End

1.4K 80 7
                                    

"Terima kasih telah hadir dalam kehidupanku, aku mencintaimu selalu. Junea Anantha."

Renald Rahardian

Dengan perlahan tapi pasti Ren membuka kedua matanya lagi. Ia merasakan sakit luar biasa dikepalanya. Akibat benturan saat kecelakaan itu ia harus mendapatkan 16 jahitan dan masih sangat terasa sakit meski seminggu telah berlalu.

Ia koma selama 18 hari lamanya, Ren mengedarkan pandangannya ke seluruh orang yang ada di ruang rawat inap nya. Pandangannya masih kabur dan buram. Ia mengedipkan beberapa kali untuk menghilangkan selaput tipis yang menutupi lensa matanya.

Pandangannya mulai membaik, ia melihat seorang gadis duduk disebelah ranjang dan menggenggam tangannya erat. Ia memberikan senyuman kepadanya meski dalam pikirannya ia tidak mengenali siapa dia.

"Ren.. Ini kakak, masih inget kan?"

"Aku harus pulang."

"Pulang kemana Ren? Kamu di rawat dulu disini biar cepet sembuh."

"Disini bukan tempatku.."

"Udah kamu istirahat dulu aja-"

"Papa."

Andi berjalan mendekati Ren yang memanggilnya untuk pertama kali setelah sekian lama anak itu tak pernah menganggapnya ada. Lelaki paruh baya itu mencoba untuk menegarkan hatinya.

"Ada apa anak papa?"

"Aku minta maaf, aku punya banyak salah sama papa. Maaf aku nggak inget siapa-siapa, selain papa."

Relyn semakin menangis, Fadli memeluk Relyn untuk menenangkan nya. Joo masih menatap Ren dengan penuh harap ia mengenali nya. Namun harapannya runtuh ketika Ren bahkan tidak meliriknya.

"Aku capek, aku mau tidur, kalian harus bahagia ya meski tanpa aku..."

Ren mengembangkan senyumnya, ia masih menggenggam tangan Joo. Dan kali ini ia menatap Joo dengan penuh cinta, gadis itu masih menangis. Beberapa kali ia mengusap air matanya dan menghirup udara untuk menghilangkan ingus nya.

"Kita semua udah ikhlas Ren, kalau itu emang udah jadi keputusan yang terbaik. Kita ikhlas.."

Mata Ren mulai redup, penglihatannya perlahan mulai menghilang. Senyumnya perlahan mulai menghilang, lelaki itu perlahan menutup kedua matanya. Bahkan genggaman tangannya dengan tangan Joo sudah melemah dan tak ada reaksi lagi.

Detak jantungnya, nafasnya dan ruhnya telah menghilang setelah salam perpisahan diucapkannya. Tangis mulai pecah dalam ruangan itu, Joo mencium tangan Ren yang perlahan mulai dingin dan memutih.

"Waktu kematian 11.23, Renald Rahardian usia 20 tahun."

Semua peralatan penunjang kehidupannya telah dilepas dari tubuhnya. Ia telah menjadi jasad yang akan segera memutih dan kaku. Kini sisa khas tubuh Ren masih tercium dalam ruangan tersebut. Apalagi Joo masih memegang totebag pemberian dari Ren.

Setelah pemakaman Ren berjalan dengan lancar akhirnya seluruh keluarga kembali ke rumah. Begitu pula Joo, mata sembab dan wajah pucat masih menghiasi wajah gadis itu. Ia membuka totebag pemberian Ren dan mulai mengeluarkan isinya. Sebuah laptop berwarna putih dan note berisikan goresan tinta biru tulisan Ren terpampang cantik di kertas itu.

"Sayang, udah lama aku mau kasih ini ke kamu. Tapi sayangnya aku selalu lupa. Saat semua ini ada di tangan kamu itu artinya aku udah nggak bisa disampingmu lagi, jaga diri baik-baik ya. Baca tulisan aku di folder 'Our' dan aku minta maaf nggak bisa kasih ini langsung ke kamu."

Our - Don't Forget Me (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang