One

89 4 0
                                    

6.30 am, Alena masih setia berpelukan dengan gulingnya. Sampai kakaknya menerobos masuk kedalam kamarnya karena sendari tadi dia dipanggil tetapi tidak menyaut.

"Woy kebo..bangun lo! Jam berapa ini heh?" Alena mengrejap-rejap matanya. Samar-samar didengarnya suara kakaknya itu.

"Kenapa?" dengan polosnya Alena memandang kakaknya yang memasang muka kesal.

"Lo beneran kebo ya. Liat tuh jam berapa!!" Alena mengikuti arah yang ditunjuk oleh kakaknya. Dan seketika dia berteriak dengan histeris.

What??? Itu jam lo majuin ya?? Kok udah jam segitu?? Blablaba, Alena tak berhenti bicara.
Lalu kakaknya mendorongnya kedalam kamar mandi.

"Waktu lo 10 menit dari sekarang." kakaknya pergi dengan tatapan mematikan. Alena buru-buru mandi dan bersiap-siap.

Alena meruntuki kebodohannya sendiri pagi ini. Ya, tentu saja dia telat masuk sekolah hari ini. Dan sebagai hukumannya. Dia harus menata seluruh buku yang baru saja dibeli oleh pihak sekolah. Sialnya, buku-buku itu lumayan banyak, ada 10 dus. Dan dia harus mendata, dan menaruh sesuai di rak yang tersedia sendirian.

Tiba-tiba disela pekerjaannya. Suara panggilan yang familiar ditelinganya membuatnya menoleh, mencari sumber suara.
"Len..Alen? Lo dimana?"

"Gue disini." ucap Alena sambil berbisik. Ya, tau sendiri dia tidak mau dimarahi oleh penjaga perpus karena berteriak.

"Hey..my honey!!" Seru Dilara dengan sedikit keras sambil memeluk Alena.

"Dil kecilin volume lo dong!" ucap Alena. Ya, gadis feminim didepannya ini tak lain adalah Dilara, sahabatnya di sekolah barunya ini.

"Hehehe maaf." ucapnya sambil menyengir.

"Tebak gue bawa apa?" Dilara mengedipkan matanya.

"Permen karet?" ucap Alena antusias.

"Yup!" Dilara mengeluarkan satu bungkus permen karet yang berisikan 5 biji.

"Thank, lo emang yang terbaikk!" Alena langsung mencomot permen itu dari tangan Dilara. Dia membuka dua buah permen karet lalu dikunyah.

"Kalo bukan gue siapa lagi?" Dilara lalu mengambil sejumlah buku yang telah didata dan distampel oleh Alena.

"Mau lo apain?" tanya Alena.

"Mau bantu lo lah." ucap Dilara dengan santai.

"Jangan! Lagian bukannya ini jamnya bu Sarah? Kenapa lo disini? Mau bolos ya?" tanya Alena bertubi-tubi.

"Embak ini kok seudzon sama saya sih. Mumpung lagi jam kosong lagi." ucap Dilara

Alena menggelengkan kepalanya. "Gak. Gue gak mau, tar ketahuan penjaga perpus bisa berabe. Tar dilaporin ke bu Indri lagi." ucap Alena. Bu Indri adalah guru BK nya.

"Aish..lo mau diringanin bebannya malah gak mau. Yaudah deh, gue balik dulu." ucap Dilara sambil memukul lengan Alena.

"Njay..sakit tau!!" Alena mengelus-elus lengannya yang dipukul oleh Dilara. Ditatapnya Dilara yang menghilang dibalim rak-rak buku yang besar-besar itu.

Lalu ada suara langkah kaki yang mendekat kearah Alena berada. "Dil udah gue bilang pergi sana!" ucap Alena.
Tapi dugaan Alena salah. Sesosok laki-laki yang mucul dari balik rak. Alena menyrengit kebingungan. Pasalnya cowok yang ada didepannya ini sungguh tampan. Lalu Alena tersadar.

"Sorry. Gue cari buku Fisika tapi gak nemu. Dimana sih raknya?" laki-laki itu memandang Alena dengan tampang yang datar.

"Eh..em..itu..itu..anu..gue bukan penjaga perpus..kak?" ucap Alena menekankan kata kak karena dia melihat kearah badge kelas yang terpampang di seragam laki-laki itu.

"Oh. Sorry salah orang gue" laki-laki itu lalu meninggalkan Alena yang masih bingung dengan kejadian tadi.

"Who Is Elios Alessio?" ucap Alena lagi setelah laki-laki itu pergi.

Hai readers..gimana? gimana? Seru gak? Hiraukan typo yg berterbangan😁 Where's your voice?😮 I'm wait your voice, okay. See you in next part😘

INVOLUTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang