ANYELIR. #About Junior High School

3.1K 117 3
                                    

Sekarang yang kulakukan hanyalah duduk diam dikelas. Aku tak tau harus melakukan apa. Memang sengaja aku datang lebih awal, karena aku takut. Mungkin sudah sepuluh menit aku duduk diam membaca buku. Sampai bel masuk pun berbunyi. Saat itulah semua murid kelas IX-6 -kelasku- masuk dan menempati tempat mereka. Mereka mulai mengobrol dan bergosip tentang apa yang sedang hangat dibicarakan di SMP Dirgantara ini. Aku hanya sesekali mendengarkan. Sedangkan para cowoknya sedang bercanda dan sesekali mengisengi si nerd. Yang kulakukan hanyalah diam dan diam.

Sampai salah satu diantara mereka berjalan kearahku. Aku mulai merasakan takut, tapi yang kulakukan hanya diam dan mencoba fokus dengan buku dihadapanku. Sampai dia, yang kutau namanya adalah Bayu berdiri di depan mejaku dan duduk di bangku tepat didepanku. Dia menatapku dengan senyuman jahatnya. Tubuhku gemetar, namun aku tak bisa berbuat apa-apa. Sampai akhirnya dia mencondongkan tubuhnya dan mencoba menangkup wajahku. Secara refleks aku menangkis tangannya. Dan saat itu pula kelas ramai dengan sorakan yang membuatku ingin menangis.

"Lo belagu banget si jadi cewe! Culun aja belagu!" Ouch. Itu cukup mengena. Dan saat itu pula seisi kelas menertawakanku. Sungguh. Tidak cukupkah dia selama ini menggangguku? Apa pernah aku mengganggunya?

"Udahlah Bay, kasian tuh. Nanti dia nangis lagi" ucap salah satu diantara mereka, Andityo. Namun dari ekor mataku, aku dapat melihat dia sedang menahan tawa. Aku hanya menghela nafas dan mencoba kembali fokus pada buku bacaanku. Namun sebelum itu, aku sempat melirik ke depan dan melihat dia yang sedang melihatku dengan tatapan.. iba, mungkin?

"Lo-" belum sempat Bayu menyelesaikan ucapannya, Bu Berliana masuk dan dia kembali duduk di tempatnya. Aku membuang nafas lega. Setidaknya kali ini aku selamat.

***

Aku menunduk diam saat melewati koridor yang penuh dengan kumpulan siswa/i yang sedang mengobrol ataupun berlarian tidak jelas. Aku mempercepat langkahku menuju perpustakaan. Tempat dimana aku bisa sendiri. Tempat dimana aku jauh dari gangguan mereka. Tempat dimana yang bisa membuatku tenang.

Aku membuka pintunya dan hawa dingin langsung menyambutku. Aku memilih tempat paling pojok, dimana sangat amat jarang ditempati. Aku memilih buku asal dan duduk dalam diam. Setelah berkutat dengan buku sejarah, rasa bosan pun muncul. Aku mengeluarkan earphone dan memasangnya di ponselku. Aku mulai merasa kantuk yang menjalar membuat mataku berat dan terpejam selama kurang lebih 15 menit.

"Heh bangun!" Suara yang cukup keras membuatku harus membuka mata. Dan melepas earphone ku.

"Engg, maaf bu. Saya ketiduran" dengan segera aku membereskan semua dan keluar menuju kelas. Aku menghela nafas lega saat melihat mereka belum masuk kelas. Aku mencoba mengabaikan mereka dan memasuki kelas dengan menunduk. As always. Saat aku duduk, Sekar menghampiriku dan duduk disebelahku.

"Ra, gimana nih soal tugas Tata Boga? Kita mau jualan apa?" Aku menatapnya bingung, namun seakan baru tersadar akupun menolehnya dan memberi pandangan aku-tidak-tau. Dia pun menghela nafas dan melihatku.

"Oke, kalo gitu nanti sore lo kerumah gue ya" Sekar memberikan alamat rumahnya. Akupun hanya bisa mengangguk pasrah. Tak lama gurupun masuk dan aku hanya berharap bel pulang sekolah akan cepat berbunyi.

***

"Assalamualaikum, Ma! Aku pulang" Hening. Tak ada sahutan. Aku memutuskan untuk masuk kedalam kamar ku dan merebahkan tubuhku. Masih ada satu jam sebelum aku ke rumah Sekar. Karna lelah, akupun tertidur.

Setengah jam untuk tidur membuat rasa lelahku hilang. Dengan bergegas aku mandi dan bersiap kerumah Sekar. Tak lupa aku membawa tas dan ponsel. Sampai saat ini aku belum menemukan Mama. Tak ambil pusing, aku langsung pergi. Saat sudah berada di daerah rumah Sekar, aku kembali melihat alamatnya dan mencocokkan dengan rumah yang ada dihadapanku. Rumah nya sederhana. Dengan cepat akupun mengetuk pintunya.

Am I Fine ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang