Part 09 - Sebuah Fakta

828 152 27
                                    

Mark kembali tak masuk, membuat Koeun heran. Gadis itu ingin bertanya pada Donghyuk. Namun lelaki itu langsung pergi saat bel istirahat berbunyi.

"Mark absen?" tanya Koeun pada Hina.

"Dia izin, bukannya guru Park bilang begitu?"

Koeun hanya mengangguk mengerti. Keduanya berjalan menuju kantin.

"Dimana Herin dan Jeno?" tanya Koeun saat tak melihat dua orang itu.

"Aku ke kelas Herin tadi, temannya bilang dia izin," jawab Lami sembari meminum minumannya.

"Jeno juga izin?" Jaemin mengangguk.

"Kenapa mereka bertiga izin? Ah, apa Renjun juga?" tanya Hina sembari duduk di depan Jaemin. Gadis itu teringat Renjun yang menjadi murid baru.

"Ah, kalian tak tahu? Hari ini peringatan kematian kakak mereka," jawab Donghyuk.

"Ah, iya aku lupa," sahut Jaemin menepuk dahinya pelan.

Koeun terdiam, begitu pun Lami. "Maksudmu, kakaknya yang ... Lee Taeyong?" tanya Koeun.

Donghyuk mengangguk. "Karena itulah Mark, Jeno serta Renjun dan Herin tak masuk."

Lami masih terdiam, memikirkan ucapan Jeno, sama halnya Koeun yang memikirkan ucspan Mark kemarin.

Dia tak bisa kembali.

"Jadi, maksud dari kata 'pergi' adalah pergi yang sebenarnya? Yang takkan kembali?" tanya Lami pada dirinya sendiri.

"Astaga, aku tak tahu kalau Mark dan Jeno memiliki seorang kakak," gumam Hina.

***

Mark, Jeno dan Jisoo selesai memberikan penghormatan, mereka bertiga duduk agak jauh dari yang lainnya. Sementara Herin dan Renjun sedang bersama orangtua mereka.

"Taeyong pernah berkata, bahwa yang terakhir kali ingin dia lihat adalah aku yang tersenyum bahagia. Namun, terakhir aku bertemu dengannya adalah sehari sebelum dia meninggal, saat itu aku cemberut karena dia telat menjemputku." Jisoo terkekeh, mengingat hari-hari terakhirnya bersama Taeyong.

Ketiganya terlarut dalam kepingan-kepingan yang muncul.

"Sekarang tidurlah." Taeyong berucap sembari membenarkan selimut kedua adiknya.

"Hyung, kau tak ingin mendongeng sesuatu? Aku belum mengantuk," rengek Jeno.

"Memangnya kau anak kecil?"

Mark mengangguk. "Jeno masih anak kecil tentu saja, aku pun sama. Sudah lama aku tak mendengarmu mendongeng, ayolah hyung," paksa Mark.

"Baiklah-baiklah, aku akan menceritakan tentang seseorang."

"Pacarmu?" tanya Mark membuat Taeyong tersenyum.

"Ada seorang gadis berambut panjang yang menarik perhatianku beberapa bulan yang lalu-"

"Hantu?"

"Bukan hantu, astaga."

Jeno cemberut. "Habisnya hyung bilang 'sosok gadis berambut panjang.'"

"Sosok berambut panjang itu tak selamanya hantu, Jeno-ya," jelas Taeyong gemas, sedangkan Mark mencubit pipi adiknya itu.

My First and Last  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang