7. Silent of The Death

165 119 42
                                    

Suasana malam terasa sangat sangat sunyi malam ini. Terlalu tenang tanpa suara. Berada sendirian di rumah yang besar tanpa siapapun membuatku menjadi waspada dengan setiap hal yang ada di sekitarku. Bahkan aku tidak mempercayai dinding rumah ku sendiri yang berdiri kokoh melindungi ku selama ini. Tubuhku gemetar. Apa dia akan datang lagi malam ini?

Aku buru-buru mengunci setiap pintu rumah. Berjaga supaya laki-laki itu tidak dapat masuk. Aku masih merasa tidak tenang. Jam hampir menunjukkan pukul tengah malam. Ku nyalakan seluruh lampu untuk menerangi setiap sudut ruangan.

Bunyi setiap detik jam dinding seolah memburuku. Dengan kaki gemetar aku berlari ke kamar lalu menguncinya. Aku berjalan ke arah jendela. Aku sedikit bernafas lega saat melihatnya sudah terkunci. Jam dinding besar yang berada di ruang tamu berbunyi kencang sebagai tanda waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Suara jam dinding yang khas itu bagaikan melodi yang mengantarkanku menuju kematian.

Lampu tiba-tiba padam. Aku terkulai lemas di lantai. Dengan tubuh yang gemetar ketakutan, aku mundur ke belakang untuk merapatkan tubuhku ke dinding. Aku menyadarinya. Dia datang.

Gebrakan pintu berdetum keras seperti di dobrak. Sayup-sayup terdengar suara langkah kaki yang masuk ke dalam rumah. Nafasku semakin memburu. Kegelapan seolah merenggut jiwaku.

Suara dentuman keras tiba-tiba terdengar dari pintu kamarku. Dia mendobraknya. Laki-laki itu menemukan keberadaanku. Aku menggigit bibirku supaya tidak mengeluarkan suara. Suara langkah kaki yang mendekat terdengar bagai detik detik kematian untukku. Aku ketakutan. Air mata mulai keluar dari sudut mataku.

Langkah kaki itu mendekat ke arahku. Aku dapat merasakan seseorang berdiri di hadapanku. Aku sudah terduduk di lantai. Aku bahkan tidak berani mengangkat wajahku. Ini sungguh menyiksa. Apa yang akan dia lakukan kali ini?

Aku merasakan dia duduk untuk menyamakan dirinya denganku. Tangannya tiba-tiba membekap mulutku. Aku diam. Tubuhku bergetar hebat. Sebuah lampu senter menyala dan di arahkan ke tangan kananku. Apa kali ini dia akan mengukir di sana?

"Jangan bersuara." bisiknya pelan di telingaku.

Ia menarik tangannya yang membekap mulutku lalu mengambil tanganku. Rasa perih mulai terasa saat ia menggoreskan pisau di lenganku. Aku menggigit bibirku untuk menahan supaya tidak bersuara. Ia terus mengukir tanda itu di sana dengan menggunakan pisaunya. Kegelapan seolah menelanku. Membuatku terjebak dengan seorang iblis. Aku tidak bisa lari.

Lampu senter dimatikan tanda ia sudah selesai dengan pekerjaannya di lenganku. Seperti yang biasa ia lakukan, mengukir gambar sepasang sayap malaikat yang kosong tanpa pemiliknya. Lenganku sudah di penuhi darah. Rasa perihnya menjalar ke sekujur tubuhku.

Aku merasakan laki-laki itu bangkit berjalan menjauh.

"Kenapa selalu mematikan lampu?" ucapku mengeluarkan suara. Aku memberanikan diri. Aku penasaran dengannya. Seperti apa wajahnya.

"Karena aku tidak akan sanggup melakukannya jika aku melihatmu."


Suara ketukan pintu menyadarkan Emma ke dunia. Jiwanya seolah hanyut mengikuti alur novel yang dibaca. Keringat membasahi tubuhnya. Bahkan dirinya juga bergetar ketakutan seolah merasakan penderitaan tokoh "Aku" dalam cerita.

Emma bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan untuk membuka pintu. Ia mendapati Adam berdiri di hadapannya lalu menyodorkan ponsel miliknya.

"Tadi tertinggal di meja makan." ucap Adam sebelum Emma bertanya.

Kali ini Emma tidak bisa menatap tajam Adam seperti biasanya. Dengan tangan yang sedikit gemetar Emma meraih ponselnya. Adam jelas menyadari Emma yang tidak seperti biasanya. Emma menatap Adam.

Dengan pikirannya yang masih kacau, Emma tidak tahu apa yang diinginkan dirinya. Adam menatap Emma datar seolah tidak ada yang aneh dengan dirinya, tapi Emma tidak bisa mengartikan tatapan Adam kepadanya.

"Tidurlah." ucap Adam lalu pergi.

Entah kenapa Emma merasa sedikit kecewa. Emma menutup pintu kamarnya lalu duduk di tepi tempat tidur. Ia menutup novel yang dibacanya tadi. Begitu menegangkan. Emma penasaran siapa yang memberikan buku ini padanya dan apa maksud orang tersebut.

"Silent of the death." ucap Emma menyebutkan judul novel tersebut.

Emma meletakkan buku itu di meja samping tempat tidurnya. Ia bangkit dan berjalan keluar kamar. Membaca novel seperti itu menguras keringat dan membuatnya dehidrasi. Dilihatnya dapur yang kosong. Emma mengambil gelas dan menuangkan air.

Terdengar suara pintu yang tertutup dengan keras membuat Emma mengalihkan perhatiannya. Terlihat Adam yang baru masuk rumah. Adam berjalan begitu saja tanpa menatap Emma di dapur. Sedikit membuat Emma penasaran, tapi kemudian ia mengalihkan pandangannya tidak peduli. Emma mengangkat gelasnya, tapi kemudian tiba-tiba lampu ruang tengah mati mendadak.

Bayangan sosok laki-laki misterius muncul dalam pikirannya. Suara langkah kaki menggema di ruangan yang sepi. Detik jam dinding terus berdentang membuat jantung Emma semakin terpacu dengan cepat. Langkah kaki menuruni tangga dimana ruangan tempat tangga itu berada terlihat gelap. Emma masih merasakan kacau dengan pikirannya. Lampu dapur mati dan memberikan kegelapan pekat.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaa!". Emma berteriak dan menjatuhkan gelas yang ada di tangannya. Ia langsung terkulai lemas di lantai dan meletakkan kedua tangannya di sisi kepala. Kilasan tentang novel tadi berputar di otaknya.

Suara langkah kaki itu terdengar cepat menuju ke arahnya.

"Berhenti!" ucap Emma yang membuat langkah kaki itu terhenti sebelum mendekat.

Lampu dapur menyala.

"Emma! Ada apa?" tanya Nyonya Stellere yang berdiri dekat saklar lampu dapur. Nyonya Stellere langsung bangun saat mendengar suara teriakan putrinya tadi.

Dengan tubuh yang bergetar hebat, Emma mengangkat kepalanya. Adam hanya terdiam dan berdiri kaku di hadapan Emma.
****


Adam makin jahat yess, tapi gakpapa karna author yang membuatnya jadi seperti itu. ooppsss!

Dan part ini memang lebih sedikit dibanding yang lain. tapi gakpapa yess, inspirasinya cuman sampe segini.

tekan bintang jangan lupa readers^^

Cambridge Classic Story  (Complete)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon