Sepasang Surat yang Takkan Pernah Dibaca Satu Sama Lain: Bayu kepada Rahayu

852 37 6
                                    

Sebelumnya (nukilan Puisi 12 || Taut)

...

Kita tulis pengharapan masing-masing di selembar kertas tipis.
Dan melipat berseni origami, bentukmu manis, bentukku tragis.
Tersimpan cita, lalu terbangkannya di lembah permadani wilis.

...

====================

====================

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Teruntuk Rahayu, Tenteramku

Bagaimana jika cinta tidak melulu berbentuk hati, melainkan bangun ruang?

Jika cinta berbentuk kubus, tiadalah kelak di antara kita keegoisan bersesaran. Enam helai bujur sangkar bersua; kongruen, bersetuju. Sekarang, coba kamu imajikan selingkup area kaya rasi, raksi, tetapi yang menyarukan orientasi. Maka, berjumpa kamu sebuah kubus: kamar kita. Enam bilah dinding; sewarna gading. Enam bilah pintu; serona Kelimutu. Dari yang separuh lusin itu, masukilah salah satu. Putar kenop tambatanmu. Oh, tentu saja, gelap lekas merubungmu. Namun, tenang. Jangan panik. Telah kusediakan sakelar sejumlah dinding-dinding tadi. Lantas, lagi, pilihlah satu untuk kamu tekan. Yang jelas, di tengah-tengahnya, aku menanti cahaya. Menunggumu.

Jika cinta berbentuk balok, aku yakin kepak sejoli jiwa ini bakal bersicepat dengan waktu, intim membuhulkan relasi yang hanya kita berdua yang paham setakterjabarkannya bahagia. Enam keping persegi panjang merintang; tiga pasang bidang sisi bertemu muka. Dua belas rusuk menukas; empat ruas di antaranya sejajar sama panjang. Ah, pelik memang di bayang. Kepala bergasing dibuatnya. Tetapi, begitulah adanya. Jujur. Ketika harapan bertaut tangan pada logika, cinta kadang bernapas lewat rumus. Ya, seperti balok-balok gelora yang ranggas bila terus dibelai aplaus. Kita butuh kerumitan.

Jika cinta berbentuk prisma, mustahil selembar prolog bermakna tunggal. Ibarat tenda dan atap rumah yang galib bermatra prisma tegak segitiga, darinya dapat berpangkal senarai perisai akan risau. Sebagaimana aku dan kamu bersijundai di tubir lembah permadani wilis ini. Ya, kini. Selalu saja tiba detik-detik lugas dalam memulai. Bukan yang seberkilauan batu permata, cukup batu pertama. Aku pun gerilya mengelaborasi tenda masa depan hubungan ini. Sesuka, sekarsa. Atap paling kesatria bagi angan-angan kita yang landung.

Jika cinta berbentuk limas, kamu tidak akan pernah puas cintaiku dan aku pun tidak akan pernah puas cintaimu. Limas merangkap konstelasi segitiga yang membahu setapak tegar. Semakin jirus asa menjulang, kianlah suam puncak. Bineka. Yang ajaibnya, konsentris. Banyak simbol dan sinyalir yang nanti pasti mengelabui. Namun, ingat. Limas dinamai sesuai alasnya; limas segi lima, misalnya, atau segi semiliar. Sungguh, kuharap kita selinap di "Limas Segi Cinta".

Jika cinta berbentuk kerucut, kita bakalan sibuk mengelumuni. Tak ubah naungan Waltz pada lantai pualam penuh gaun dan tuksedo. Laksana viola gaet madukara. Serupa wol hukum gelugut. Naluri kita pun tambah jeli. Barangkali, sisi kerucut yang cuma sepasang, nihil rusuk, telah mendarahdagingi wibawa. Kamulah alasnya; aku selimut. Dan, titik sudut di atas itu, adalah alutsista komitmen kita.

Jika cinta berbentuk tabung, pasti pada akhirnya mereka pengar juga. Lantangkan: kita tidak sehina yang kalian pikirkan! Toh, aku tahu sesolid apa cinta ini. Seumpama tiang listrik. Betul, aku tidak melucu. Faktanya, tiang listrik silinder supaya cakap mengerdilkan tekanan, puguh mencagak beban. Selaku detonator berjuta cibiran.

Jika cinta berbentuk bola, serbasederhanalah ini. Tak menyudutkan. Bebas menjelma diksi favorit. Dinamis jelma almanak. Pernikahan bagai kompas yang loyal pada utara. Doa gelinding riapi keluarga. Esa. Inginku dua: perutmu membola nanti, dan lapangan bola mini.

Sayang, terselip "jika" yang sering kali mengadang segenap andai. Intinya, aku sudah berjuang. Pun aku sudi berkanjang. Apakah nanti pengharapanku kabul atau lekang, aku janji, untuk tak menentang.

Bayu, Anginmu

====================

Media: Perfect by Ed Sheeran

Gladiola {Wattys Award Winner}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang