Part 39 {Mimpi, kenyataan atau hayalan?}

70.9K 3.4K 31
                                    

Seharian ini nampaknya Abel benar benar betah berada di kamarnya. Bahkan wanita itu menyuruh Emin membawakan makanannya ke kamar saja, meski wanita gempal itu sudah mengatakan bahwa Tuan Aidan dan Nona Atheya sudah selesai sarapan.

Tidak. Sebenarnya Abel tidak takut bertemu kedua orang itu dalam artian apapun. Termasuk mengenai perkataan Emin mengenai alasannya tak 'gabung' bersama Atheya dan Aidan. Sungguh ia hanya merasa benar-benar malas melakukan apapun. Bahkan mandi saja sepertinya wanita itu benar-benar malas melakukannya. Hanya karena paksaan Emin-lah akhirnya wanita itu mau menurut. Itu pun mandi 'bebek' alias mandi kilat.

Sejak kejadian 'malam itu' rasanya Abel jadi malu sendiri melihat wajah Aidan. Entahlah, setiap mengingat hal itu rasanya wajah Abel jadi merah merona tak jelas. Apalagi mengingat Aidan yang saat itu tiba-tiba saja menciumnya tanpa sadar. Ah! Abel benar-benar merasa malu sendiri jadinya!

"Nona..kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Emin kepo, melihat wajah nonanya yang tiba-tiba saja merona merah.

Abel tersadar dengan cepat. Segera ia tutupi wajahnya dengan bantal. Ah! Jadi malu kan?!

Abel mengelengkan kepalanya ke kanan dan kiri meredam pikirannya yang 'agak kacau' karena kejadian itu.

"Benar tidak apa-apa? Atau nona sakit?" cemas Emin. Yang wanita itu tau kalau wajah seseorang tiba tiba merah itu bisa saja pertanda sakitkan? Atau alergi?

Abel mengatur napasnya sejenak, meredam tawanya atas ucapan Emin yang kelewat polos itu. Huh! Untung saja 'dugaan' Emin seperti itu. Jadi Abel tak perlu menutupi rasa malunya!

"Nggak-nggak apa-apa"

Emin mengangguk paham. Wanita itu kembali melanjutkan acara menontonnya di kamar Abel.

Yah....sekarang Emin benar-benar sudah ia anggap seperti keluarga sendiri, jadi mengunakan peralatan apapun milik Abel, Emin tak perlu sungkan mengunakannya. Termasuk menonton Tv seperti ini! Itu salah satu perintah Abel.

"Emin...kayaknya aku pengen sesuatu deh"

Mendengar ucapan Abel, Emin kembali menoleh cepat ke arah wanita itu.

"Apa Non?" tanyanya

"Abel pengen Roti isi mayonnaise susu" lanjut Abel, Emin tersenyum

"Akan Emin buatkan untuk Nona" Emin akan bangkit dari duduknya namun segera ditahan Abel

"Nggak usah Emin" tolak Abel

"Kenapa?" bingung Emin

"I..itu....A..abel pengennya Aidan yang membawanya untuk Abel" cicit Abel pelan. Ia tau ini mustahil tapi mau bagaimana lagi? Itu yang ia inginkan sekarang. 'Roti Isi Mayonnaise Susu dari Aidan'

"Ta..tapi Non..." Emin bingung harus menjelaskan alasan seperti apa untuk Nyonyanya ini. Ia takut Abel akan tersingung dengan ucapannya nanti. Apalagi yang Emin tau hubungan Tuan dan Nyonyanya ini sedang tidak baik.

"Ehm...tak apalah. Emin buatkan saja Roti itu untuk Abel" lanjut Abel sedikit pasrah. Ya setidaknya keinginannya memakan roti tersebut terlaksanakan bukan? Ya...meski tidak sepenuhnya!

Emin mendengus lega. Wanita itu mengangguk cepat kemudian bergegas menuju Dapur untuk membuat Roti pesanan Abel

🥀🥀🥀

Setelah Emin beranjak. Kamar menjadi sepi kembali. Siaran televisi tak banyak membantu meramaikan suasana sepi yang Abel rasakan. Wanita itu mendengus pelan. Sekarang ia harus apa? Tidur lagi? Hah! Bahkan seharian ini Abel sudah tidur, sampai-sampai kepalanya terasa sedikit pusing dan pegal karena kelamaan berbaring. Kalau menonton Tv Abel juga bosan, rasanya tak ada yang menarik disana. Benar-benar membosankan!

Bukan ZONK! Where stories live. Discover now