8

2.1K 312 64
                                    

Kak agra hiper sendiri pas tau gue jadian sama dirga. Bukan hiper kaget gitu, maksud gue hiper karena seneng. Gue jadi bingung, yang jadian siapa yang seneng siapa.

"Bagus lah lo jadiannya sama dirga. Setidaknya lo jadian sama orang yang gue percaya," gitu kata dia.

Gue yang udah gak tau lagi mau bales omongan kak agra cuma bisa manggut-manggut aja.

Omong-omong, setelah jadian sama dirga, mimpi-mimpi gue tuh seperti terpenuhi. Nggak setelah jadian juga sih, lebih tepatnya setelah kenal dirga. Rasanya seperti dia yang memenuhi semua keinginan gue untuk bermusik.

Seperti yang gue bilang sebelumnya, gue suka musik. Dan dirga, dia salah satu alasan gue makin suka sama hal-hal berbau musik. Karena dia bisa jadi salah satu orang yang mau memainkan alat musiknya buat gue.

...

Setelah kejadian nonton kemarin itu, gue belum sempat keluar lagi bareng dirga karena satu dan lain hal. Tapi hari ini, for the first time, i come to watch dirga as his girlfriend.

Sebenarnya, ini bukan permintaan dirga juga biar gue nonton dia manggung. Tapi karena gue juga lagi butuh hiburan di saat ada tugas yang mengepung, jadi gue putusin buat nonton.

As usual, gue dateng bersama kak agra. Kakak gue yang satu ini emang gak mau ketinggalan karena pada dasarnya dia sama aja kaya gue.

Gue dateng sebenarnya cuma nonton enam hari aja, tapi kak agra mau nonton yang lain juga. Jadilah kita udah ada di tempat bahkan sebelum enam hari naik panggung. Gue yang gabut dan laper pun, akhirnya nyari makanan di stand-stand yang dibuka.

Begitu kembali ke tempat kak agra menonton, gue melihat pemandangan yang cukup familiar di sana. Kak agra lagi ngobrol sama seorang cewek dan gue rasa, gue kenal orang itu. Gue memutuskan untuk memanggil kak agra dulu. Karena keliatannya, kak agra lagi serius bertukar cerita dengan cewek itu.

"Kak agra," panggil gue.

Dan seketika, kak agra serta cewek itu menengok. Ah, gue inget. Cewek ini mantannya kak agra dan gue kenal baik dengan dia. Tapi sejak putus sama kak agra, gue jadi jarang berhubungan lagi sama mbak ini.

"Loh, anin?" Katanya setelah menengok.

"Mbak lintang, kan ya?" Balas gue lalu menghampirinya. Sedetik kemudian, gue memeluk mbak lintang.

"Iya, hehe. Lama banget ya nggak ketemu," kata dia setelah kami melepas pelukan singkat tadi.

"Mbak lintang ke mana aja? Kak agra udah kerja loh sekarang," kata gue semangat yang hanya dibalas tatapan tajam dari kak agra.

"Aku masih kuliah nih sekarang. Kamu udah lulus sma belum?"

"Ih mbak, aku udah kuliah tau. Udah semester 2 sekarang."

"Wah udah kuliah? Cepet banget," balas dia.

"Cepet sebelah mana, normal ini mah."

"Kak agra tuh baru kecepetan. Akselerasi dua kali, wow," lanjut gue.

"Hiperbolis banget dik," jawab kak agra yang dibalas dengan kekehan pelan dari mbak lintang.

"Kalian masih sama ya ternyata. Masih suka berantem gara-gara hal yang gak penting," katanya.

"Ya gitu deh mbak. Soalnya kak agra suka ganggu, gimana gak berantem?"

Mbak lintang lagi-lagi hanya terkekeh denger penuturan gue. Menurut gue, si mbak ini gak banyak berubah. Cuma berubah status doang. Iya, dulu kan mbaknya hampir jadi calon kakak ipar gue, hehehe.

D I A ✔Where stories live. Discover now