Chapter 1

23.3K 1.2K 7
                                    

"Baiklah. Terima kasih untuk semuanya, Mr. Bradley. Nanti saya akan sampaikan hal ini pada Mr. Bowin." Ella menundukkan kepalanya, memberi salam untuk pergi dari sini sekarang juga. Dia merasakan hawa panas disini, walaupun dia tau ruangan ini dingin. Kenapa dia merasakan hawa panas? Karena laki-laki di depannya ini yang menyebabkan itu!

Ella ingin berteriak sekarang juga. Dia sudah tak betah berduaan dengan seorang Bradley. Apalagi selama pertemuan tadi, hanya dia yang terus menerus berbicara, sedangkan laki-laki itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil terus menatapnya.

Ella berjalan keluar, tetapi sebelum itu, laki-laki itu memanggilnya.

"Tunggu, Miss. Christian." Ella berhenti sesaat, tidak berani menolehkan kepalanya ke belakang. Tapi itu tak perlu dia lakukan karena sekarang laki-laki itu sudah berdiri di hadapannya.

"Siapa namamu?" Ella terdiam sesaat dan hanya menatap laki-laki itu kosong.

"Aku merasa kau tidak sedekat itu denganku. Aku rasa kau cukup hanya mengetahui nama belakangku. Permisi." Sebelum Ella bisa berjalan keluar, tangannya dipegang oleh laki-laki itu. Laki-laki itu membisikkan sesuatu padanya.

"Benarkah? Dan aku rasa kita akan menjadi dekat sebentar lagi. Dan saat itu terjadi, aku tak akan melepaskanmu dengan semudah itu, Miss. Christian." Edmund melepaskan pegangan tangannya pada perempuan itu dan berjalan keluar.

'Kurang ajar perempuan itu.' Ini adalah penolakan pertama yang dia rasakan. Biasanya, kaum perempuan yang akan menanyakan siapa namanya. Bukannya menyombongkan diri, tapi perempuan yang tertarik padanya tidak bisa lagi dihitung dengan jari, dan dia selalu saja menolak perempuan-perempuan itu karena merasa sama sekali tak tertarik.

Tapi kali ini, untuk pertama kalinya dia tertarik pada perempuan, tapi justru ditolak.

Tapi dia bisa tenang. Dia bisa dengan mudah mendapatkan nama perempuan itu, berhubung dia sudah tau dimana perempuan itu bekerja. Hanya tinggal menelpon Mr. Bowin, dan semua masalah selesai.

***

"Mom." Ella berjalan masuk ke dalam rumahnya dan melihat ibunya sedang menonton TV.

"Ella." Ibu Ella segera mendatangi anaknya itu dengan mendorong kursi rodanya ke arah Ella. Iya, memang benar ibunya tak bisa berjalan. Walaupun begitu, Ella tak pernah malu akan ibunya. Karena ibunya adalah satu-satunya harapannya. Satu-satunya orang yang dia punya.

Ella menundukkan badannya dan memeluk ibunya yang posisinya lebih rendah dari dirinya. Ella mencium pipi ibunya singkat dan tersenyum.

"Mom. Apa kau sudah makan?"

"Belum. Aku menunggumu, darling."

"Mom!" Ella menatap ibunya sedikit kesal.

"Aku sudah bilang ke Mom, tidak usah menungguku pulang, Mom. Kalau Mom lapar, Mom bisa langsung makan." Demi Tuhan, dia sudah berkata pada ibunya untuk makan terlebih dahulu kalau memang dirinya sudah lapar.

"Ella, Mom juga sudah bilang padamu bahwa Mom lapar ketika kau sudah pulang." Dan inilah yang selalu dijawab oleh ibunya. Bahwa rasa laparnya baru muncul ketika dia sudah di rumah. Hal yang tak masuk akal. Mana ada orang merasa lapar ketika mereka melihat seseorang yang ingin ditemuinya?

Ella menghela napasnya.

"Baiklah, Mom. Ella selalu kalah kalau dengan Mom. Ayo kita makan." Ella mendorong kursi roda ibunya, membawa ibunya untuk pergi ke ruang makan.

***

"Jadi, ayo ceritakan pada Mom apa yang terjadi di kantor tadi." Seperti biasa, ibunya akan bertanya apa saja yang dia lakukan.

"Aku tadi tidak di kantor terlalu lama, Mom. Mr. Bowin menyuruhku untuk menggantikan posisinya saat rapat pertemuan dengan Syzygy Coorp." Ella menghela napas.

"Benarkah? Kalau begitu, seharusnya kau bahagia. Tapi kenapa anak Mom wajahnya seperti itu?" Memang ada apa dengan wajahnya? Apa dia terlihat sedih?

"Kau tidak terlihat sedih. Kau hanya terlihat sedikit kesal." Kesal? Oh, sangat.

"Kau bisa bercerita pada Mom, Ella." Ella menghela napasnya lalu menceritakan semuanya itu pada ibunya. Dia memang selalu terbuka pada ibunya.

"Oh, darling. Lalu kenapa kau bisa kesal terhadapnya? Dia tidak berbuat macam-macam, bukan? Justru malah ada kemungkinan laki-laki itu tertarik pada anak Mom." Ibu Ella memasang senyum di wajahnya.

"Mom!" Pikiran itu bahkan tak pernah terpikirkan di otaknya. Dia hanya menganggap perlakuan laki-laki itu hanya karena dia ingin bersikap ramah, mungkin? Iya, seharusnya memang itu alasannya.

"Kenapa, Ella? Itu bisa saja terjadi. Lagipula, anak Mom orangnya baik dan cantik. Bukan hal yang mustahil seorang laki-laki tampan tertarik pada anak Mom." Memang benar, banyak laki-laki diluar sana yang mendekatinya. Tapi dia hanya menganggap mereka semua sebagai teman. Sebenarnya alasannya karena dia takut. Dia takut jika dia jatuh cinta pada salah satu dari mereka. Bagaimana jika tiba-tiba mereka meninggalkannya karena suatu alasan yang tak masuk akal? Berhubung dirinya adalah perempuan tak berpengalaman jika mengenai cinta.

"Oh, Mom. Aku tak peduli. Lagipula, ini semua sudah berlalu. Aku tak mungkin bertemu dengan laki-laki itu lagi. Sekarang, Mom yang menceritakan apa yang Mom lakukan selama aku pergi."

Next update: tomorrow 💍

Lovely Angel [LS #3] (COMPLETED)Onde histórias criam vida. Descubra agora