14. Did you feel guilty?

107 80 21
                                    

"Aku ingin keluar dari sini." keluh Emma terus-menerus kepada ibunya yang tengah memeriksa.

"Kau harus tetap disini sampai kau sembuh total. Titik. Tidak ada komentar." ucap Nyonya Stellere sebagai dokter dan sebagai ibu. Emma langsung mengeluh frustasi saat ibunya keluar ruangan.

"Aku bosan disini."

Emma menatap sedih kakinya yang masih di gips. Ia tidak bisa pergi kemanapun. Ini menyedihkan. Seharian hanya bisa berada di ranjang Rumah Sakit.

"Kau bosan?" Terdengar suara bass seseorang yang sangat familiar membuatnya tersadar dari lamunan.

"Adam! Kenapa kau kemari?" tanya Emma heran dan menatap Adam yang tampak, rapih? Setelan jas hitam begitu pas ditubuhnya.

Mau kemana dia?

"Tentu saja untuk menemuimu, memangnya mau apalagi?"

Emma menatap menyelidik ke arah Adam. Tidak biasanya Adam berpakaian rapih seperti ini.

"Kenapa menatapku begitu?" ucap Adam yang tiba-tiba langsung mendekatkan wajahnya membuat Emma gelagapan.

"Memangnya aku menatapmu bagaimana? Aku hanya bingung. Kau berpakaian rapih seperti ini. Apa kau mau pergi ke suatu acara formal atau sejenisnya?"

Adam tersenyum samar. Ia kemudian duduk di tepi ranjang Emma.

"Semacam itulah."

Emma sontak memutar bola matanya. Jawaban macam apa itu?

"Kau bertambah kurus." ucap Adam sambil memegang dagu Emma mencoba mengalihkan rasa penasaran gadis ini.

"Makanan disini tidak enak. Rasanya hambar. Sama sekali tidak menggugah selera. Aku ingin makan diluar." Emma menatap penuh harap ke arah Adam.

"Apa itu sebuah kode?"

"Kode apa?"

"Supaya aku mengajakmu makan diluar."

"Kau percaya diri sekali!"

"Apa aku salah menangkap kode darimu?"

"Cukup! Hentikan!"

Adam tersenyum. Tanpa alasan yang jelas Emma langsung terdiam. Kenapa dirinya jadi seperti ini?

"Apa kau mau makan malam denganku?" Adam menatap lurus ke arah mata coklat hazel milik Emma.

"Sudah kubilang hentikan. Dan jika aku ingin makan diluar sudah pasti aku akan bersama Alfa."

"Maka lakukanlah."

Adam langsung menjawab cepat ucapan Emma, membuat gadis itu tidak bisa membuka suara untuk protes. Untuk beberapa detik mereka terdiam dan saling menatap satu sama lain.

"Kau tidak tahu caranya mengajak seorang gadis, kan?"

Adam tertawa pelan mendengar pertanyaan Emma.

"Kurasa ini percakapan terlamaku denganmu."

Emma nengerutkan keningnya bingung. Jika diingat lagi, ia memang tidak pernah berbincang dengan Adam selama ini. Kenapa ia baru sadar? Apa ia mulai merasa nyaman? Atau sebenarnya perasaan ini sudah ada tapi ia tdak menyadarinya?

"Sejak dulu aku tidak pernah terlibat dalam suatu hubungan dengan seorang gadis. Aku tidak pernah mengajak seseorang untuk keluar bersamaku."

Cambridge Classic Story  (Complete)Where stories live. Discover now