Chapter 5

108 13 6
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya^^

Terkandang kita harus mengesampingkan ego untuk mempertahankan hubungan yang telah lama terbentuk.

Mereka mememutuskan untuk mengendarai sepeda ke taman bermain disekitar perumahan Angkasa.

Tanpa rasa sabar, Valle berlari menuju ayunan, sedangkan Vero menuju trampolin yang terdapat di taman bermain itu. Mereka pun mengenang masa kecil mereka sembari tertawa.

"Ale, lo inget ga waktu gue lemparin kucing?" tanya Vero sambil melompat-lompat

"Itu hal yang ngga akan pernah gue lupain," jawab Ale dengan muka yang memerah.

"Maafin gue, karena kejadian itu lo jadi phobia kucing," sahut Vero dengan tawa yang semakin besar.

"Lo inget ngga pas lo manjat pagar rumah pak Ahmad , lo jatuh trus celana lo robek karena tersangkut di ujung pagar, lo harus tau muka lo lucu banget," sahut Valle tertawa membahas kisah memalukan Vero.

"Hm lo ngga asik tahu," sahut Vero dengan muka datarnya menatap Valle

"Taman bermain ini ngga berubah ya" ucap Valle mengamati suasana taman bermain.

"Iya kayak lo,"

"Tetep cantik kan," ucap Valle menatap Vero dengan senyum yang mengembang

"Yakali, pendek sih iya."

"Rese ya lo."

Valle pun mengejar Vero yang berlari menghindari pukulan Valle. Mereka berlarian layaknya anak kecil, menghilangkan koadrat mereka sebagai remaja SMA.

🎈🎈🎈

Jam pelajaran Mrs. Dewi pun selesai, semua murid tampak menghela nafas lega karena sang raja rimba telah meninggalkan kelas mereka. Mereka menjuluki guru bahasa Inggris mereka tersebut dengan julukan raja rimba, kenapa? karena setiap dia mengajar apapun yang dikeluarkannya semua benar. Tanpa terkecuali. Dia itu suka buat greget, kalau memberi tugas suka semerdekanya. Dia layaknya raja rimba yang bebas melakukan apa saja semaunya. Kelas menjadi ribut layaknya sedang terjadi tawar menawar di pasar.

"Woi para penghuni kelas, ada berita nih, mau denger ngga?" ucap Angga-ketua kelas- sambil memegang beberapa tumpukan buku tugas Bahasa Inggris.

"Apasih cepetan?"

Sorak sorai penghuni kelas pun membuat kelas menjadi ricuh.

"Sabar elah, kayak ngga pernah makan gitu," ucap Angga seraya menyimpan buku yang ada di tangannya dan mengayunkan kedua tangannya keatas dan ke bawah seperti mengontrol paduan suara yang ada. "...karena gue ganteng, selingkuhannya Raisa, kembarannya Jefri Nicol, ca-"

"Selingkuhan aja bangga, apaan elah lo udah buang menit-menit gue yang berharga," ucap Hana sambil memegang pulpen yang tak bertinta itu seraya mengambil ancang-ancang untuk melempar ketua kelasnya itu.

"Hm, sebenarnya ngga ada sih..." jawab Angga sambil menahan tawanya

"APA?" teriak semua penghuni kelas dengan melempar kertas yang telah digenggam itu.

"Kalian kompak banget sih, udah latihan berapa abad?jadi terharu..." tawa Angga semakin menjadi-jadi melihat ekspresi temannya itu, tanpa rasa bersalah dia melangkah pergi menjauhi kelas karena bertepatan dengan bel tanda istirahat berbunyi.

Saat berjalan menuju kantin Valle dan Hana di hadang oleh Alkan and the geng.

"Va ke kantin bareng gue," ucap Alkan dengan nada seperti perintah.

"Ngga, gue ke kantin bareng Hana" balas Valle yang wajah datarnya.

"Ngapain sih sama dia?" tanya Alkan dengan nada tak suka, berusaha menarik tangan Valle dari Hana.

"Ish lo tuh yang ngapain, kuy Han." ucap Valle menarik tangan Hana menjauhi Alkan.

