"Jangan pergi" bisik Aidan terdengar lirih di telinga Abel. Wanita itu terdiam bingung harus menjawab apa. Tubuhnya juga ikut membeku, seakan enggan untuk beranjak meski selangkah saja.
"They. Kamu istirahat saja. Lagian ini sudah malam" Aidan berujar lembut, sembari menatap Atheya yang balas mengangguk.
Sedetik kemudian Atheya sudah melesat pergi. Tinggalah Aidan dan Abel yang masih terdiam kaku. Tangan Aidan bahkan masih mencengkram erat pergelangan Abel. Sepertinya pria itu tak sadar.
"Ada apa?" tanya Abel sedatar mungkin. Meski sekarang ia tengah mati-matian menahan diri untuk tidak berteriak girang
Seakan tersadar. Aidan langsung melepaskan tangannya dari pergelangan Abel. Pria itu berdeham sejenak menghilangkan kecanggungan yang tercipta.
Aidan berjalan duluan. Kali ini ia menuju sebuah Ayunan yang berada tak jauh dari posisi semula. Pria itu mengisyaratkan Abel untuk segera mengikutinya.
"Ada apa?" tanya Abel lagi. Seraya memegangi ujung roknya, gugup
Aidan tak menjawab. Pria itu memperhatikan Abel yang kini tengah berdiri di samping ayunan. Kenapa tidak duduk?
"Kenapa berdiri?" tanya Aidan. Seolah bingung dengan sikap Abel. Biasanya tanpa disuruh pun wanita itu bertindak sesukanya
"Aku tidak ingin menganggumu"
Alis Aidan menyatu, tanda kalau pria itu tengah bingung. Memangnya sekarang Aidan merasa terganggu dengannya? Bukankah Aidan yang mengajaknya kesini? Kalau memang Aidan merasa terganggu, tentu ia takkan mengajak Abel kesini!
"Duduk" titah Aidan. Membuat Abel menatapnya tak yakin
"Sudah duduk saja!" Aidan berujar tegas sembari menarik pergelangan tangan Abel untuk ikut duduk di sampingnya. Tanpa bisa menolak, Abel mengikuti saja apa kemauan Aidan.
Canggung. Mereka berdua benar-benar merasakannya sekarang. dikeheningan malam seperti ini suasananya begitu sunyi tak ada suara riuh lain, selain hujan yang turun dengan derasnya
Abel diam. Wanita itu memegang jantungnya yang serasa jumpalitan. Hatinya berdebar-debar tak karuan. Ingin rasanya ia tertawa atau berteriak girang. Namun sepertinya itu tak mungkin, mengingat ia tak sendiri sekarang. Sungguh Abel merasa berbunga-bunga. Apalagi ketika Aidan menahan pergelangannya untuk membawanya berduaan ditempat ini. Memandangi hujan yang kian deras mengalir, di kesunyian malam. Berdua saja.
"Bel.."
Abel menoleh, mendengar panggilan berat yang ditunjukkan untuknya. Sekarang Aidan tengah menatapnya intens. Abel bukan main senangnya, namun wanita itu hanya balas menatap Aidan datar seolah ia tak merasakan apapun saat ini
"Apa yang kau inginkan?"
Abel mengernyitkan dahi, menatap Aidan yang kini beralih memandang hujan
"Apa maksudmu?" tanya Abel tak mengerti.
Apa yang ia inginkan? Terlalu banyak yang Abel inginkan! Tapi apakah maksud Aidan itu sama dengan pemikirannya? Sebuah harapan? Impian? Atau benda-kah yang Aidan maksud?
"Katakan"
Abel berpikir keras lagi. Aidan sepertinya enggan menjelaskan maksudnya. Tapi....apa yang Abel inginkan? Ia sendiri tak tau!
Tak mendapat jawaban. Aidan kembali memandang Abel. Wanita itu terlihat mengerutkan keningnya. Tanda jika ia tengah berpikir keras sekarang.
"Benda? Makanan? Atau apa?" tanya Aidan sedikit frustasi. Sepertinya 'otak lemot' Abel mulai melancarkan serangan lagi
Abel terdiam sejenak. Kemudian memandang hujan yang tiba-tiba saja berhenti. Awan yang semula mendung langsung terganti dengan awan malam yang hitam pekat. Samar-samar beberapa bintang mulai menampakan keindahannya diikuti purnama yang mulai menampakkan sinarnya. Seketika satu keinginan Abel muncul. Ia ingin....
![](https://img.wattpad.com/cover/110626305-288-k566972.jpg)
YOU ARE READING
Bukan ZONK!
Romance"Jadi gue harap lo bisa akting" Abel mendongak menatap bingung Aidan "Akting? Untuk apa?" Aidan berdecak. "Hamil!" bentak Aidan ketus. Abel terkesiap Akting hamil? Padahalkan dirinya memang benar-benar hamil! Kegilaan macam apa lagi ini! "Gue harap...