1. Awal

377 216 221
                                    


Suasana yang hening. Semua orang terfokus pada satu tujuan. Memantapkan pada satu pikiran, mencoba mencari jawaban, dan berusaha untuk mengerjakan sebaik mungkin. Membaca dan memahami setiap soal yang terpapar. Berusaha menganalisis secara logika dan mencoba segala rumus yang terkait. Semua orang dalam ruangan ini berusaha untuk menemukan jawaban yang benar.

Emma sangat fokus mengerjakan soal test yang ada di hadapannya. Dengan penuh hati-hati dan ketelitian ia menjawab soal satu per satu. Waktu berlalu begitu cepat dan waktu untuk mengerjakan sudah habis. Dengan keyakinan penuh ia mengumpulkan soal kepada pengawas.

Emma keluar ruangan lalu bernafas lega. Ia sudah berusaha mengerjakan dengan sebaik mungkin. Ia yakin bisa lulus test untuk masuk Fakultas Kedokteran di Universitas Cambridge. Ia berjalan keluar menuju kafe, tempat ia dan teman-teman nya berjanji untuk berkumpul seusai test selesai. Ia keluar dari pintu gedung lalu berjalan menuruni tangga.

"Emma!"

Langkah kakinya terhenti. Ia hanya terus menatap ke depan tanpa menoleh ke arah orang yang memanggilnya. Sebuah mobil Ferrari hitam berhenti di hadapannya. Seorang pria dengan pakaian kasualnya tersenyum ke arah Emma.

"Kenapa kau begitu serius? Kau merindukanku?" ucap seorang pria lalu ia mendorong kepala Emma dengan telunjuknya sambil tertawa. "Hei!" ucap pria itu lagi sambil menangkupkan kedua tangannya di pipi Emma lalu menekannya keras.

"Alfa!" teriak Emma karena pipinya terasa sakit dan menjauh dari Alfa.

"Hei Adam!" sapa Alfa kepada pria yang berdiri agak jauh di belakang Emma.

Adam melambaikan tangannya lalu berjalan menghampiri mereka berdua. Terlihat Emma masih diam di tempat tanpa memalingkan wajahnya.

"Ada apa denganmu? Apa testnya sulit?"

Alfa menarik hidung Emma kuat sehingga Emma menjerit kesal. Alfa tertawa keras melihat raut wajah Emma. Tak mau kalah, Emma mencubit kuat perut Alfa hingga Alfa kesakitan. Emma tersenyum senang melihat Alfa yang mengeluh sakit. Tangan Adam tiba-tiba menarik bahu Emma supaya mendekat ke arahnya. Emma langsung terdiam dan merasa tidak nyaman dengan tangan Adam di bahunya.

"Hei Adam, bagaimana bisa kau hidup dengan sepupu kasar seperti dia." ucap Alfa sambil menatap kesal Emma.

"Sepupu? Mungkin aku akan senang jika kami bukan sepupu." ucap Adam pelan ke arah Emma.

Alfa tidak terlalu menanggapi ucapan Adam. Hanya bagai angin lalu untuknya. Alfa menarik tangan Emma sehingga membuat Emma terlepas dari Adam. Alfa tidak menyadari bahwa tindakannya barusan membuat Emma lega.

"Ayo!"

"Kalian mau kemana?"

"Kafe. Kami sudah buat janji dengan teman-teman."

Alfa melambaikan tangan lalu masuk ke dalam mobil begitu juga dengan Emma. Tanpa mereka sadari tatapan Adam yang berubah menjadi dingin sambil menatap kepergian mereka.
****

Alfa terus saja mengganggu Emma selama perjalanan. Sudah berapa kali Emma berteriak karena kesal tapi hanya ditanggapi dengan tawa oleh Alfa.

Mereka sampai di kafe lalu Alfa memakirkan mobilnya. Alfar keluar dari mobil dan berjalan memutari bagian depan. Emma tampak akan keluar dari mobil tapi kemudian Alfa mendorong kepala Emma masuk dan menutup pintu.

"Alfa!"

"Kenapa kau sama sekali tidak memiliki insting sebagai seorang wanita. Kau seharusnya menunggu pria membukanya untukmu." celoteh Alfa lalu membuka pintu untuk Emma.

Cambridge Classic Story  (Complete)Where stories live. Discover now