Pt.2| Mini Chapter 20 : Slices Of Days

1K 148 256
                                    

(Fabian's Point of view)

Jum'at 21 April 2017

Daryl sudah nyaris dua minggu tinggal di rumah ini. Aku mulai terbiasa dengan keberadaannya. Dia membantuku ini-itu, tanpa pamrih. Tante Tyara tidak pernah tahu kalau Daryl sering membantu. Daryl juga tidak pernah bilang apapun pada tante Tyara, tidak perduli jika di mata tante Tyara dirinya itu adalah pemalas, meski nyatanya tidak seperti itu. Aku sudah bilang pada tante tentang jasanya Daryl. Tapi tante tidak percaya. Jadi aku berhenti bicara.

Raizel sering melamun. Video-nya dengan Randi masih di tangan Elsa. Dia punya salinannya, aku dan Daryl diam-diam membuka file itu di laptop-nya malam Rabu lalu. Daryl meninju dinding. Aku nyaris menangis. Kami kesal Raizel direndahkan seperti itu oleh Randi. Sekarang kami mengerti kenapa Raizel bisa murung tanpa henti. Aib ini menghancurkan dirinya. Seluruh tubuh Raizel terlihat di kamera. Bukan hal yang mudah bagi Raizel memperlihatkan ini pada orang lain, bahkan pada penyidik sekalipun.

Tentang Martin, seperti yang kutahu... dia pergi ke Australia sejak hari Senin tanggal 10 hingga tujuh hari kemudian. Aku dan Boy datang padanya di Senin sore tanggal 17 yang lalu, tepat 12 jam setelah Martin sampai rumah dan beberapa jam setelah Raizel untuk pertama kalinya dipanggil Elsa ke biro bantuan hukum kampus.

Sore itu, aku meminta Martin menghibur Raizel. Memintanya membantuku meringankan beban pikirannya Raizel. Pikirku besoknya dia akan kembali ke kelas bersamaku dan Raizel. Tapi tidak. Dia juga tidak menepati janjinya untuk menghibur Raizel.

Martin pindah ke Universitas lain. Aku dan Raizel sering menangkapnya berlalu-lalang di kampus untuk mengurusi keperluan administrasi. Kami tentu memanggil namanya, ingin bicara dengannya. Tapi kami dianggap tidak ada olehnya. Lalu aku bertemu dengannya kemarin. Kemarin itu, dia benar-benar bicara padaku. Aku menawarkan agar dia menemui Raizel saat itu. Tapi dia tidak mau. Dia tidak enak dengan Raizel. Lagipula, menurutnya pindah ke universitas lain yang masih satu kota bukan berarti perpisahan. Dia bilang dirinya masih bisa menemuiku dan Raizel kapanpun. Meski begitu aku sangsi atas janjinya. Firasatku mengatakan Martin tidak akan sudi mengunjungi kami lagi.

Hari ini, semua yang kupikirkan tentang Martin terwujud. Line, Whatsapp, Instagram, path, lainnya milik Martin tak bisa lagi kami gapai. Dia memblokir akunku, Raizel dan Daryl. Dia bahkan mengganti nomor ponselnya supaya kami tidak menghubungi. Kevin sama sekali tidak perduli dengan kepergian Martin dari rumah, dia bahkan membalas ketus pesan dari Daryl yang notabene masih ketua tim basket yang seharusnya dia hormati. Aku tidak mengerti apa yang terjadi, tapi Kevin sangat membenci Martin karena suatu hal. Aku jadi sadar kalau manis dan akrabnya mereka di hadapan Daryl hanya kamuflase saja.

Sabtu, 22 April 2017

Daryl menemukan tempat kos yang tepat untuknya. Aku lega dia segera keluar dari rumah ini.

Minggu, 23 April 2017

Aku dan Raizel mendatangi kamar kos Daryl. Letaknya dekat dengan kampus, kamarnya luas, dengan kamar mandi di dalam yang bersih dan rapi. Rekomendasi seorang senior yang kenal dekat dengan Vanessa.

Pagi itu, aku dan Raizel membantunya pindahan. Pakaiannya yang sempat menumpuk di rumah sudah selesai dipindahkan ke lemari kamar kos sewaan itu, perkakas lainnya sedang dalam proses pengiriman dari rumah ayahnya Daryl di Jakarta ke kamar kosnya. Estimasi, barang-barangnya akan sampai besok atau lusa.

Twisted (BL Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang