Part 4

1.4K 106 29
                                    

“Kalau yang itu namanya...”

Belum sempat Aang mengenalkan Riyan pada Naomi, tiba-tiba Riyan pergi meninggalkan mereka dengan wajah dinginnya.

“Woy... lu mau ke mana?” tanya Yusuf
“Beli minum!” jawab Riyan singkat, dia sama sekali tidak memperdulikan perkenalan itu.

Ketiga sahabatnya hanya bisa menghela napas. Dari pertama kali mereka bertemu, sifat Riyan tidak pernah berubah, meskipun itu sudah 3 tahun berlalu.

“Emang dasar itu bocah, gak ngerhargai cewek banget!” kesal Andri melihat kelakuan Riyan.

“Maafin dia ya, Mi. Temen gue yang satu itu emang begitu kelakuannya,” ucap Aang tak enak hati pada Naomi.

“Iya, gak apa-apa, mungkin dia emang lagi uas” balas Naomi menatap punggung Riyan yang mulai berjalan menjauh.

Sebenarnya ini pertama kalinya Naomi bertemu dengan orang yang sifatnya sangat angkuh seperti Riyan, teman-temannya tidak ada yang memiliki sifat yang sama dengan lelaki itu.

“Oh iya, Mi. Gimana soal tempat tinggalnya?” tanya Aang.

“Itu udah beres Ang, tinggal ke sana aja,”

“Tapi masih ada kamar kosong kan, soalnya temen-temen gue juga mau tinggal di rumah lu?”

“Masih kok. Kamu tau sendiri rumah aku gedenya kayak apa,” jawab Naomi dengan kekehannya.

Andri mengkeritkan dahinya mendengar pembicaraan kedua saudara itu, “Tunggu, tunggu, tunggu” potong Andri, “maksudnya gimana nih?”

“Gini, sepupu gue ini kan punya rumah di Jakarta, berhubung kita disuruh nyari tempat tinggal sementara, jadi gue putuskan buat tinggal sama dia,” jelas Aang.

“Maksud lu, sementara kita tinggal di rumahnya?” tanya Andri memastikan.
Aang mengangguk, “Iya, lu gak mau?”

“Ya maulah, siapa sih yang gak mau tinggal sama cewek cantik, anak kecil yang baru lahir juga gak bakal nolak disuruh tinggal sama bidadari,” jawab Andri cepat.

“Dasar lu,” kekeh Yusuf.

“Jadi, kalian setuju nih kita tinggal di rumah Naomi?” tanya Aang memastikan.

“Ya! Setuju!” jawab Andri semangat, sedangkan Yusuf hanya menganggukkan kepalanya saja.

“Terus, temen kamu yang satunya, gimana?” tanya Naomi, yang dia maksud adalah Riyan.

“Riyan mah gimana ramenya aja dia pasti ikut. Kalau kuburan rame juga dia mau tinggal di sana,” canda Andri.
Naomi terkekeh kecil mendengar jawaban Andri, seenaknya saja dia kalau bicara.

“Oh iya, kita ke sana naik apa?” tanya Yusuf.

“Tenang aja, aku bawal mobil kok,” jawab Naomi.

“Oh, gitu.” Yusuf mengangguk paham.

Sebelum mereka pulang ke rumahnya Naomi, mereka harus menunggu Riyan kembali, tidak mungkin kalau mereka harus meninggalkan Riyan. Meskipun pemuda itu menyebalkan dan dingin, tapi tetap saja Riyan adalah sahabat mereka.

Setelah Riyan kembali, barulah mereka langsung pulang.

                               ****

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama 1 jam, akhirnya mobil mereka pun berhenti tepat di depan sebuah rumah yang cukup mewah. Rumah berlantai dua itu terlihat sangat megah dan elegant.

“Ayok, masuk!” ajak Naomi setelah Aang dan kawan-kawannya keluar dari mobil.

“Iya, ayok masuk. Jangan malu-malu, anggap aja rumahnya Naomi,” sahut Andri berjalan masuk lebih dulu mengikuti Naomi masuk ke dalam rumah itu.

Cinta dan Sepak bola (COMPLETED)Where stories live. Discover now