Part 40 {Jangan pergi}

Start from the beginning
                                    

"Maaf pak pekerjaan saya telah selesai. Sekarang saya izin pulang dulu" ujar Salli. Aidan mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya

"Kalau begitu. Selamat malam" ucap Salli mengakhiri dan langsung beranjak pergi.

Setelah wanita itu benar-benar tak terlihat lagi. Aidan lantas kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda. Tanpa perduli malam sudah semakin larut.

🥀🥀🥀

Abel mengulurkan tangannya, menyentuh bulir air yang jatuh dari angkasa. Senyumnya terbit diiringi senandung riang yang keluar dari bibirnya. Sesekali kepalanya menengok ke bawah. Melihat jalanan, juga wilayah di sekitar Apartement-nya nampak renggang. Hanya beberapa mobil yang masih terlihat berlalu lalang. Tak ada pejalan kaki seperti biasanya atau pengendara motor yang melintas. Abel tau, mana ada orang yang mau berhujan-hujanan semalam ini? Kalaupun ada pasti orang tersebut tengah terdesak melakukan sesuatu. Atau memang akan beranjak pulang namun terjebak hujan deras ini.

"Ah....dingin juga ternyata" Abel memeluk tubuhnya sendiri. Angin malam ditambah hujan sederas ini benar-benar membuat tubuhnya menggigil. Abel terlalu antusias ingin melihat hujan sampai ia lupa mengenakan jaket atau pakaian tebal lainnya. Benar-benar ceroboh!

"Ini" ujar seseorang menyapa gendang telinganya. Mungkin Aidan yang berbicara. Segera abel menyungingkan senyumnya kemudian berbalik secara perlahan. Tak sabar melihat rupa pria yang akhir-akhir ini menghiasi hatinya. Aidan..

Tapi, sepertinya Abel salah duga. Itu bukan suara Aidan. Melainkan, Atheya. Senyum Abel pun memudar berganti raut wajah datar seperti biasa

"Ini"

Abel memandang Atheya yang kini menyodorkan sebuah jaket tebal untuknya. Jaket berwarna merah, warna kesukaan Abel

Tak mendapat sambutan yang berarti. Atheya memaksa seulas senyumnya

"Pakai saja. Kupikir kau kedinginan sekarang" Atheya berujar ramah.

Abel menggeleng, sebagai respon menolaknya. Wanita itu kemudian berbalik lagi menatap rintikan hujan ke posisi semula.

Atheya menghela napas panjang kemudian ikut mensejajarkan tubuhnya di samping Abel. Ikut menikmati hujan

"Kau bisa sakit jika memakai baju setipis itu disini. Setidaknya gunakanlah jaket" Atheya berujar sambil memandang Abel dari samping. Tangannya masih terus menyodorkan benda tersebut ke arah abel.

"Tidak. Terima kasih!" balas Abel jutek tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan dibawahnya.

Atheya mendengus. Kemudian menaruh jaket tersebut dibatas pagar balkon. Tepat di samping Abel.

Setelahnya Atheya berbalik ingin masuk. Namun suara seseorang menghentikan langkahnya. Suara Abel

"Kenapa kau bersikap seperti ini?"

Atheya mengernyitkan dahi. Kemudian berbalik menatap Abel yang kini balas menatapnya

"Kau membuatku bingung harus bersikap seperti apa" Abel melanjutkan. Wanita itu memandang Atheya lekat

"Apa maksudmu?"

Atheya tak paham. Sama sekali tak paham maksud perkataan Abel. Memangnya ia bersikap seperti apa hingga membuat Abel bingung seperti ini?

"Kau selalu membuatku seolah menjadi pihak yang salah disini" kata Abel menjelaskan. Wanita itu memandang lirih Atheya, seolah mengisyaratkan sesuatu yang tersirat disetiap ucapannya

Atheya berpikir sejenak. Mencerna setiap perkataan Abel yang terasa membingungkan. Bagaimana bisa wanita itu merasa menjadi pihak yang salah? Memangnya apa kesalahannya? Dan lagi, Atheya tak pernah bermaksud untuk menjadikan Abel sebagai pihak yang salah. Hah! Kenapa ribet bengini?

"Ehm....maaf. Sepertinya aku masih bingung dengan ucapanmu..-" Atheya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Tiba-tiba saja ia merasa bodoh sekarang

"Jika kau berpikiran seperti itu karena aku. Aku minta maaf...ehm...aku tak pernah bermaksud membuatmu menjadi pihak yang salah" Atheya tersenyum kikuk menatap Abel. Ah! Kenapa sekarang ia merasa bingung dengan ucapannya? Sepertinya ucapannya terlalu berbelit.

Abel diam, kemudian kembali berbalik menatap hujan

"Jika boleh tau....apa arti Aidan untukmu?" gumam Abel lirih. Hampir tak terdengar. Wanita itu bertanya dengan tatapan kosong memandang hujan

Atheya diam. Ia memandang punggung Abel yang berjarak kurang lebih 3 meter darinya.

Arti aidan untuknya? Kenapa Abel bertanya seperti itu?

"Kau mencintainya kan?"

Hampir saja Atheya tersedak liurnya sendiri mendengar ucapan Abel.

Ia? Mencintai Aidan? Benarkah?
Rasa-rasanya itu terlalu mustahil!

"A..abel aku-"

"Apa yang kalian lakukan disini?"
Suara berat itu spontan menghentikan ucapan Atheya. Bahkan sekarang kedua wanita itu kompak menoleh ke sumber suara. Asalnya.....Aidan!

Pria itu memandang ke arah dua wanita itu bergantian. Tumben sekali mereka terlihat bersama? Ada apa gerangan?

"Dia menganggumu They?" tanya Aidan menatap Atheya yang kini berdiri disampingnya.

Abel menghela napas berat. Kemudian mengalihkan lagi arah pandangnya menatap hujan. Lihat, sekarang ia disalahin lagi kan?

Cepat-cepat Atheya menggeleng. Mencoba mengklarifikasi pertanyaan Aidan. Ia tak mau pria itu salah paham dan 'men-damprat' Abel seenaknya

"Benar begitu?" tanya Aidan lagi lembut.

Atheya spontan mengangguk

"Tadi kami hanya ngobrol kok"

Aidan menaikkan sebelah alisnya tak yakin. Benarkah begitu?

"Suer deh.... Nggak ada yang aneh-aneh" Atheya mengacungkan jari telunjuk dan tengah. Menjabarkan kalau ia serius dengan ucapannya.

Aidan terkekeh geli. Seraya mengacak lembut rambut coklat Atheya. Namun sepertinya mereka tak menyadari sepasang mata yang menatap mereka sendu. Itu Abel. Ia menahan agar airmatanya tak tumpah. Segera ia beranjak menuju kamar. Melewati kedua orang itu. Namun ia terkejut tatkala Aidan menahan pergelangan tangannya, erat. Seraya berbisik lirih di telinga Abel. Membuat wanita itu menahan detak jantungnya yang menggila.

"Jangan pergi"


🕊️🕊️🕊️

Tbc...

Bukan ZONK! Where stories live. Discover now