ANYELIR #Hope

584 46 5
                                    

Author POV (Juna's side)

"Kamu bisa pulang sendiri kan? Aku masih ada urusan"

Alfi tersenyum lembut menatap Juna. "Iya gapapa. Kalo gitu aku pulang dulu."

"Maaf ya" Juna menatap tak enak.

"Iya ih gapapa"

Alfi beranjak melangkah keluar kafe. Sedangkan Juna, ia melihat teman-temannya disana bersama gadis itu. Ia melihat semuanya. Saat dimana Siska memaksanya. Untung bagi Juna karena teman-temannya tak melihatnya.

Saat dimana gadis itu meringis memegang lengannya, sampai melihat pelayan yang terlihat memberikan tagihan makanan yang tadi di pesan teman-temannya. Ia bangkit untuk menghampiri Naura.

"Biar gue yang bayar"

Juna mengeluarkan dua lembar seratus ribu dari dompetnya. Ia melihat Naura yang mendongak menatapnya dan kembali menunduk. Sebelumnya bisa dilihat Naura yang menghapus air matanya dengan kasar.

"Maaf"

Juna tak tahu mengapa ia meminta maaf. Kata itu terlontar begitu saja. Ia duduk dan mencoba untuk memegang lengan Naura yang langsung saja di tepisnya.

"Maaf. Harusnya gue bisa cegah mereka berbuat kayak tadi"

Juna melihat Naura yang terus menunduk. Bisa terlihat olehnya tubuh gadis di sampingnya bergetar. Namun ia tak bisa melakukan apapun.

"Gue permisi ke toilet"

Suara serak Naura membuat Juna termenung. Harusnya ia bisa menahan teman-temannya tadi. Namun karena tadi Alfi masih bersamanya, ia memutuskan untuk hanya diam dan melihat.

* * *

Naura POV

Aku mencuci wajahku dengan kasar. Menahan sakit di lenganku. Dengan terburu aku mengambil obatku dan meminumnya. Setelah dirasa cukup tenang, aku menelfon bang Billy.

"Assalamualaikum dek"

"Waalaikumsalam. Bang Billy dimana?"

"Kamu kenapa? Kok suaranya serak? Kamu nangis? Kenapa?"

Aku mencoba terkekeh meski yang kulakukan justru seperti tersedak.

"Kamu kenapa?! Tunggu disana abang lagi di jalan. Jangan kemana-mana ya"

"Aku gak papa bang, cuma keinget Mama sama Papa"

Aku menggigit bibir bawahku cemas. Takut-takut bang Billy mengetahui kebohonganku. Ku dengar bang Billy menghela nafas disana.

"Kamu tunggu disana ya"

"Iya bang."

Aku memutuskan panggilan terlebih dahulu. Ku pasang kembali kacamataku dan melihat di cermin untuk memastikan wajah sembab ku yang tidak begitu terlihat. Saat keluar aku melihat Juna yang masih disana.

Aku menghirup udara sebanyak-banyaknya sebelum melangkah menujunya.

"Lo masih disini?"

Juna mendongak dan berdiri. Ia menarik tanganku dan menaruh sesuatu di telapakku.

"Tadi gue beli ini di apotek depan. Lo udah gapapa kan?"

Aku menatap salep pemberiannya. Kenapa dia melakukan ini. Aku meringis saat Juna memegang lenganku yang ternyata sedikit membiru.

"Jangan lupa diolesin. Gue pulang dulu"

Aku masih menunduk tak berani mengatakan apapun padanya yang telah berjalan menjauhiku. Aku sangat ingin berterima kasih padanya. Namun sesuatu dalam diriku menahannya. Tak berani mengatakannya.

Am I Fine ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang