“Emang ini rumahnya Naomi, pea!” ucap Yusuf datar.

Mereka semua pun langsung masuk ke dalam rumah itu. Nuansa elegant langsung menyambut pandangan mereka ketika memasuki ruang tamu.

Dan di sana pula terlihat Yupi dan Rona yang tengah bersantai ria.

Tak sengaja pandangan mereka tertuju pada Naomi kemudian beralih kearah Aang dan ketiga sahabatnya.

“Mereka siapa kak, kok ganteng-ganteng banget sih?” tanya Yupi dengan genitnya.

“Anak kecil gak boleh genit!” celetuk Rona yang duduk di sebelahnya.

Yupi mengembungkan pipinya cemberut. Kenapa semua orang selalu menganggapnya sebagai anak kecil, padahal dia sudah masuk tahun ke 17 ditahun ini. Apa karena wajah bebyface-nya?

“Mi, kenali dong ke kita,” ucap Rona yang sedari tadi menatap kearah Aang.

“Oh iya, kenalin. Mereka ini sahabat aku dan adiknya, namanya Rona dan Yupi. Mereka juga tinggal di sini karena orang tua mereka menjalankan bisnis keluarga di luar negeri. Sekalian nemenin aku sama Bella juga di sini,” jelas Naomi mengenalkan kedua gadis itu pada Aang dan ketiga sahabatnya.

Aang dan kedua sahabatnya mengangguk paham, sedangakan Riyan tak perduli dengan mereka.

“Hai, kak. Aku Yupi!” sapa Yupi dengan suara khas anak kecilnya.

“Aku Rona,” sambung Rona sambil tersenyum.

Aang menanggapi kedua gadis itu dengan senyuman, sedangkan Andri dan Yusuf hanya melambaikan tangan. Riyan? Kalian tahu sendirilah apa yang dia lakukan, dia hanya diam sambil menunjukan wajah datarnya.

“Nah, kalau ini sepupu Aku sama temen-temennya,” jelas Naomi.

“Yang ini sepupu aku, namanya Aang,”

“Hai,” sapa Aang

“Yang itu Yusuf dan yang di sebelahnya itu Andri,”

Yusuf dan Andri melambaikan tangan menyampaikan salam perkenalannya.
“Dan yang itu namanya Riyan,” ucap Naomi mengenalkan Riyan.

Tapi, bukannya menyapa, Riyan hanya diam menunjukan wajah datarnya. Dia sama sekali tidak menyapa, tidak tersenyum bahkan melirik pun tidak, dia sibuk dengan dunianya sendiri.

Rona dan Yupi menatap heran lelaki itu, aneh? Itulah yang pertama terlintas di pikirkan melihat sikap Riyan.

“Kamar gue di mana, gue pengen istirahat!” Riyan tiba-tiba bersuara.

“Kamar kalian ada di lantai atas,” jawab Naomi.

Tanpa berkata apapun lagi, Riyan langsung berjalan pergi meninggalkan mereka. Rona dan Yupi menatap heran kepergian Riyan, lelaki itu. . . Jutek sekali!

“Maafin temen gue yah, dia emang begitu sifatnya, ngeselin. Maklumin, jones!” ucap Aang tak enak hati karena tingkah dingin dari Riyan itu.

“Iya, gak apa-apa kok,” jawab Rona mengangguk paham.

“Kak Aaaangg!!!” pekikan itu berhasil mengalihkan semua perhatian.

Terlihat Bella yang baru saja keluar dari arah dapur dengan cemilan di tangannya. Dia histeris melihat kedatangan Aang.

“Bella!”

Tanpa menunggu lama, gadis itu langsung berlari dan memeluk Aang, “Aaaaa... aku kangen banget sama kakak!” ucapnya girang.

“Iya iya, gue juga kangen sama lu, lepasin dong, gue gak bisa napas nih ” balas Aang tak bisa bernapas karena Bella memeluknya sangat erat.

“Eh, maaf kak,” Bella segera melepaskan pelukannya.

“Ya ampun, lu kurusan yah.” ucap Aang melihat Bella dari atas sampai bawah.

“Maksud kakak, dulu aku gendut, gitu?”

“Lah, emang kenyataannya gitu,” celetuk Aang.

“Iihs, jahat banget sih!” geram Bella mencubit pelan pinggang Aang.

Tak sengaja pandangan Bella beralih kearah Andri dan Yusuf, “mereka siapa kak?” tanyanya.

“Oh, mereka ini temen-temen gue, yang ini namanya Andri dan yang itu Yusuf, mereka juga bakal tinggal di sini.” Aang mengenalkan kedua sahabatnya.

“Hai, kak. Aku Bella,” sapa Bella riang.

“Hai,” balas Andri dan Yusuf bersamaan.

Bella menunjukan senyumannya membalas sapaan dari dua lelaki itu.

“Eh, yang tadi naik ke atas itu siapa? Temen kak Aang juga?” tanya Bella.

“Iya, dia temen gue juga, namanya Riyan. Dia emang agak miring otaknya, jadi maklumin aja yah kalau dia gak sopan ataupun nyebelin,” jawab Aang

“Oh,” ucap Bella mengangguk paham.

“Eh... Kalian pasti laper kan, gimana kalau kita makan dulu?” Naomi kembali bersuara.

“Wah, boleh tuh. Kebetulan gue belum makan dari lahir,” ucap Andri ngawur.

Semuanya terkekeh mendengar ocehan Andri, mudah sekali baginya membuat orang lain tertawa.

“Mati dong kalau kamu gak makan dari lahir,” saut Rona.

“Yaudah, lebih baik kalian istirahat aja dulu, biar aku masakin sesuatu buat kita,” ucap Naomi.

“Sip, lu emang sepupu gue yang terbaik dah” Aang mengacungkan ibu jadinya.

Aang dan kedua sahabatnya langsung berjalan menuju kamar mereka masing-masing. Berhubung kamar dirumah itu banyak, jadi mereka memilih kamar sendiri-sendiri.

                               ****

Aang, Naomi dan juga lainnya sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama, terlihat mereka sudah mulai akrab, mereka berbagi cerita dan juga tawa, sedangkan Riyan tidak perduli dengan semua itu.

“Oh, jadi kalian tinggal sementara di sini karena pihak PSSI belum menyediakan tempat tinggal buat kalian” tutur Rona ditengah-tengah acara makan malamnya.

“Iya” balas Aang

“Aku gak nyangka loh kalau kakak-kakak ini pemain timnas, boleh dong kak minta tanda tangannya, nanti kalau kalian udah terkenal kan susah minta tanda tangan sama fotonya” ucap Yupi.

“Yaudah sini, mau tanda tangan di mana? Di pipi lu aja yah” canda Aang

“Ihs, jangan!” ucap Yupi menutup kedua pipinya dengan kedua tangannya.

“Lagian itu muka pipi semua” celetuk Aang.

Semua tertawa mendengar ucapan Aang, suasana malam sudah kental dengan canda dan tawa, semuanya terlihat menikmati kebersamaan itu, hanya Riyan seorang diri yang tak perduli dengan semua itu.

Tapi, sejak tadi, entah kenapa pandangan Bella tak beralih sedikitpun dari Riyan, meskipun Riyan hanya menunjukan wajah datarnya, tapi entah kenapa ekspresi wajah itu terlihat cool dimata Bella.

Berniat baik ingin menuangkan minuman ulbuat Riyan, Bella justru membuatnya marah karena tak sengaja minuman yang dia tuangkan tumpah dan membasahi celana Riyan.
“Ma... maaf kak, a..aku gak se..sengaja”






-Bersambung-

Seperti biasa... Tinggalkanlah jejak agar kau tidak dianggap sebagai pembaca gaib.

#SalahTahuGoreng.

Cinta dan Sepak bola (COMPLETED)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon