Ch 17: Pelaku

95 21 64
                                    


Dengan tubuh yang masih lemas, sedikit demi sedikit Kenzo membuka matanya. Suasana langit-langit yang tampak begitu asing membuat laki-laki itu sesekali mengedipkan matanya.

Ia melirik suasana--- memuaskan rasa penasarannya pada ruangan yang begitu asing dan bau yang menusuk kedua lubang hidungnya---bau obat-obatan yang membuatnya ingin muntah.

Ia melirik ke sampingnya, dan melihat seorang gadis yang tengah tertidur. Kenzo mencoba untuk mengangkat tangannya---mencoba membangunkan gadis itu, namun ia tidak berani mengganggu tidurnya.

KREKKK

Suara gesekan pintu membuat laki-laki itu langsung menoleh. "Kau sudah bangun?!" seru Virgo, dan kedua gadis yang mengikutinya langsung menghampiri Kenzo.

"Syukurlah, kau sudah sadar. Tahu nggak 'sih, kami sangat khawatir karena kau tak sadarkan diri selama dua hari," gerutu Lala, hingga membuat Lion yang sedari tadi tidur akhirnya bangun.

"Ke-kenzo?!" Lion langsung berdiri dan menatap laki-laki itu. "Terima kasih sudah kembali," Kenzo hanya tersenyum menanggapinya.

"Emm ..., ngomong-ngomong, bagaimana dengan pelakunya?" tanya Kenzo dengan suara yang lembut, dan keempat orang itu hanya diam dan saling menatap satu sama lain.

Suasana hening...

"Ternyata targetnya benar-benar aku, dan pelakunya adalah..." Vitra meremas tangannya, memperlihatkan ekspresi bencinya terhadap pelaku yang belum sempat ia sebutkan namanya.

***

Setelah melewati perawatan yang terbilang cukup, Kenzo kembali melakukan aktivitas normalnya. Laki-laki itu berencana menemui pelakunya di penjara. Dan ia mengajak gadis yang sempat ia tolong saat itu, gadis yang tak lain dan tak bukan adalah Hilioni Felisitas. Atau yang sering dipanggil Lion.

Suara langkah kaki yang terdengar melewati teras, menuju pintu yang bertuliskan 'TAHANAN'. Kedua orang itu segera memasuki ruangan itu, namun langkah kaki mereka berhenti sontak melihat seseorang yang sangat familiar sudah berbicara dengan orang yang ingin mereka temui.

"Apa Vitra senekat itu?" lirih Lion, dan Kenzo hanya menaikkan alisnya.

"Kenapa Bapak membunuh paman Jim, kenapa Bapak membunuh siswi yang bernama Alica Putri, dan kenapa Bapak menjadikan saya target?" gerutu Vitra, dan lawan bicaranya hanya diam seribu bahasa.

"Aku tidak menyangka, Pak Roi adalah pelakunya ..., ternyata petunjuk-petunjuk itu sangat mendukung," ucap Kenzo setengah berbisik, dan mereka segera menduduki kursi yang ada di samping mereka.

"Kau masih bocah, nak. Meskipun aku berhasil ditangkap, tapi setidaknya aku sudah berhasil mewujudkan keinginanku. Walaupun itu tidak sempurna karena kau masih hidup," laki-laki itu tersenyum puas.

"Saya tidak peduli dengan hal itu, saya hanya ingin tahu alasan Bapak membunuh paman saya ..., kenapa Bapak membunuh rekan Bapak sendiri. Bukankah paman Jim adalah teman Bapak, kenapa saya harus jadi target ..., kenapa Bapak berpura-pura baik sama saya dan paman Jim?" suara gadis itu terdengar serak, kini air hangat dari pelupuk matanya mulai menetes.

Lion yang sedari tadi memperhatikan mereka, segera beranjak dari duduknya, namun tangannya tertahan oleh Kenzo. Laki-laki itu manggeleng tanda tak setuju "Biarkan saja."

"Tapi..." Kenzo menggeleng dan akhirnya Lion kembali ke posisinya semula.

"Kau gadis yang beruntung, haruskah aku mengatakan yang sebenarnya padamu?" Vitra menyekah air matanya, dan menatap tajam laki-laki paruh baya itu.

"Mungkin Bapak sudah gila," Vitra langsung beranjak.

"Hei, nak. Kalau kau ingin mengetahui segalanya, pergilah ke rumah istriku. Dia tinggal di dekat pantai yang tidak jauh dari sini," laki-laki paruh baya itu tunduk, seolah penyesalan meliputinya.

"Aku akan mengantarmu ke sana," tiba-tiba suara Kenzo terdengar, hingga membuat Vitra dan Pak Roi langsung menoleh.

"Kenapa kalian bisa ada di sini? Dan apakah kalian mendengar semua pembicaraan kami?" Vitra terheran melihat kedua temannya.

"Itu tidak penting, bagaimana jika kita langsung ke sana?" tawaran Kenzo membuat Vitra langsung mengangguk, dan mereka segera berbalik.

Sebelum melewati garis pintu, Vitra kembali menoleh ke arah Pak Roi. "Biar bagaimanapun, Bapak tetaplah pembunuh."

TBC

Halo minna, blik nih... Gomen ne klo terkesan gaje n gomen jg krn pendek. Hehehe, abisnya authotnya lgi sibuk. Tpi bklan up kok. Sabar yah buat nunggu kelanjutannya.
Author ttp up kok, mskipun rank nya mkin hri mkin turun. Tpi kataku sih gpp, lagian author ska nulis n berimajinasi sih... #curhat

#author basbis amat sih (readers)

Ywd, sgitu aja.
14/140917

Thanks to:
Santxpark03 FourthToFourth kurisu_akaba HadzaSayamurru








Hidup Dalam Mimpi Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora