[Chapter 15]

48 8 2
                                    

Dua puluh anak muda berkumpul di markas Abdulmanap Sambo. Mereka membuat nama itu seenak mulut mereka mengucapkannya sehari-hari. Tidak terpikir membuat nama-nama lain yang lebih keren atau sejenisnya. Abdulmanap Nurmagomedov pernah merasakan hidup selaku atlet sambo di masa muda. Pernah pula memenangkan turnamen bergengsi di Rusia. Hari ini, dia membagi ilmu kepada kedua anak laki-laki dan membuka akademi sambo ini guna merekrut potensi lainnya di Dagestan.

Sebagian orang mengenal Judo. Adapun Sambo, sistem pertahanan diri ala Soviet yang berkembang di awal eran 1900-an. Sambo, seni bela diri tanpa senjata, yang mengedepankan teknik bergulat, membanting dan mengunci sistem pertahanan lawan.

Vasili Oshchepkov, seorang pelatih karate dan judo untuk elit Tentara Merah Rusia, adalah salah satu pencipta sambo yang tercatat di pelajaran sejarah. Oshchepkov merumuskan seni bela diri superior, memodifikasi dengan judo yang lebih dulu ia kuasai. Kemampuan dan ambisi orang Rusia melakukan ekspan, situasi ini menuntut rakyatnya mampu mempertahankan diri dan siap dikerahkan dalam pertempuran.

Satu catatan penting, pada 1923, Oschepkov bekerjasama dengan Voroshilov yang merupakan instruktur terpilih Vladimir Lenin yang dipekerjakan di Vseobuch atau Pelatihan Militer. Mereka secara bersama-sama melatih serta menyempurnakan seni bela diri para tentara disana. Di sisi lain, tokoh bernama Anatoly Kharlampiev dan rekannya, IV Vasiliev, keduanya telah mempelajari seni bela diri di seluruh dunia secara luas, dan mereka bergabung pula dalam kolaborasi ini. Satu dekade kemudian, teknik ini semakin dikembangkan, dimana pada hari ini dikenal sebagai Sambo. Meskipun Oschepkov dan Spiridonov yang merumusan seni beladiri sambo, tetapi Kharlampiev-lah yang lebih sering disebut sebagai bapak Sambo, karena dialah yang mengkampanyekan Sambo untuk menjadi olahraga tempur Uni Soviet, dan yang telah merealisasikannya pada tahun 1938. Dinamika hidup. Ide memang penting, eksekusi jauh lebih penting.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Abdulmanap belajar dari pendahulunya, cita-cita yang tak hanya ide indah di kepala. Bangun dari tidur, hadapi kenyataan, meski mimpi jauh indah dari realita. Abdulmanap menciptakan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi di masa depan. Melatih Magomedov dan Khabib sekaligus. Tidak peduli, siapa yang lebih bisa diandalkan. Sebagai anak tertua, Abdulmanap berharap Magomedov maendahului adiknya. Namun itu pun ditepisnya demi sportivitas. Tidak ada senioritas di tubuh olahraga. Di akademi ini, Abdulmanap mengamalkan tindakan menghormati lawan, dan kerjasama antar teman. Mengesampingkan apa yang disebut kakak-adik, ayah-anak, sejenisnya.

Pendekatan itu dimulai dari apa yang dimampui oleh Abdulmanap sendiri. Sebagai mantan atlet dan pelatih Sambo, ilmu bela diri gaya ini harus dia turunkan. Sebenarnya, dia tidak sepenuhnya mencintai tempat-tempat tertutup yang dibatasi dinding tak berpori. Berlatih di gym, atau sarana indoor lainnya, mengingatkan dirinya pada sekumpulan tupai di dalam pohon, terlalu nyaman. Tidak! Kita harus keluar. Lihatlah alam liar yang sebenarnya, teriak Abdulmanap dalam sesi latihan pagi itu. Panjatlah gunung-gunung, tekuk kaki-kakinya, hadapi duri di pohon pinus!

Dua puluh anak terpilih mengikuti instruksi. Sisanya, Abdulmanap membiarkan mereka latihan di gym atau bermain sepak bola. Kebanyakan yang tinggal adalah golongan muda atau anak-anak. Atau sebagian anggota yang terkenal pemalas dan berlatih lantaran ikut-ikutan. Abdulmanap tetap membiarkan yang seperti itu ada dalam internal akadem. Abdulmanap tidak pernah tahu, apa potensi mereka yang sebenarnya.

"Kelihatannya ini hari yang berat."Anak laki-laki berkepala plontos berbicara pada Khabib. Wajahya penuh keceriaan. Gigi anak itu bersusun besar-besar di bagian depan. Dia tipe yang suka bercanda, mudah membauri pergaulan.

"Hei Makachev, tolong kau bawakan ini" Makachev menyuruhnya memanggul tas ransel berwarna kuning pudar. Ya, bahkan Abdulmanap menyukai anak itu.

"Aww... Berat sekali Paman," katanya berpura-pura mengeluh, "apa sih isinya?"

"Lihat saja!" Murad mengangkat jempol kanan. Makachev tidak akan berani sebelum mendapat perizinan ini. Begitulah Abdulmanap dimata Usman. Berat dengan mandat, tipe yang sangat menjaga privasi. Meski keduanya sudah seperti keluarga.

"Waw... Waw... Bukan main" Makachev menertawakan dirinya sendiri. Aneka benda tajam semisal kapak, palu, clurit, dan lainnya digabung menjadi satu. "Apa rencanamu dengan semua ini?"

"Kita akan membuat tempat latihan di tengah hutan. Sebagai atlet reguler, kalian perlu menghadapi latihan khusus, dan.... tempat khusus" ungkap Abdulmanap menyeringai rencana-rencananya.

"Nah! Apa kubilang," kali ini Makachev menepuk Magomedov, "ini bakal jadi hari yang berat. Hebat, kawan!"

Khabib terkekeh. Baru kali ini dia menjumpai kawan seperguruan yang begitu menyenangkan. Apa yang mereka pelajari, seputar lelah dan hidup yang keras. Tapi tidak dengan pergaulan orang-orang di dalamnya.

"Hai Khabib, Bapakmu itu, ah...... Si bongsor gila kerja" Makachev si pembual membuat terpingkal. []

 []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




The Title [Dwilogy Of Nurmagomedov]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang