"Next Fight"

28 4 0
                                    


Awal tahun 2017....

UFC mencatat peringkat. Sabuk kemenangan dipasangkan. Foto-foto petarung terbaik mulai dipajang.Tidak lupa, dibubuhkan tanda tangan. Tahun ini, Dana White mengajukan kejutan berikutnya. Siap mempertarungkan pemain handal memperebutkan posisi kehormatan. Tahun lalu, Khalid berontak dan mengancam institusi UFC, "Kalau UFC tidak mempertarungkan aku dengan Conor, lebih baik aku pensiun". Amerika mengidolakan Conor, Khalid rival terberat jagoan mereka. Belum ada yang berani menantang Conor dengan frontal. Tantangan pantas, tantangan yang ditunggu banyak orang. UFC mengorbitkan Conor, memakaikannya sabuk, mengatur rencana. Namun, orang-orang belum melihat mereka berlaga. Setidaknya belum. Dana White membuat umpan. Dia belum siap menggadaikan sang boneka kesayangan, Conor McGregor. Maka mantaplah ia memilih umpan itu, Tony Furgeson. Setan licin Amerika. Yang bahkan Khalid pun tak bisa memandang sebelah mata.

UFC 209! UFC mengirim kontrak. Dengan sebenar-benarnya kontrak. Khalid berkicau soal freak contract. Bajingan anak ini, berani sekali dia! Dana White geram. Tony Furgeson, el cucuy, setan UFC, petarung tandingan perinkat kedua lightweight division. Bayangkan, ini ketiga kalinya pertandingan mereka dijadwalkan. Langkahi dulu mayat Tony, Khalid! Kira-kira begitu skenario yang diciptakan Dana White.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Bulan Maret itu tidak lama, Khalid". Murad berkata dengan tutur tegas kepada anaknya, Khalid. Latihan akbar di bulan Januari. Sekaligus inilah latihan terakhir mereka, yang tak lama lagi.

"Kau benar. Aku sadar posisiku", jawab Khalid. Ayahnya, salah satu pelatih terbaik, pendukung terdepan karirnya. Murad, kritikus handal sang pemberi pencerahan. Ketika Khalid menang melawan Tibau, orang-orang bersorak. Khalid menangis, kegirangan. Murad kontras. Dirinya marah. "Kau harusnya lebih baik dari itu!", "Pukulanmu jelek! Aku tidak melihat kau bertanding sungguh-sungguh!". Maka apapun yang kini keluar dari mulut ayatnya, dia menganggap itu sejalan dengan Ilham. Petunjuk langit yang layaknya dia pikirkan.

"Tiga atau empat kali dalam setahun, itu lebih dari cukup buatmu". Murad mengingatkan obsesi yang sejalan akal. Ambisi yang bisa tertunda dengan berbagai probabilitas.

"Ingat, Khalid! Kau pernah cedera parah"

"Aku tahu, ayah. Aku rasa bulan-bulan sekarang waktu yang cukup"

"Apa yang kau kejar sih? Kau petarung nomor satu tahun lalu"

"Mereka bilang aku nomor lima"

"Siapa mereka? You are number one in Russia"

"Aku ingin nomor satu di dunia. Aku tak akan berhenti sebelum sabuk itu kudapatkan"

"Mereka tidak akan membiarkanmu. Mereka tahu konsekuensinya"

"Aku hadapi mereka. Datanglah, kalau berani"

"Mereka takkan mau, sekalipun kau tantang mereka secara terbuka"

"Pengecut!!"

Khalid mengepal jari-jemari. Percakapan ini membuatnya naik darah. Kekesalan mencapai puncak lantaran UFC tidak juga mengirimkan kontrak melawan musuh bebuyutan, Conor McGregor. Malah sekarang dibuat repot -untuk kesekian kali- menari-nari di hadapan Tony.  

"Dengar, Nak! Menang atau kalah dapat terjadi pada siapapun. Bertandinglah dengan cara terbaik", Murad mencengkram bahu anak muda itu erat-erat. Menjinakkan manusia dengan menjinakkan tujuan-tujuannya. Klise. Tapi ampuh.

"Ya, ayah", Khalid menghembuskan nafas arogansi. Seorang profesional bertarung dengan jiwanya, sepenuh hati.

"Ingatlah, karirmu masih panjang. Bukan cuma UFC. Kau bukan budak mereka", Murad memelankan cengkramannya. Berangsur reda. "Kau punya Tim Eagle yang kelak kau besarkan"

"Dan mereka butuh panutan", Khalid mengeraskan tekad, "karena itulah aku takkan mengalah"

"Mereka butuh dirimu", ujar Murad membuang wajah, "seutuhnya....."

Elang muda itu tak mengerti benar kata-kata lembut itu. Kata terakhir yang Murad siratkan secara implisit. Seutuhnya. Ya, betapa seutuhnya, Khalid Ramzanov harus memikirkan nasib karir lebih panjang di masa depan. Lebih penting dari pergiliran sabuk kemenangan. []


The Title [Dwilogy Of Nurmagomedov]Where stories live. Discover now