Kebahagiaan yang melimpah!

999 71 10
                                    

"Akan kugunakan seluruh jiwa ragaku untuk melindungimu. Karena kau adalah kebahagiaanku."

Hari berlalu begitu cepat, tepat pada hari ini Relyn dan Fadli melangsungkan pernikahannya. Seperti yang dikatakan Ren, akhir bulan September merupakan hari bahagia mereka berdua.

Terlihat suasana pesta sangat ramai. Hiasan bunga dan dekorasi menghiasi seluruh ruang tamu rumah Ren. Resepsi pernikahan Relyn dan Fadli diadakan di kediaman rumah Ren karena ia harus menuruti permintaan adik laki-laki kesayangannya.

Relyn telah duduk berdampingan dengan Fadli untuk menyambut para tamu. Joo juga datang, gadis itu mengenakan gaun putih berenda, dengan anggunnya ia mendekat kearah Ren. Lelaki itu tersenyum senang dan merangkul pinggang Joo.

"Cantik sekali sayang, sepatu yang aku kasih kok nggak dipake?"

"Jangan konyol deh, kamu ngasih sepatu apa ke aku? Sepatu sport buat sekolah, masa iya aku pake ke kondangan?"

"Ahh iya, aku lupa sayang."

"Kamu kenapa sih akhir-akhir ini sering lupa?"

"Emm.. Entahlah mungkin faktor umur hahaha."

"Masa iya? Kamu aja lahir di tahun 98 akhir, kan masih 19. Masa iya faktor umur? Ada-ada aja deh kamu yang."

Ren hanya bisa tertawa didepan gadisnya itu. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menutupi segala kesedihannya. Tidak ada kecurigaan apapun yang dirasakan oleh batin Joo. Gadis itu menganggap hal yang dikatakan Ren tadi hanyalah gurauan semata.

"Kamu makan dulu sana yang, ntar kamu sakit loh. Jam setengah tujuh malem nih daritadi sore kamu udah disini ikut ngurusin acara ini."

"Iya sama kamu juga lah, aku tau kamu juga belum makan. Ayo!"

Joo menggandeng tangan Ren, mereka menuju tempat para makanan yang sedang menunggu untuk dinikmati. Meski perutnya tidak sedang lapar namun Ren tetap mengikuti langkah Joo untuk mengambil beberapa makanan yang akan ia santap.

Ren dan Joo duduk di meja khusus keluarga dan menyantap makanan mereka. Tiba-tiba Ren tersedak, ia mulai batuk-batuk dan mengusap dadanya. Joo juga mengusap punggung kekasihnya dengan lembut untuk menenangkan lelakinya.

"Pelan-pelan sayang, ini kamu minum punyaku juga biar aku ambil minum dulu."

Joo segera menuju tempat dimana minuman itu tersedia. Ketika ia hendak kembali tak sengaja ia menabrak seseorang. Air minuman tumpah ke lantai, tinggal setengah yang tersisa di dalam gelas.

"Maaf mbak, aku nggak sengaja."

"Ohh, nggakpapa mbak, aku kok yang salah.. Lohh Nia ya?"

"Ehh kak Joo? Apa kabar?"

"Ya ampun baik dek, tahun ini lulus ya? Mau masuk SMA mana?"

"Ahh, belum tau kak. Mungkin ke SMA Bina Bhakti aja yang deket rumah."

"Oh iya? Sama kayak aku dong hehe. Masih ngurusin tonti dek?"

"Udah nggak sih kak, udah mikirin buat ujian takut pikirannya ke bagi dua hehe."

"Ohh gitu ya? Semangat yaa semoga lulus dengan nilai terbaik."

"Amin.. Makasih kak aku duluan ya."

Joo mengangguk pelan, gelas yang dipegangnya telah tumpah ke lantai. Ia menyadarinya dan mengambil gelas yang baru. Gadis itu langsung berjalan cepat menuju meja Ren berada. Ren masih asik menyantap makanannya.

"Laper juga kan kamu? Sukanya deh perhatian sama aku tapi nggak perhatian sama diri sendiri."

Ren hanya tersenyum dengan makanan yang penuh dalam mulutnya. Joo menyodorkan minuman yang ia bawakan ke arah Ren dan ia juga mulai menyantap makanannya. Rasa senang dalam hati Ren masih tak bisa hilang, akhirnya ia bisa mewujudkan hal yang harus ia lakukan sebelum semuanya terlambat.

Semua acara telah selesai, gemerlapnya lampu masih menyinari rumah Ren. Meski Relyn membenci ayahnya namun ia masih mempercayakan Andi sebagai wali nikahnya. Meski belum bisa memaafkan semua kesalahan Andi namun Relyn tetap memberikannya kesempatan untuk merubah sikap.

Terlihat Geo dan Hana datang menghadiri pernikahan Relyn dan Fadli. Saat bersalaman dan mengucapkan selamat masih sangat terasa canggung, rasa bersalah masih ada dalam hati dan pikiran Hana. Tak bisa terlupa kejadian yang sangat mengharukan yang mengubah seluruh hidup Relyn dan Ren.

"Makasih tante udah mau dateng, jangan merasa sungkan ya."

Relyn memeluk Hana yang mulai meneteskan air matanya. Relyn mengusap pelan punggung Hana untuk menenangkannya. Dari kejauhan Andi tersenyum melihat Relyn dan Hana berpelukan.

"Maaf sayang, maafin tante."

"Nggak tante, bukan salah tante. Jangan merasa bersalah lagi ya? Aku sama Ren nggak pernah nyalahin tante atas semua yang terjadi. Ini udah kuasa Tuhan jadi mau nggak mau kita semua harus terima. Nggak papa tante."

Hana memeluk erat Relyn, ia menangis tersedu-sedu. Relyn melepas pelukannya dan tersenyum kearah Hana. Ia mengangguk pelan untuk lebih meyakinkan Hana bahwa semuanya baik-baik saja.

Ren hanya menatap nanar ketika Relyn dan Hana berpelukan. Ia tak bisa berkata-kata lagi, mungkin rasa sakit hatinya harus ia hilangkan mulai dari sekarang. Ren pergi meninggalkan area resepsi, sekilas ia melihat kearah Andi yang masih tersenyum.

"Mungkin belum bisa sepenuhnya gue terima, tapi gue bakalan coba."

To be continued...

Our - Don't Forget Me (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang