

Namja dihadapannya terlihat pucat dan jangan lupakan darah yang keluar dari hidung bangirnya.

"Sungjae-yah, ireona!! Yak! Ireona!! " Eunkwang menepuk-nepuk pipi namja dihadapannya.

Eunkwang mengeluarkan stetoskop nya kemudian mengecek kondisi pasiennya.

Maafkan aku Sungjae. Ada saatnya aku akan beritahu kondisimu yang sekarang ini.

***

"Hyung, jebal yo. Biarkan aku keruangan Minhyuk hyung" bujuk Sungjae kepada namja dihadapannya.

"Tidak boleh! Kau baru saja terbangun setelah pingsan 2 hari. Jebal, jangan keras kepala Sungjae-yah" bujuk Eunkwang.

"Hyung, jebalyo. Setelah ini aku akan menuruti semua instruksimu hyung. Tapi, jebal, untuk kali ini saja, nde? " bujuk Sungjae sembari ber-agyeo.

Muntah boleh, tidak?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Muntah boleh, tidak?

"Hhh, baiklah. Kajja, hyung akan mengantarmu" ajak Eunkwang.

Sungjae pun mengulas senyum manisnya.

"Gomawo, hyung"

***

Tok tok tok

"Minhyuk-ah, bolehkah aku masuk? " tanya Eunkwang.

"Nde, masuklah"

Eunkwang pun masuk sembari mendorong kursi roda adik dari namja dihadapannya.

"Siapa yang kau bawa itu, Eunkwang-ah? " tanya Minhyuk.

"Ini adikmu, Minhyuk-ah. Uri Sungjae" ujar Eunkwang.

"Sungjae? Jeongmal? "

"Nde"

Eunkwang mendorong kursi roda Sungjae mendekat kearah hyungnya.

"Hyung... "

Tak

"Jangan menyentuhku! " ujar Minhyuk dingin.

"Yak! Minhyuk-ah, ada apa denganmu? " tanya Eunkwang sedikit membentak.

"Dia bukan adikku. Dia hanyalah bocah pembawa sial di dalam keluargaku" tegas Minhyuk.

"Mworago??!!!" pekik Eunkwang.

"Pergi dari ruanganku! Kalian berdua! " usir Minhyuk.

"Yak, tapi... "

"Hyung, hajima. Kajja, kita pergi dari sini" lirih Sungjae yang mendongakkan kepalanya, menatap Eunkwang dengan tatapan terluka.

"Nde, arraseo. Kajja, kita pergi dari sini. Dan Minhyuk-ssi, setelah ini kita bukan sahabat lagi, karena persahabatan kita hanya sampai disini saja. Kuharap kau segera mengingat semuanya kembali. Akan ku pastikan kau akan menyesal nanti" ujar Eunkwang penuh emosi. Dengan segera ia membalik kursi roda namja didepannya menuju ke pintu keluar.

Kuharap kau tak menyesal, Minhyuk-ah.

Hyung, jebal. Ingat aku. Dan jangan ikut-ikutan membenciku. Jebal.

***

Didalam ruangannya Minhyuk kembali merenungkan kata-kata dari seseorang yang mengaku sebagai temannya.

"...Dan Minhyuk-ssi, setelah ini kita bukan sahabat lagi, karena persahabatan kita hanya sampai disini saja... "

Benarkah itu Seo Eunkwang? Sahabatnya?

"...Akan kupastikan kau akan menyesal nanti"

Menyesal? Menyesal karena apa?

"Hyukie, kau sedang apa chagi? " tanya Sora membuyarkan lamunan putranya.

"Eoh, eomma"

Sora mengulas senyumnya, mengelus pelan Puncak kepala anaknya. Ia menatap sendu luka yang terbalut perban di dahi anaknya.

"Apa kepalamu sakit? " tanya Sora.

"Ani, nan gwenchana. Gokjongma, eomma" jawab Minhyuk sukses membuat senyum terpatri di wajah eomma nya.

"Geundae, eomma. Tadi Eunkwang membawa seseorang kemari. Coba tebak siapa? " lanjut Minhyuk.

"Nugunde? Cepat beritahu eomma! " desak Sora tak sabar.

"Dia bocah pembawa sial yang eomma ceritakan kepadaku" jelas Minhyuk dengan penuh penekanan.

"Jinja? Lalu, apa yang kamu katakan padanya? "

"Aku mengusirnya eomma" ujar Minhyuk dengan senyuman manisnya.

"Nde, baguslah chagi. Eomma bangga padamu" ujar Sora lalu menarik putranya kedalam pelukan hangatnya.

***






























TBC


Really? (END)Where stories live. Discover now