Part 30 - Terluka

1K 108 24
                                    

Kepala Jeno mendadak pusing begitu membuka sedikit matanya. Mata lelaki itu tak bisa terbuka lebih lebar akibat lebam yang berada disekitar mata, mulut dan pipi. Lebamnya bisa dikategorikan parah.

"Seingatku aku pernah membunuhmu."

Jeno terguncang. Jeno kenal suara ini, meskipun sudah lama tak mendengarnya. Suara yang mampu membuat Jeno ketakutan, sampai sekarang.

Hyung ...

"Seingatku pula aku melihat mayatmu tergeletak didepan mataku."

Tolong aku.

Jeno ingin berteriak. Namun apa daya, mulutnya seolah terkunci rapat, suaranya seolah habis dan matanya perlahan mulai sayu.

"Aku ingin membunuhnmu lagi, tapi secara perlahan-lahan."

Aku takut.

Jeno menangis dalam hati. Lelaki itu ketakutan. Jeno berharap siapapun menolongnya dan mengeluarkannya dari ruangan terkutuk ini.

Jika boleh memilih, Jeno lebih memilih tertabrak mobil dan meninggal daripada harus seperti ini, disiksa perlahan-lahan. Jeno benci melihat wajah psikopat di depannya ini dan berada diruangan terkutuk ini lagi.
Benar, ini kali kedua Jeno berada di ruangan itu. Pertama kalinya saat dirinya diculik sewaktu kecil. Jeno berbohong pada Mark saat mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, bahwa dirinya hanya sedikit terluka, semua itu bohong.

"Senang melihat wajah ketakutanmu."

Pria itu menggoreskan ujung pisau pada pipi kiri Jeno.

"Wajah ketakutanmu sama seperti ayahmu."

Jeno tertegun. Ayahnya?

"Kau dan kedua kakakmu benar-benar bodoh dengan megira aku adalah ayah kalian. Apa sebegitu miripnya aku dengan saudara kembar sialanku itu?"

Namanya juga kembar, bodoh, umpat Jeno dalam hati.

Pria itu tertawa mengerikan. Lalu mengetuk-ngetuk kepala Jeno kuat.

"Benar-benar keluarga yang menyedihkan."

"Ibumu yang hanya diam ketakutan melihat anak-anaknya terluka. Kedua kakak bodohmu yang yang mengetahui tentangku yang sebenarnya. Itulah yang mengakibatkan mereka kecelakaan. Ah, kudengar Taeyong tak mati, Minhyung juga begitu. Sayang sekali, padahal aku benar-benar ingin melihat kalian menderita."

Jeno mendongkak. Menatap pria di depannya dengan sorot mata kebencian.

"Kau psikopat."

Pria itu kembali tertawa mengerikan sebelum akhirnya menampar Jeno dengan kuat.

"Bagus sekali. Ekspresimu benar-benar mirip dengan ayahmu sesaat sebelum mati. Aku suka ekspresi itu."

"Apa kau pikir mereka akan menemukanmu disini?"

Jeno menyeringai. "Kenapa tidak?"

"Baiklah, mungkin menemukanmu akan sangat mudah. Namun kau pikir mereka akan menyelamatkanmu? Tidak, yang ada aku akan membuat mereka menyaksikan kematianmu."

Pria itu lalu menggoreskan pisau pada lengan Jeno.

"Aku penasaran apa yang jalang itu lakukan disaat seperti ini."

Jeno menatap pria itu tajam. Siapa yang dimaksud dengan jalang?

"Ibumu ... benar-benar jalang. Dia menggoda orang-orang."

Rahang Jeno mengeras. Meski ibunya tak pernah menyayanginya. Meski dia tak pernah sedikitpun mendapat pujian dari ibunya, meski Jeno tak pernah merasakan kasih sayang wanita itu, lelaki itu marah saat psikopat didepannya ini mengatakan ibunya sebagai jalang.

My First and Last  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang