14

1.2K 206 25
                                    

Gue menimang-nimang. Haruskah gue chat dirga sekarang? Gue takut. Gue takut kalo semua ini malah mendadak dan bikin dirga kaget. Apalagi udah hampir akhir semester gini dan pasti anak teknik modelan dirga lagi banyak kerjaan.

Tapi kalo gue gak bilang ini sekarang, semuanya malah jadi beban di gue. Berkali-kali gue berpikir kalo ini cuma ilusi yang otak gue ciptain. Kenyataannya ternyata berbanding terbalik.

Entah kenapa otak gue berpihak untuk mengatakan yang sebenarnya ke dirga. Tapi di lain sisi, hati gue berkata nggak, gue harus tahan ini.

Hidup emang banyak cobaan dan kali ini gue dapet cobaan baru seperti ini lagi. Cobaan dimana otak dan hati gue gak sinkron, apalagi tindakan gue, makin gak sinkron.

Gue bingung. Apa gue harus jujur atau bertindak seolah-olah nggak ada apa-apa? Tapi tetep aja, gue gak bisa masa bodoh dengan semua ini. Gue harus nemuin titik terang masalahnya. Gue gak bisa begini terus.

Dan karena itu pula, gue memutuskan untuk berbicara dengan dirga terlebih dahulu.

"Dirga, bisa ketemu gak besok?"

Gue menggigit bibir bawah gue setelah mengirim itu. Gue mendadak takut. Takut dengan kenyataan yang sebentar lagi menghampiri gue. Setelah sekian lama dan hal yang gue takutkan akhirnya terjadi.

Lama. Lumayan lama gue menunggu balasan dari dirga yang biasanya sangat-sangat fast respond kalo gue chat. Ini bukan dirga yang gue kenal, ini bukan dirga pacarnya anin.

Tapi setelah 1 jam berlalu, chat gue akhirnya mendapat balasan dari seberang.

"Bisa, kenapa emang? Dimana?"

Lagi-lagi, dia bikin gue mengernyitkan alis. Ada apa sih dengan dirga yang gue kenal? Kenapa rasanya semuanya berubah begitu aja?

Gue mengetik balasan dengan hati-hati. Nggak lupa menulis alasan selogis-logisnya agar dirga nggak curiga sama sekali kenapa gue minta ketemu.

Aneh ya, kenapa juga gue harus kaya gini ke pacar gue? Bukannya harusnya dia nggak perlu bertanya 'kenapa' kalo gue ajak ketemu ya? Kan dia masih berstatus pacar gue, seharusnya dia gak perlu dong bertanya 'kenapa' kalo gue ajak ketemu? Bukannya hal yang wajar ya kalo pacar minta ketemu?

Dan lagi-lagi gue harus menunggu sekian lama untuk mendapat balasan dari seberang. Lebih lama. Lebih lama dari yang tadi.

Sekitar lebih dari 1 jam, chat gue sudah di-read tapi butuh waktu 5 menit untuk gue menerima balasannya. Dan yang bikin gue kecewa, balasan dia cuma sebatas "oke". Tanpa stiker sebagai pengiring dari 3 huruf yang dia kirim. Tanpa kata lain juga yang ikut mengiringi 3 huruf yang dia kirim. Bener-bener cuma "oke".

Gue menghela nafas. Susah juga ternyata ngadepin dirga yang begini setelah sekian lama.

...

Gue mendudukkan diri di salah satu bangku kosong. Sekarang gue udah sampe di salah satu gerai donat ternama di Indonesia. Gue sampe 15 menit sebelum waktu janjian gue. Dan nggak butuh waktu lama, ada cowok yang membuka pintu sambil mencari dimana keberadaan gue. Otomatis gue melambaikan tangan dan yang dilambaikan juga cuma berjalan santai ke arah gue.

"Mau pesen minuman dulu gak? Kebetulan gue belum mesen. Biar sekalian," kata gue halus ke dia.

"Gak usah. Lo aja nin," katanya sedikit dingin.

"Oh...oke?" kata gue kikuk lalu berjalan ke arah kasir yang untungnya nggak ada antrian berarti.

Setelah mesen, gue kembali ke tempat duduk gue. Baru juga menjatuhkan pantat gue di atas bangku, dirga udah buka suara duluan.

D I A ✔Where stories live. Discover now