Seakan tak ada rasa bosannya, Alkan tetap mengikuti Valle hingga kantin. Namun, saat tiba di kantin Ken yang melihat adiknya itu diikuti oleh Alkan pun bertindak.

"HEH ngga bosan lo ganggu ketenangan gue?" geram Ken-kakak Valle- menarik tangan Valle hingga Valle berada didekatnya.

"Adek lo tuh bikin gue gemes buat deketin dia," ucap Alkan dengan sedikit tertawa yang tercetak di bibirnya.

Hana yang mendengar pernyataan cowok itu pun tanpa sadar hatinya terasa tertusuk oleh cangkul, sakit. Namun, perasaan itu segera ia tepis jauh.

"Udah deh Al, kenapa sih lo selalu deketin Valle mulu, diakan ga suka sama lo!" sahut Hana yang geram melihat suasana diantara mereka.

"Kok elu ikutan sewot, serah gue elah," ucap Alkan dengan tatapan sinisnya pada Hana. Dia menatap Hana seakan sedang berkomunikasi lewat tatapan mata diantara mereka.

Hana kecewa, dia kembali teringat kejadian waktu SD dulu. Ya, Hana suka Alkan sejak SD. Awalnya setelah kejadian 'salah paham' itu membuat rasa bersalah pun tumbuh, namun tanpa ia duga rasa bersalah itu kemudian berkembang menjadi rasa suka. Memang sakit menyukai orang yang tak pernah melirik kita bahkan setitik pun tak pernah.

🎈🎈🎈

"Disampaikan kepada seluruh pengurus OSIS periode 2015/2016 agar segera ke ruang wakasek kesiswaan sekarang juga, terimakasih."

Terdengar jelas pemberitahuan dari pengeras suara membuat Hana selaku anggota OSIS itu beranjak dari tempat duduknya menuju ruang wakasek.

"Va gue udah dipanggil nih," ucap Hana memasukkan barang bawaannya ke dalam tas.

"Yah trus gue pulang sama siapa dong?" ucap Valle dengan muka cemberut.

"Ale pulang bareng gue yekan," ucap Vero yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas XI MIPA 4 itu.

"Tuh Va, lo pulang bareng Vero aja, gue kumpul dulu ya ntar kalo gue di blacklist gimana?" ucap Hana melenggang pergi dengan tawanya tanpa menunggu jawaban dari Valle.

Valle sangat bahagia bisa pulang bareng Vero. Dia jadi teringat saat mereka SD dulu. Valle selalu pulang bareng Vero menggunakan sepeda.
Mereka pun melewati keramaian jalan dengan gombalan seribuan dari Vero. "Ale gue minta nomor Hana dong", suara Vero membuat suasana menjadi canggung seketika.

Valle yang mendengar perkataan Vero kali ini sanggup membuatnya heran. "Hm emangnya kenapa?" tanya Valle dengan ragu, enggan menatap Vero.

"Tapi lo jangan ember ya?ntar bibir lo doer lagi," ucap Vero mencari keraguan pada muka Valle.

"Nggak elah, kayak sama siapa aja," ucap Valle dengan suara yang berusaha ia atur agar tak terdengar suara goresan dalam hatinya.

"Gue suka sama Hana..."

"S-sejak kapan?" tanya Valle dengan tatapan sendunya.

"...sejak SMP" lanjut Vero dengan senyuman. Dia bahagia telah mencurahkan rahasianya selama ini kepada sahabat kecilnya itu.

Tanpa mengeluarkan sahutan lagi, Valle menatap keluar jendela. Suasana terik di siang ini membuat hatinya ikut panas mendengar penuturan orang yang dia sukai. Namun, Valle harus berusaha memendam rasa ini.

Dia tidak ingin mementingkan egonya untuk menghancurkan hubungan persahabatan yang telah lahir diantara mereka. Entah sampai kapan dia akan menutupi perasaannya ini. Mungkin nanti.










Next ga?
Perlu kritsarnya banget😘

KAMUWhere stories live. Discover now