Berkacamata

68 4 0
                                    


#Rain

Pagi yang indah, saat itu mereka terbangunkan oleh suara orang yang meminta tolong dari arah bawah. Salah satu temannya Agus berkata

"udah jangan didengerin, kadang itu suka tipuan aja"

Aku merinding mendengar penjelasan salah satu teman Agus tadi. Aku dina dan Tia saling bertatap muka bingung dan takut.

Lalu Agus mencairkan suasana dengan membawa sebotol air minum dan 5 sachet kopi susu untuk diseduhnya.

"Jul, lu yang buat api yah"

"oke"

Pagi itu indah sekali, menikmati kopi susu, merebus mie instan diatas puncak di temani dinginnya cuaca pagi hari serta kabut dan embun yang belum kunjung usai.

Ku lihat di ujung tenda sana ada laki-laki berkacamata bulat yang sedang memainkan gitar. Kacamata yang bulat nya itu pas sekali di mata indahnya. Tapi sayang sewaktu pertama dia datang wajahnya terlihat manja sekali. "ah aku tak suka dengan lelaki macam itu, ia terlalu manja" kataku dalam hati. Entah apa yang mendasariku berkata seperti itu, berkata seolah-olah aku menolak nya, padahal namanya saja aku tidak tau, jangankan tau namanya kenal saja aku tidak.

"hufft dasar"

"Ra lu itu kenapa si"

"nyebelin!! "

aku mencaci diriku, menyesal sekali berfikiran seperti itu tentang laki-laki manja dan aneh itu, aku benci sekali padanya!

Kamj langsung menyantap mie instan dan kopi susu itu dengan lahap. Ada juga yang sedang selfie, yang masih tidur, atau yang sedang curhat satu sama lain.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 09:30, Agus memperingatkan kalau kita harus segera packing dan turun ke bawah agar tidak kemalaman kalau sampai dirumah. Kami semua siap-siap membereskan tempat bekas kami ngecamp

" jangan ada sampah satupun ya! " ujar Agus tegas. Wajar saja ia bersikap tegas, karna dia adalah anak pecinta alam dan sering pergi memuncak untuk sekadar menenangkan dirinya. Tetapi anehnya, Laki-laki hitam manis, tinggi dan berambut ikal itu tetap menyendiri sampai sekarang. Entah karna tidak ada yang menyukainya atau dia menutup dirinya. Tetapi sangat mustahil sekali jika ia tidak ada yang menyukai.

Ikhsan memunguti sampah, Aku, dina dan tia membereskan tas. Sementara laki-laki berkacamata itu terlihat santai. Ia mengeluarkan sebungkus minuman sachet yang ada di celana nya lalu di seduhnya minuman itu. Lalu ia meminumnya dengan sangat hati-hati. "dasar manja" kataku dalam hati.

Aku geram melihat kelakuan dia, yang lain sibuk dia malah enak-enaknya santai sambil minum.

"Tia, enak banget yah laki-laki itu, santai banget siapa si namanya" ucapku kesal dengan tingkah laku nya yang menyebalkan

" iya, gak tau tuh siapa" jawab Tia dengan nada santai sambil melangkah jauh dariku.

Perjalanan menuju ke basecamp dimulai, dibagi menjadi 3 rombongan. Kaliini kami bertambah menjadi 8 orang. Aku berada pada rombongan ke kedua, untuk menuju ke basecamp kami berjalan agak cepat, terkadang sedikit-sedikit lari karna kami sudah kehabisan perbekalan minuman.

"aku tidak sabar ingin segera sampai di sungai dengan air yang segar itu" seru dina dengan riang gembira

Hal menyebalkan terjadi ketika diperjalanan menuju kaki gunung, aku ditinggalkan oleh rombongan ku sendiri, jadi aku berada di tengah-tengah hutan sendirian. Aku memutuskan untuk terus berjalan menyusuri semak-semak itu sendirian. Karna jika menunggu rombongan yang di belakang itu sangat masih jauh dan menyusul rombongan yang didepan juga jauh, mereka terlalu cepat berjalan.

"Tiaaa!! Dinaa!! Kalian dimana!"

"GUE TAKUT SENDIRIAN GINI!! "

"WOII ADA YANG DENGER GUE GAK SI"

Aku berteriak sekencang-kencangannya, tapi nihil tak ada yang mendengarkan

***

Kami langsung menyerbu air sungai itu tanpa terkecuali, diminum tanpa di masak, dipakai untuk mencuci baju, celana dan sepatu kami yang kotor dan lusuh karna sewaktu turun sering jatuh, mengingat sore kemarin hujan deras.

Tiba-tiba di atas batu ada laki-laki berkacamata itu lagi meminjam gunting kuku yang sedang aku pakai

"hei bolehkah aku pinjam gunting kuku mu? " tanya seorang laki-laki berkacamata itu

Aku hanya mengangguk dan memberikan padanya, selang beberapa waktu kemudian dia mengembalikan gunting kuku itu dan berkata "apaan ini gunting kuku atau apa, ko jelek banget!! " ujar lelaki itu seperti memaki ku dan melemparkan gunting kuku itu ke arahku.

Kesal sekali melihat tingkahlakunya, laki-laki berkacamata dan sombong itu sering buat ulah. Bola matanya seperti tidak suka melihat kehadiran ku.

***
Setelah beberapa jam kami beristirahat di basecamp, kami memutuskan untuk pulang dengan naik bis. Karna kami sudah lelah dan lapar, sementara ketersediaan logistik kami sudah habis dan uang kami pas-pasan untuk ongkos pulang.

"woi, lu mah malah diem aja. Bantu temen-temen yang lain dong" ujar Agus sedikit kesal kepada laki-laki berkacamata itu.

"dasar laki-laki manja "

"puas lo! Akhirnya dimarahin Agus" ujarku dalam hati merasa puas.

Dan diterminal itulah kami berpisah, ada rasa tidak mau berpisah. Aku penasaran dengan laki-laki manja berkacamata dan beralis tebal itu. Ada rasa kehilangan. Ya mungkin kehilangan sesuatu yang gak sama sekali aku genggam, entah apa itu.

Ada hal yang membuat aku tidak bisa melupakan laki-laki berkacamata, beralis tebal itu. Yaitu ketika kita sama-sama semua berpamitan pulang ia mengenggam tangan kanan ku dengan erat sampai aku kesakitan dan teriak sekencang-kencangannya, menyebalkan sekali bukan.

"SIALLL!!"
Umpatku dalam hati


*jangan lupa comment dan vote ya teman-teman 🍎🤗

Ketika Sang Fajar Berkata [COMPLETED] ✅ Where stories live. Discover now