Omong kosong

1.9K 118 3
                                    

"Aku tau kau sangat membenciku, namun aku akan membuatmu mencintaiku hingga kau tak sanggup untuk kehilanganku"

Hari-hari berlalu begitu cepat. Seperti hari Senin biasanya SMA Bina Bhakti melaksanakan upacara bendera. Dan kali ini Mona yang menjadi Pembina upacaranya.

Terik matahari semakin membakar kulit, keringat telah meluncur dengan indahnya menghiasi leher para siswa. Joo semakin gelisah dan pipinya telah memerah terbakar teriknya matahari, ia tidak tahan berdiri lagi sehingga ia terus saja menggerak-gerakkan kakinya.

"Nih guru ngomongin apa sih? Ngomong atau komat-kamit? Nggak jelas. Lama banget!"

"Mau gue omongin ke guru yang jadi Pembina itu atau mau ngomong sendiri?"

Dengan cepat Joo menengok kearah suara itu berasal. Ia terkejut mendengar suara yang amat dibencinya itu. Joo hanya mendengus kesal melihat ekspresi wajah Ren yang menyebalkan.

"Kalau lo dapet panggilan dari BP artinya laporan itu berasal dari mulut gue."

"Lo lagi ngomong sama gue? Laporan apaan? Oh ternyata mulut lo lebih bawel daripada mulut cewek yang pada suka gossip!"

Begitu mendengar perkataan gadis itu, Ren langsung melirik tajam kearah Joo. Gadis itu langsung memindahkan tatapannya kearah lain. ia tidak peduli seperti apa ekspresi Ren saat ini.

Akhirnya upacara telah selesai, Joo hendak menuju kelasnya namun seseorang menarik tangannya.

"Ngapain sih lo? Ganggu! Nggak punya kerjaan lain lo ya?"

"Bisa nggak sih lo ngomongnya pelan aja nggak usah teriak-teriak? Gue bakalan ngomong baik-baik asalkan lo diem dan dengerin gue."

"Bisa nggak sih lo minggir? Gue bakalan sangat berterima kasih kalau lo nggak ganggu gue sehari aja."

"Gue butuh bantuan lo. Please."

Joo diam sejenak, ia memikirkan kalimat yang diucapkan Ren.

Gadis itu masih membelakangi Ren, kemudian ia hanya mengangkat lima jari bersama telapak tangannya tanpa memutar badannya.

"Gue udah nggak mau berurusan sama lo lagi ya. Cari yang lain aja." Dengan sigap Ren langsung menarik tangan Joo yang hendak pergi.

"Lepasin nggak! Kalau nggak gue teriak!"

"Lagian lo juga udah teriak-teriak daritadi. Ayolah please bantuin gue. Cuma lo satu-satunya harapan gue."

"Ngapain sih nih orang ganggu mood gue aja. Tunggu deh.. Dia bilang gue harapan satu-satunya? Bantuan macam apa yang dia butuhin? Gue tolak aja kali ya biar dia mohon-mohon terus?"

"Bantuan apa? Rumah lo kebakaran dan lo butuh duit? Butuh berapa?"

"Sumpah nih cewek, belagak banget. Kenapa lo malah nyumpahin rumah gue kebakaran segala hah?! Gue nggak butuh bantuan macam itu."

"Oh baguslah kalau lo nggak butuh bantuan gue."

"Oh my god. Ternyata lo bego, bahkan gue belum bilang.."

"Berisik!"

Joo langsung meninggalkan Ren yang berdiri di tengah koridor sekolah. Ekspresi Joo sangat marah disisi lain Ren bingung melihat Joo berjalan cepat dan semakin menjauh darinya, dengan cepat Ren bisa menyusul dan menghentikan langkah Joo.

"APALAGI?!" Ren terkejut mendengar bentakan Joo.

"Gue kan belum bilang apa yang gue butuhin.."

"Nggak perlu karena gue nggak akan bantu lo. Minggir! Lo kira ini jalan punya lo? Ok! Gue nggak akan lewat sini lagi."

Our - Don't Forget Me (Completed)Where stories live. Discover now