Takdir lagi

1.2K 76 7
                                    

"Meski takdir alam tidak bisa diubah bukankah keadaan ini bisa diubah?"

Ren duduk di balkon rumahnya, terdiam seribu bahasa. Dinginnya malam hingga menusuk tulang semakin membuat suasana menjadi sepi. Ren mengecek jam tangannya, pukul 19.45 tertera pada jamnya. Andi telah berniat untuk bermalam di rumah bersama Ren, ia menengok anak lelakinya di balkon.

"Terkadang gue mikir, Tuhan nggak adil ya sama gue. Orang tua gue nggak punya, penyakit selalu menghampiri. Yang ada keadaan buruk semuanya dikasih ke gue, kapan gue bisa bahagia untuk waktu yang lama? Gue tau keadaan gue semakin memburuk, gue takut saat nanti gue nggak akan inget semuanya.."

Ketikan Ren terhenti, ia mengusap air mata di kedua pipinya. Lelaki itu menangis, Andi yang sedaritadi tak beranjak dari tempatnya berdiri ikut merasakan kesedihan Ren. Lelaki paruh baya itu mulai menyesali perbuatannya.

"Hari ini, 498 hari telah berlalu begitu cepat semenjak gue jadian sama Joo. Sisa hidup gue? 3 tahun lagi? Atau mungkin lebih cepat dari itu, gue tau terkadang vonis dokter nggak semuanya bener, tapi sayangnya gue udah termakan oleh vonis dokter Oscar. Keadaan gue sekarang sangat berbeda dari yang dulu, mungkin melalui tulisan ini gue bisa sesekali inget sama kejadian di hidup gue. Sulit rasanya hadapi semuanya sendirian, tapi gue sekarang bahagia. Gue bahagia ada Joo disamping gue, cewek yang selalu ada buat gue.."

Ren menghela nafas panjang, ia menghirup ingus yang mulai keluar dari hidungnya. Ia tersenyum, lelaki itu menyesap tehnya. Andi mulai mendekati Ren, lelaki itu hanya menatap nanar kearah Andi.

"Papa.. Kamu sakit Ren?"

"Sekarang peduli? Lagian ini bukan jadi urusan anda lagi."

"Kamu butuh temen curhat kan?"

"Nggak!"

"Papa mau kamu cerita semuanya, kita mulai lembaran baru. Jadi keluarga yang utuh.."

"Utuh? Keluarga yang utuh? Nggak akan bisa! Hahaha nggak usah jadi seseorang yang peduli sekarang. Gue nggak mau berdebat lagi, susah untuk memulai semuanya. Sakit hati gue nggak bisa terbayarkan meski anda memberikan perhatian ke gue."

"Dengerin papa dulu, papa minta maaf atas segala kesalahan yang telah papa lakukan. Kamu nggak mau kasih kesempatan papa?"

"Kesempatan? Nggak ada yang namanya kesempatan kedua, hidup ini cuma sekali jika nanti gue mati emang bisa gue punya kesempatan kedua buat hidup lagi? Nggak kan? Sama halnya mama, bisakah anda mengembalikan mama saya yang sudah berada di surga kini? Mustahil bukan? Ingin rasanya menghapus hubungan darah dengan anda tapi itu sangat mustahil! Seperti hubungan ini, bukankah ini hukum karma? Apakah anda mengakuiku sebagai anak? Tidak. Apakah saya juga harus menganggap anda sebagai ayah saya? Saya menganggap anda sebagai ayah saya hanya untuk formalitas saja selebihnya tidak. Terima kasih atas segala fasilitas yang anda berikan, tapi saya minta maaf untuk kasih sayang yang tidak pernah anda berikan kepada saya dan kakak saya tidak bisa anda beli dengan semua fasilitas ini. Ini rumah anda, semua uang sewa sudah saya bayarkan ke rekening anda.."

"Maaf Ren, papa minta maaf.. Papa memang jahat, papa telah menyakiti kalian.. Tapi papa nggak mau uang sewa apapun, rumah ini atas nama kamu."

"Gue nggak perlu semuanya, mungkin secara biologis kita sedarah tapi bagi gue kita ini orang asing yang lalu lalang di rumah yang sama. Kadang gue sedih ketika liat Geo yang begitu mirip dengan anda. Perasaan iri ketika melihat dia tidak penah diperlakukan kasar oleh ayahnya, dipeluk ketika ia melakukan kebaikan, diberikan hadiah ketika dia mendapatkan nilai bagus, dia nggak pernah cari perhatian orang lain tapi dia selalu dapat perhatian dari orang-orang disekitarnya. Sedangkan gue? Gue itu bisanya cuma berantem, nyusahin semua orang, gue keluar dari batasan cuma buat cari perhatian. Tuhan emang nggak adil!"

Our - Don't Forget Me (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang