Chapter Eight (Freedom)

62 29 4
                                    

Pria asal Korea Selatan mengurung diri di kamar dengan botol soju yang berserakan di lantai, ia sudah frustasi dengan hubungannya, kekasihnya mengganti nomor ponselnya. Hari pernikahannya tinggal sebulan lagi, dia memasukan pakaiannya ke dalam koper dan terbang menuju London, dia sudah sampai di depan pintu apartement Jennifer, senyumnya berkibar menyambut ke datangan Jennifer.

"Chagiya." Ucap Taejun menghampiri Jennifer.

"Sudah ku bilang, aku tidak mau melihat kamu lagi!" Ucap Jennifer menghindari kedatangan Taejun.

"Mianheyo chagiya." Ucap Taejun meminta maaf ke Jennifer.

"Stop memanggilku chagiya-mu! Aku sama kamu sudah end! You understand!" Ucap Jennifer dengan nada kesal jarinya menunjuk wajah Taejun.

"Jen, aku tinggal dulu mau menggambil ponselku ketinggalan di mobilmu." Ucap Ezra menghindari pertengkaran Jennifer dan Taejun.

"KAMU TETAP DISINI!" Perintah Jennifer tidak mau Ezra pergi dari hadapannya.

Ezra mendengarkan pertengkaran mereka berdua yang tidak kunjung selesai.

"Kalian berdua sudah selesai belum? Masih lama?" Tanya Ezra mencairkan suasana.

"BELUM!" Bentak keduanya ke arah Ezra.

"Ngomongnya jangan pakai urat juga kali, mana kunci apartement mu Jen, bikin malu saja!" Ucap Ezra meminta kunci pintu apartement Jennifer.

Menjelang tidur mereka terus bertengkar, besok paginya begitu juga dan seterusnya selama tiga hari. "STOOOOPPPPPPPPPPPP!!!!!! SAYA BOSAN DENGARNYA!!!!" Teriak Ezra menutup kedua telinganya, membuat Jennifer dan Taejun diam.

"Kalian itu sudah tua bukan remaja lagi yang harus bertengkar pakai urat, coba selesaikan dengan kepala dingin, kalau masih saling mencintai jangan putus, Jen kamu harus bisa memaafkan kesalahan Taejun kalau memang dia mengakui penyesalannya, dan kamu Taejun sudah berhentilah berselingkuh di belakang Jennifer, berhentilah saling menyakiti berfokus pada pernikahan kalian." Ucap Ezra memberikan nasihat ke mereka berdua.

"Chagiya mian." Ucap Taejun megenggam tangan Jennifer dan menciumnya.

"Baik aku maafkan, satu kesempatan buat kamu!"Ucap Jennifer memaafkan kesalahan Taejun.

"Ezra terima kasih kamu sudah menyadarkan kami berdua, aku butuh bantuanmu mengurusi pernikahan kami." Ucap Taejun meminta bantuan Ezra.

"Serahkan padaku." Ucap Ezra bersedia membantu Taejun.

Besoknya Ezra mendatangi wedding organizer tempat dia dulu merencanakan pernikahannya, meminta waktu mereka melakukan fitting baju pengantin. Jennifer sangat cantik di balik gaun pengantin membungkus tubuhnya, matanya tidak berhenti menatap Jennifer, tatapannya berpangling setelah Taejun keluar dari ruang ganti.

"Bagaimana Ezra? Kami sudah serasi belum?" Tanya Taejun, merangkul mesra Jennifer di hadapan Ezra.

"Cocokan sama aku kali bukan sama kamu." Ucap Ezra dalam hati.

"Cocok banget Taejun." Ucap Ezra terpaksa memuji mereka.

***

Zoe masih melanjutkan kegilaanya menurutnya hubungan mereka belum berakhir, ia mengancam Ezra kalau tidak menuruti permintaanya maka dia tidak segan-segan akan membunuh Daniel, membuatnya semakin stress. Haruskah Ezra menuruti permintaan Zoe? Demi nyawa anaknya? Merelakan kebahagiannya pergi begitu saja.

"Aku bersedia menikah denganmu Zoe! Tapi jangan pernah kamu menyentuh Daniel!" Ucap Ezra keputusannya sudah final demi anaknya Daniel.

"Aku sudah tau kamu pasti akan melakukannya Ez." Zoe gadis paling beruntung mendapatkan Ezra.

Prison Love [On Going]Where stories live. Discover now