Ch 19: Rahasia(2)

103 17 40
                                    


Ketika nafsu atau bahkan ambisi yang membuahkan hasil yang tidak memuaskan, dan menimbulkan konsekuensi yang berujung pada penyesalan...

•••

Ketiga orang yang sudah menantikan sebuah jawaban dari wanita yang merupakan istri dari seorang pelaku pembunuhan beberapa bulan yang lalu---kesetiaan untuk menunggu sebuah kelanjutan dari ucapan yang sempat terpotong dari mulutnya.

"Bu'?" Kenzo menyadarkan wanita paruh baya itu dari lamunannya. "Jika Anda belum bisa mengungkapkannya, kami akan datang lain waktu saja." Ucap Kenzo sopan.

"Emm..., saya sudah siap. Lagi pula saya tidak ingin menyembunyikan banyak hal tentang suami saya," lirihnya. Ketiga orang itu hanya bungkam, membiarkan wanita itu mengumpulkan segala keberaniannya untuk mengungkap fakta.

"Lima tahun yang lalu, ketika anak kami masih hidup, yang saya tahu Jim dan suami saya sudah bersahabat, saat itu...."

"Papa...." Seorang gadis kecil dengan rambut dikepang dua tengah berdiri di teras rumahnya, sembari melambai-lambaikan tangannya pada laki-laki yang baru saja keluar dari mobil di halaman rumah.

Gadis yang berusia delapan tahun itu, langsung berlari dan merangkul Papanya.

"Anak Papa udah pulang sekolah, yah...," ucap laki-laki itu sambil mengelus lembut rambut putrinya.

"Kau semakin tumbuh besar, Atypa!" seru seorang laki-laki yang kini bersandar di mobil yang masih terparkir di halaman rumah.

"Paman Jim? Asyik... Ada paman. Aku kangen paman!" gadis kecil itu langsung merangkul pamannya.

"Paman juga kangen."

"Aku pengen digendong, paman," kata Atypa manja.

"Jangan merepotkan pamanmu sayang. Dia sudah lelah, abis kerja," tegur Papanya, hingga membuat Atypa memanyunkan bibirnya dan diam seribu bahasa.

"Huh! Kau ini. Biarkan saja Roi, lagi pula dia masih kecil," Jim mengembalikan semangat Atypa. "Sini paman gendong," sahut laki-laki itu berjongkok. "Pegangan yang kuat, yah." sahutnya saat Atypa sudah berada di punggungnya,

"Siap," gadis itu tersenyum puas dengan kelakuan pamannya. Dan mereka segera memasuki rumah. Roi yang memerhatikan mereka hanya geleng-geleng kepala sembari tersenyum bahagia melihat putrinya yang begitu manja.

"Mama...!" teriak Atypa pada Mamanya yang tengah sibuk di meja makan. Wanita itu langsung menoleh ke asal suara.

"Ya ampun, Atypa. Kamu jangan bikin paman capek dong!" wanita itu segera menghampiri mereka dan membantu putrinya turun dari punggung Jim.

"Jim terlalu memanjakannya, Ma." sahut Roi dari belakang Jim, sembari tersenyum pada istrinya yang terlihat marah karena kelakuan putrinya.

"Tidak apa-apa, Kenya." sepasang suami istri  itu hanya membuang napas mereka, membiarkan putrinya harus manja.

"Ya sudah, mari kita makan." Kata Kenya, kemudian menuntun putrinya ke meja makan.

---

Senja yang sudah terlihat mulai kelam  berganti warna untuk menyambut malam yang dingin.

Seorang laki-laki dengan sweather hitam yang tebal tengah memilih beberapa jenis buah di dalam toko buah.

"Jim?" laki-laki itu segera menoleh seketika mendengar namanya.

"Roi, Atypa..., tumben malam-malam ke sini?" tanyanya ketika kedua orang itu sudah berada di depannya.

Hidup Dalam Mimpi Donde viven las historias. Descúbrelo ahora