Pt.2| Mini Chapter 27 : Goodbye (End)

2.8K 157 309
                                    

(Specially written by Raizel - Edited by Kanata Gray)

Hari ini kita akan bicara tentang perasaan. Ini tentang hari-hariku di bulan ini. Tentang bagaimana aku menghadapi mama yang memberi batas antara dirinya denganku sejak aku menemukannya di hotel dengan lelaki lain selain papa. Kalau ada yang ingin tahu rasanya seperti apa, aku akan menjawabnya sekarang.

Teruk. Pahit. Tidak bisa lagi melihat mama dengan cara yang sama. Rasanya seperti melihat diriku sendiri sehari setelah aku memutuskan untuk merusak diriku, mengotori diriku dengan Randi. Perasaan bersalah yang sama, perasaan sesal yang sama, Hanya saja kali ini aku menyalahkan mama untuk semua kemelut ini.

Meski demikian kesal dengan mama, ada belenggu yang membuatku tetap mencoba berbaik hati padanya. Sebuah ikatan yang tak lekas membuatku membabi-buta dan menghinanya dalam-dalam di benakku. Ikatan antar ibu dan anak. Aku terus menanamkan kalimat ini dalam diriku, 'Ia ibuku, ia melakukan semua ini untukku, ia ibuku, ia melakukan semua ini untukku' lalu terus dan terus kalimat itu berputar di benakku sampai alam bawah sadarku menerimanya dan menganggap itu benar.

Yang membuatku hampir gila adalah telepon dari pria yang membawa mama ke kamar hotel. Mama dan orang itu makin sering mengabari satu sama lain. Seperti sengaja, mama membiarkan suaranya menggema hingga lantai atas, membiarkanku dan Fabian mendengar semua percakapan menjijikannya. Mengerti perasaanku? Aku akan bicara langsung pada semua yang membaca tulisan ini... Coba pikirkan. Bayangkan jika yang melakukan ini adalah ibumu sendiri. Bagaimana perasaanmu? Kau pikir kau akan baik-baik saja? Kau bisa menatap matanya dan melempar senyum? Apa kau tidak jijik melihat dirinya berlalu-lalang di depanmu?

Sebagai seorang anak aku sudah sangat bersabar terhadap mama. Setiap kali aku menawarkannya makan, ia tidak menjawab. Setiap kali aku berusaha perduli padanya ia menjatuhkanku dengan hinaannya. Entah kenapa mama mendadak begitu benci padaku dan aku juga begitu pada mama. Ia tidak pernah menghargai usahaku untuk melawan rasa benciku padanya. Ia tidak perduli dengan perasaanku.

Tidak perduli dengan Boy yang semakin hari semakin jauh dengannya.

Kalau kau kenal adikku, ia adalah seorang anak kecil yang periang, senang bicara, menyanyi, berlarian, narsis di depan kamera, senang sekali memelukku dan mama. Akhir-akhir ini? Ia berubah. Ia jadi lebih banyak diam karena tertekan atmosfer yang tercipta setiap kali aku dan mama berada dalam satu ruangan yang sama. Saat mama dan wajah gersangnya pergi dari hadapannya, barulah anak itu bisa kembali seperti semula, tersenyum kecil namun dengan tatapan menyayat karena sedih.

Mungkin ini biasa saja bagimu. Tapi untukku, untuk diriku yang benar-benar menjalani ini. Ini cukup berat.

Kau tahu? Sejak mama tak mengacuhkanku aku mulai mengenal dunia luar. Hidupku yang biasanya hanya berkutat di sekitar Fabian, Daryl, Boy, kampus dan rumah, sekarang sudah lebih dari itu.

Aku pergi menonton acara K-pop di Mall. Aku pergi ke Lembang dan pulang subuh dengan teman-teman kampusku yang lain. Aku meminum minuman keras pertamaku dan clubbing tanpa pengawasan siapapun. Aku bisa menikmati hal yang sebelumnya kuanggap mengerikan untukku. Semata-mata karena mama tidak mengawasi dan aku lepas dari bayang-bayangnya.

Dunia luar... memang menyenangkan... Tapi kesenangannya sementara karena saat aku kembali ke rumah, aku harus menghadapi semuanya lagi...

Ah, satu lagi. Tentang Randi dan Elsa. Aku sudah benar-benar melupakan mereka. Bahkan kalau boleh jujur aku sudah memaafkan mereka satu jam sebelum aku, Daryl, Fabian dan Sadha menginterogasi Elsa sampai ke akarnya. Bisa dibilang, yang benar-benar menggebu menginginkan jawaban dari Elsa adalah Sadha. Bagaimanapun ia dan Redy terkena penyakit serius karena ulah Randi. Baginya ini bukan lagi masalah reputasi atau harga diri. Ini tentang nyawa, tentang hidup mereka. Wajar kalau ia bisa semenggebu itu.

Twisted (BL Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang