Puisi 13 || Eksklusif

763 53 6
                                    

"Bersambut gelenyar fajar berpijar, dan kabut anyar pengejar kabar, izinkan aku mengujar amar, ajar adar milik Sapardi:
'Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.'

Sekarang, kupikir, tiada guna menguntai kalimat seromantis barusan hanya 'tuk nyatakan, bila ... aku ingin mencintaimu dengan sederhana.
Terkadang, kupikir, tiada guna berjuntai kaimat semantis bebungaan hanya 'tuk buktikan, bila ... aku ingin mencintaimu dengan tak dinyana.
Dan memang, kupikir, tiada guna seruntai gelumat pemantis kekayaan hanya 'tuk tegaskan, bila ... aku ingin mencintaimu dengan membahana.

Sekarang, lihatlah diriku,
pandangilah kedua mataku,
dan menerawanglah kepadaku.

Sejatinya, dirimu tiadalah melihatku.
Yang kaulihat adalah dirimu di netraku,
yang t'lah taklukkanku, memeluk cintaku.

Pun persis, diriku tiadalah melihatmu.
Yang tertampak adalah diriku di netramu,
yang t'lah membelitmu, menjelitkan cintamu.

Terpancang dinding di antaraku dan dirimu.
Tiadalah dinding inding pemisah akan temu.
Adalah dinding itu cinta, kisahku dan dirimu.

Kita menjadi padanan cermin kembar.
Determinan akan pesona persona jembar.
Domain empiri dua diri mandiri menyembar.

Cinta kita elusif, eksklusif bersangkar.
Saling isi sepasang separuh hati mangkar.
Luluhkan arogansi akan tengkar membangkar.

Cinta kita polos, molos akan hormon.
Inheren akan aral, koheren dari feromon.
Ugahari, selugu dari caraku mencari Pokemon.

Bersambut gelenyar fajar berpijar, dan kabut anyar pengejar kabar, izinkan aku mengujar amar, ajar adar milikku sendiri:
'Aku telah dan tetap mencintaimu dengan sederhana, sesederhana arti nama kita. Sesederhana angin dan tenteram yang t'lah berkawan lama.
Aku telah dan tetap mencintaimu dengan sederhana, sesederhana cinta ini. Sesederhana cinta yang tiada diinginkan. Melainkan, yang dibutuhkan.'

Sekarang, tiada kuingin mengada dan banyak bicara.
Kuingin membuatnya sederhana, pun kentara.
Senyata Pocket Ball Pokemon Go ini,
dari virtual ke visual aktual ini,
yang kuusung langsung untukmu kini.
Maka, seabsolut itulah cintaku di sanubarimu.

Kekasihku, Rahayu, maukah kau menikah denganku?"

Kekasihku, Rahayu, maukah kau menikah denganku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[]

Gladiola {Wattys Award Winner}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang